Chat Here

Welcome to peoplewillfindtheway.blogspot.com... Feel free to explore and enjoy!

Kepergian Sahabatku yang Setia

29 November 2011: Kepergian anjing peliharaanku, bagian dari keluarga kami.


30 November 2011: Melalui tulisan ini, aku mau mengucapkan terima kasih kepada seekor anjing peliharaan yang setia kepada keluargaku seumur hidupnya. Benar-benar tidak terduga kepergiannya begitu mendadak yang terjadi pada tanggal 29 November 2011 malam. Sebelum akhir dari nafasnya, dia telah membuktikan kesetiaannya yang terakhir, menunggu dan menyambut semua anggota keluargaku lengkap berada di rumah. Aku dan kakak perempuanku tadi malam kebetulan serempak sampai di rumah secara bersamaan dan mamaku yang terakhir sampai di rumah sekitar beberapa jam kemudian. Sebelum itu, anjingku masih bersemangat dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan kepergiannya. Tidak lama setelah mamaku sampai di rumah, kira-kira beberapa menit kemudian secara tidak sengaja aku telah menemukannya sudah tertidur dengan damai.

Sungguh tidak terduga, aku hanya bisa diam menatap kepergiannya dengan kesedihan hingga air mata pada malam itu. Teringat semua yang telah dia berikan kepada aku dan keluargaku. Di saat aku sedang duduk sendiri di rumah, dia datang dan duduk dekat di sampingku, menemaniku seakan tahu dan mengerti apa yang aku rasakan. Di saat aku sedang kesal atau marah, terkadang dia menghiburku, mengajakku bermain, dan menunjukkan ekspresi gembira, dan masih banyak lagi hal yang telah dia lakukan. Selama ini dia lah teman setiaku yang ada di rumah, sahabatku yang setia.

Kira-kira sudah 6 tahun dia menjadi bagian dari anggota keluarga kami. Sungguh waktu yang tidak singkat, namun bagiku semuanya berlalu begitu cepat. Dia sudah membuktikan posisinya sebagai bagian dari keluargaku, sebagai pelindung keluargaku. Dan kesetiaannya telah berakhir pada 29 November 2011 malam. Dan aku belum sempat membalas semua kebaikannya. Terima kasih yang sebesar-besarnya untukmu...

Aku harap dia mau memaafkan semua kesalahanku. Dan aku hanya dapat berdoa semoga engkau terlahir di alam yang lebih baik dan berbahagia. GATE GATE PARA GATE PARASAMGATE BODHI SVAHA, semoga engkau di kehidupan mendatang tidak terlahir lagi di alam hewan dan terlahir di alam yang lebih baik. Semoga engkau dan semua makhluk dapat hidup bebas dari penderitaan dan berbahagia.

Untuk terakhir kalinya, terima kasih untukmu...

Kisah Nyata dari Singapura: Tentang Penghormatan kepada Orang Tua

Di bawah ini adalah Kisah Nyata dari Negeri tetangga beberapa dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang lansia di Singapura.


Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan Pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dinia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang Sarjana.

Kemudian setelah anak semata wayangnya tersebut menikah, ia minta ijin kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya tinggal bersama-sama  dengannya. Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa apartement nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunya cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.

Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu menghibahkan seluruh harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.

Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga, jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa, suatu hari mereka bertengkar hebat, yang pada akhirnya, anaknya tega mengusir sang Ayah keluar dari apartement mereka yang ia warisi dari Ayahnya.

Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai sudah diberikan kepada anaknya, mulai hari itu dia menjadi pengemis di Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!

 
Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu dan menjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya.

Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar beritanya. Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman-temannya yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi si Ayah.

Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal. Dan dihadapan para sahabatnya, si ayah dengan menangis ter-sedu-sedu, dia menceritakan semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di sana, karena semua orangtua di sana merasa sangat marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral itu.

Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee Kwan Yew Senior.

PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee dan PM Lee mengatakan “Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti mereka” .

Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat hibah itu dibatalkan demi hukum! Dan surat hibah yang sudah baliknama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik yang sudah dihibahkan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan anak menantu itu sejak saat itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.

Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan Kebijakan/Dekrit yaitu “Larangan kepada para orangtua untuk tidak menghibahkan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal. Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para lansia.Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1 tahun bekerja.

 

Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport, Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak.

Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak2 dan remaja di sana, bahwa pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dan sebagainya itu bukan pekerjaan hina, sehingga anak2 tsb dari kecil diajarkan untuk tahu menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya. Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya.

 

Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.

Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu mengenang saat mereka masih balita, orangtua mereka-lah yang membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, memberi pula yang memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya ketika mereka sakit.

Sumber : http://pempeknyonya.com/pempek/2011/08/kisah-nyata-dari-singapura-tentang-penghormatan-kepada-orang-tua/

Rantai Kebaikan



Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan dan kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan. Kata pria itu, Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson.

Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.

Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.

Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, Dan ingatlah kepada saya.

Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu. Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.

Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.

Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!

Ada pepatah lama yang berkata, Berilah maka engkau diberi. Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja!

Kirimkan kepada teman-teman anda! Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada. Tuhan memberkati anda!
“Break The Border and Touch The Sky”
Sumber : Dari Seorang Sahabat…..
 http://pempeknyonya.com/pempek/2011/06/rantai-kebaikan/

Apa itu Plum Village?


Plum Village adalah sebuah pusat tempat meditasi yang terkenal dengan ketenangannya (kalo saya tidak salah dengar). Untuk penjelasan lebih lanjut silahkan dibaca saja.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat. :)

Plum Village (Lang Mai) adalah sebuah pusat meditasi Buddhis di Dordogne, di selatan Perancis. Didirikan oleh biksu Vietnam Thich Nhat Hanh, dan rekannya Chan Khong bhikkhuni, pada tahun 1982.

Sejarah


Thich Nhat Hanh, founder of the Plum Village retreat
Setelah menolak hak untuk kembali ke Vietnam, Thich Nhat Hanh membentuk komunitas perhatian kecil 100 mil selatan-barat Paris disebut Kentang Manis, makanan orang kurang mampu di Vietnam. Setelah pengusiran Thich Nhat Hanh dari Singapura berikut upaya ilegal untuk menyelamatkan penduduk perahu Vietnam, ia menetap di Perancis dan mulai untuk memimpin retret kesadaran. Pada tahun 1981, komunitas Kentang Manis mengadakan retret musim panas pertama, yang menarik orang lebih dari akomodasi itu. Thich Nhat Hanh kemudian melanjutkan perjalanan ke selatan dengan rekannya Chan Khong untuk menemukan situs yang lebih besar. Mereka menemukan sepotong tanah di Thenac yang tampaknya ideal. Pemilik tanah, Mr Dezon, tidak ingin menjual, sehingga mereka terus mencari. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 28 September 1982, Thich Nhat Hanh membeli sebidang tanah sekitar 6 kilometer jauhnya, yang sekarang dikenal sebagai Dusun Bawah (XOM Ha). Belakangan tahun itu, badai es menghancurkan kebun-kebun anggur di properti Mr Dezon dan ia dipaksa untuk meletakkan tanahnya di pasar. Nhat Hanh membeli tanah dan menyebutnya DusunAtas (XOM Thuong). Awalnya, kedua dusun yang bernama Desa Kesemek (LangHong), tetapi segera menjadi jelas bahwa pohon plum bernasib jauh lebih baik pada tanah berbatu, sehingga menjadi Plum Village (Lang Mai).

Setiap tahun pengelola empat minggu retret musim panas, yang telah tumbuh semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Kehadiran telah berkembang dari 232 orang pada tahun 1983 menjadi lebih dari 2000 orang pada tahun 2004.




Latihan
Berikut ini adalah jadwal harian rata-rata di Plum Village (Làng Mai):
  • 5:00am: Bangun
  • 6:00am: Meditasi duduk dan jalan
  • 7:30am: Sarapan
  • 9:00am: Dharma Talk / Kelas / Presentasi / Mindful work period
  • 11:30am: Meditasi jalan
  • 12:30pm: Makan siang
  • 1:30pm: Istirahat
  • 3:00pm: Meditasi kerja
  • 5:30pm: Meditasi duduk
  • 6:30pm: Makan malam opsional
  • 8:00pm: Personal study, Happiness Meeting, Beginning Anew
  • 10:00pm: Ketenangan yang mulia dimulai
  • 10:30pm: Lampu dipadamkan

Perkampungan

Hari ini, Plum Village (Lang Mai) terdiri dari empat perkampungan perumahan utama. Perkampungan bagian atas (XOM Thuong) rumah sekitar 65 biksu dan orang awam, serta menjadi tempat tinggal Thich Nhat Hanh itu. Perkampungan bagian bawah (XOM Ha) rumah lebih dari 40 biarawati dan upasika. Anak Ha Kuil rumah sekitar 20 biarawan, dan Dusun Baru (XOM Moi),20 menit perjalanan dengan bus, rumah-rumah sekitar 40 biarawati dan upasika.
Plum Village (Lang Mai) memiliki cabang di Amerika Serikat: Biara Blue Cliff di Pine Bush, New York, dan Biara Taman Rusa (Tu Uyen Vien Loc) di Escondido, California.

External links

Plum Village GPS

44.733565, 0.319117
‎+44° 44' 0.83", +0° 19' 8.82"
Source: http://www.facebook.com/pages/Plum-Village/103799546326135?sk=wiki

Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.1

Orientasi merupakan kumpulan naskah-naskah pendek yang berisi penjelasan singkat tentang latihan dasar yang dipraktikkan di Plum Village, naskah-naskah ini merupakan dasar dari latihan hidup sadar yang disusun dengan kreatif dan arif oleh Bhante Thich Nhat Hanh beserta murid-muridnya dengan tetap mengacu dan berlandaskan semangat ajaran dasar Buddha yaitu hidup sadar atau eling.


Bagaimana Menikmati Latihanmu

Perhatian penuh kesadaran (eling) merupakan energi kewaspadaan dan keterjagaan akan momen ini. Latihan ini merupakan latihan berkesinambungan untuk terus menyentuh seluruh momen kehidupan sehari-hari. Hidup sadar membuat hidup menjadi nyata, hadir bersama mereka yang berada di sekitarmu juga hadir bersama apa yang sedang engkau lakukan. Menyelaraskan badan jasmani dan pikiran ketika kita sedang mengendarai mobil ataupun ketika sedang mandi.

Latihan hidup berkesadaran bersatu padu dengan rutinitas keseharian di rumah seperti berjalan, duduk, bekerja, makan, dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini kita melakukan semua aktivitas itu dengan penuh berkesadaran. Sadar dengan apa yang sedang kita lakukan. Kita berlatih hidup berkesadaran di kamar dan ketika berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
Berlatih sebagai sanggha (komunitas) membuat suasana menjadi begitu ceria, santai, dan mantap. Setiap orang menjadi lonceng kesadaran bagi sahabat lainnya. Saling mengingatkan serta saling mendukung di sepanjang perjalanan latihan. Dengan adanya dukungan dari komunitas, kita dapat belajar untuk berbagi sukacita, aktivitas ini seperti mempersembahkan sebuah kado untuk mereka yang kita sayangi dan cintai. Kita dapat menumbuhkan soliditas dan kebebasan, solid dalam aspirasi paling dalam dan terbebas dari rasa takut, persepsi keliru, dan penderitaan.

Wahai sahabat, marilah kita mencoba berlatih dengan cara cerdas dan terampil, berhadapan dengan berbagai aspek latihan dengan penuh rasa ingin tahu dan semangat mencari tahu. Mari kita berlatih dengan menjadikan pengertian mendalam sebagai fondasi dasar dan bukan sekedar berlatih demi memamerkan tampak luarnya semata. Nikmati latihanmu di sini dengan santai dan anggun, menyertakan pikiran terbuka dan hati yang siap menerima.


Bernapas

Latihan meditasi (napas berkesadaran dan jalan berkesadaran) merupakan metode untuk menjadi lebih sadar. Napas merupakan bumi solid yang bisa menjadi tempat kita berlindung. Apa pun cuaca dalam mental, pikiran, emosi, dan persepsi, napas selalu menemani kita bagaikan seorang sahabat setia. Kapanpun kita terhanyut, tenggelam, terbawa emosi, atau terperangkap dalam kekhawatiran berlebihan, maka kita kembali bernapas untuk mengumpulkan dan menarik balik pikiran kita ke tubuh.

Rasakan arus udara masuk dan keluar hidung. Kita merasakan betapa ringan dan naturalnya napas yang menghadirkan ketenangan dan kedamaian. Di setiap waktu, ketika sedang berjalan, berkebun ataupun menulis, kita dapat kembali kepada kedamaian yang merupakan sumber kehidupan.

Ketika kamu bernapas, kamu terkonsentrasi penuh pada momen ini. Kita boleh melantunkan gatha atau syair berikut ini untuk medukung latihan napas berkesadaran:

”Bernapas masuk aku tahu aku sedang bernapas masuk”
”Bernapas keluar aku tahu aku sedang bernapas keluar"

Kita tidak perlu mengendalikan napas. Rasakan napas sebagaimana adanya. Napas kita mungkin saja panjang atau pendek, dangkal atau dalam, bernapas dengan berkesadaran maka napas akan berubah menjadi pelan dan lebih dalam secara alamiah. Bernapas dengan sadar merupakan kunci untuk mempersatukan badan jasmani dan pikiran kemudian membawa energi kesadaran hadir dalam setiap momen hidup.


Lonceng Kesadaran

Ketika anda tiba, mungkin anda akan mendengar bunyi lonceng, kemudian semua orang di sekelilingmu berhenti, berhenti berbicara, dan berhenti bergerak. Bunyi lain seperti dering telepon atau dentang jam dinding ataupun bunyi lonceng wihara, semua ini merupakan lonceng kesadaran. Ketika kita mendengar bunyi lonceng maka kita akan merelaksasikan tubuh dan mengikuti keluar dan masuknya napas. Kita lakukan hal itu secara natural, menikmati tanpa harus terlalu serius ataupun kaku.

Ketika kita mendengar salah satu bunyi lonceng kesadaran itu, kita berhenti dari segala percakapan dan apa pun yang sedang kita lakukan kemudian kita mencurahkan perhatian pada napas. Bunyi lonceng telah memanggil kita:

Dengar,dengar
Bunyi menakjubkan ini
Membawaku kembali
Ke rumah sejatiku

Dengan berhenti untuk bernapas dan menyentuh ketenangan dan kedamaian, kita menjadi bebas, semua pekerjaan serasa menyenangkan dan sahabat yang ada di depan kita juga menjadi begitu nyata. Ketika kita pulang ke rumah, kita dapat memanfaatkan dering telepon, dentang lonceng gereja, tangisan bayi ataupun bunyi sirene pemadam kebakaran dan bunyi ambulan sebagai lonceng kesadaran. Hanya dengan tiga tarikan napas kita dapat melepaskan ketidaknyamanan dalam tubuh dan pikiran, kemudian kembali menjadi sejuk dan jernih.


Membungkuk atau Tidak

Membungkuk atau tidak bukanlah inti pertanyaan. Tetapi hal yang penting adalah sadar. Ketika kita memberi salam kepada seseorang dengan cara membungkuk, kita berkesempatan untuk hadir sepenuhnya di hadapan orang tersebut, kehadiran sifat Buddha yang ada dalam diri kita juga orang lain. Kita membungkuk bukan atas dasar kesopanan ataupun alasan diplomatis, namun kita memberi salam hormat dengan membungkuk untuk mengenali bahwa hidup itu sendiri merupakan suatu keajaiban.

Ketika kita melihat seseorang menangkupkan dua tangan seperti bunga teratai dan membungkuk memberi hormat kepada kita, maka bisa dapat membalasnya. Bernapas masuk, dalam hati berkata: ”Sekuntum bunga teratai untukmu,” tundukkan kepala dan bernapas keluar kita melanjutkan: ”Seorang calon Buddha.” Kita melakukan hal ini dengan penuh kesadaran, sadar sepenuhnya akan keberadaan orang di hadapan kita. Kita membungkuk dengan tulus. Kadang-kadang kita merasa ada koneksi sangat dekat dengan mereka yang ada di hadapan kita—rasa takjub atas keajaiban hidup. Apakah itu bunga, matahari, pohon maupun setetes air hujan yang dingin, objek apa pun itu kita bisa memberi salam hormat dengan cara demikian. Untuk mempersembahkan kehadiran dan rasa terima kasih.


Gatha

Gatha adalah syair pendek untuk membantu latihan hidup berkesadaran dalam kegiatan sehari-hari. Gatha dapat membuka dan memperdalam pengalaman tindakan simpel yang sering kita abaikan. Ketika kita fokuskan pikiran pada gatha, kita kembali ke diri sendiri dan menjadi lebih sadar dalam setiap aktivitas. Ketika gatha itu berakhir, kita melanjutkan aktivitas dengan kesadaran yang sudah lebih tinggi lagi.

Ketika kita memutar keran air, kita dapat melihat secara mendalam dan melihat betapa pentingnya air bagi kehidupan. Kita teringat untuk menghemat air karena begitu banyak manusia di muka bumi ini tidak mendapatkan air apalagi air minum.

Air mengalir dari gunung tinggi
Air merembes ke dalam tanah
Secara ajaib air datang untuk kita dan
menyokong semua kehidupan

Ketika mengosok gigi, kita dapat membulatkan tekad dalam hati agar selalu berbicara dengan penuh cinta kasih. Sebelum menstarter mobil, kita dapat melantunkan gatha sebagai persiapan perjalanan aman:

Sebelum menstarter mobil
Saya tahu ke mana saya akan pergi
Mobil dan saya bersatu
Ketika mobil bergerak cepat maka saya juga bergerak cepat.

Gatha memanggil pikiran kembali ke tubuh kita. Bermodalkan pikiran damai dan jernih, sadar sepenuhnya akan aktivitas fisik, resiko kecelakaan akan lebih kecil.

Gatha merupakan nutrisi bagi pikiran, memberikan kedamaian dan ketenangan diri kita sendiri kemudian kita dapat berbagi untuk orang lain. Mereka juga membantu kita menghadirkan latihan meditasi berkelanjutan menjadi bagian dari hidup kita. Banyak gatha yang tersedia di buku ”Present Moment Wonderful Moment”.


Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.2

Meditasi Jalan

Kita berjalan setiap hari namun seolah-olah seperti sedang berlari, dan langkah tergesa-gesa meninggalkan jejak kegelisahan dan kemurungan di bumi.

Di manapun kita berjalan, kita dapat berlatih meditasi, maksudnya kita tahu bahwa kita sedang berjalan. Kita berjalan hanya untuk berjalan. Kita berjalan dengan rasa lepas dan soliditas, tidak tergesa-gesa lagi.

Kita hadir dalam setiap langkah, dan ketika kita ingin berbicara, maka kita berhenti dan mencurahkan perhatian penuh kepada lawan bicara kita, kata-katanya, dan sepenuhnya mendengar.

Berjalan dengan cara demikian bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja, namun kita seharusnya dapat melakukannya setiap saat. Lihatlah sekelilingmu dan perhatikan bagaimana kehidupan itu sangatlah luas, pohon-pohon, awan putih, dan langit tanpa batas. Dengarkanlah kicauan burung, rasakan segarnya angin. Kehidupan hadir di setiap sudut dan kita masih hidup dan sehat, betapa beruntung bahwa kita masih mampu berjalan dengan damai.

Mari kita berjalan bagaikan orang bebas dan rasakan setiap langkah semakin ringan. Mari nikmati setiap langkah yang kita ayunkan. Setiap langkah memberi nutrisi sehat dan menyembuhkan. Sebagaimana kita melangkah meninggalkan jejak rasa terima kasih kepada bumi.

Barangkali kita ingin menggunakan gatha ketika melangkah. Ayunkan dua atau tiga langkah untuk setiap tarikan napas dan hembusan napas.

Bernapas masuk ”Aku telah tiba”
Bernapas keluar ”Aku tiba di rumah”
Bernapas masuk ”Aku berada di sini”
Bernapas keluar ”Aku berada di saat ini”
Bernapas masuk ”Aku kokoh”
Bernapas keluar ”Aku bebas”
Bernapas masuk ”Dalam dimensi tertinggi”
Bernapas keluar ”Aku bersemayam”


Bangun di Pagi Hari

Bangun di pagi ini aku tersenyum
dengan mengetahui ada 24 jam sudah hadir di hadapanku.
Aku bertekad untuk hidup sepenuhnya dalam setiap momen,
dan menatap semua makhluk dengan mata penuh welas asih.

Ketika kita bangun di pagi hari dan membuka mata, barangkali kita ingin melantunkan gatha di atas. Kita bisa memulai hari dengan sebuah senyum kebahagiaan dan aspirasi mendedikasikan diri untuk berlatih membangkitkan cinta kasih dan pengertian. Kita sadar bahwa hari ini adalah suatu hari baru yang segar, dan kita punya 24 jam yang berharga untuk hidup.

Mari kita coba untuk segera bangun dari tempat tidur setelah bernapas tenang sebanyak tiga kali untuk tetap hidup sadar. Ayo jangan menunda atau enggan bangun dari ranjang. Barangkali kita ingin duduk dan memijat kepala, leher, bahu, dan lengan dengan lembut untuk melancarkan sirkulasi darah. Mungkin kita ingin melakukan beberapa peregangan untuk mengendurkan persendian dan membangunkan tubuh kita. Minum segelas air hangat di pagi hari juga baik untuk jaringan tubuh kita.

Mari kita membersihkan diri atau melakukan apa pun yang perlu dilakukan sebelum menuju ke ruang meditasi. Meluangkan waktu secukupnya agar kita tidak harus tergesa-gesa. Menikmati langit pagi yang gelap. Banyak bintang sedang berkedip dan mengucapkan ”selamat pagi” kepada kita. Tarik napas dalam dan nikmati udara sejuk dan segar. Sewaktu kita berjalan perlahan menuju ruang meditasi, biarkan pagi menghiasi kehidupan kita, membangunkan tubuh dan pikiran kita untuk kegembiraan di hari yang baru.



Meditasi Duduk

Meditasi duduk bagaikan kita kembali ke rumah masing-masing untuk memberikan perhatian penuh dan kepedulian kepada diri sendiri. Seperti rupang Buddha di altar, kita juga bisa memancarkan kedamaian dan stabilitas. Kita duduk tegap dengan penuh wibawa, dan kembali pada napas. Kita mencurahkan seluruh perhatian pada tubuh dan sekeliling. Kita membiarkan pikiran kita menjadi luas dan hati kita semakin lembut dan berbudi baik. Meditasi duduk sangat menyembuhkan. Kita sadar bahwa kita bisa saja duduk dengan keadaan apa saja yang muncul dalam diri kita, apakah itu kepedihan, kemarahan, kegusaran, atau juga keceriaan, kecintaan, dan kedamaian. Kita duduk bersama perasaan-perasaan itu tanpa terhanyut. Biarkan perasaan itu datang dan biarkan juga perasaan itu pergi. Tidak perlu menolak, tidak perlu memaksa, tidak perlu berpura-pura bahwa pikiran kita tidak ada di situ. Selidiki pikiran dan bayangan-bayangan yang muncul dari mental dengan penuh rasa penerimaan dan tatapan penuh cinta kasih. Kita boleh tetap diam dan tenang walaupun terjadi hujan badai yang muncul dari diri kita.

Jika kaki kita dan telapak kaki tertidur atau mulai pegal, kita boleh saja mengatur posisi duduk agar nyaman tanpa menimbulkan suara berisik. Kita boleh mempertahankan konsentrasi dengan tetap mengikuti napas secara perlahan-lahan, kemudian dengan penuh kewaspadaan merubah postur duduk. Di antara sesi meditasi, kita berlatih Thien Hanh yaitu meditasi jalan di ruangan. Kita melangkah bersamaan dengan setiap napas masuk dan keluar. Sadari sanggha berada di sekeliling, kita merasakan keselarasan karena memiliki tubuh yang lebih besar yaitu tubuh sanggha. Setiap orang bergerak bersama, perlahan-lahan, dan penuh perhatian. Kita bisa menemukan banyak saran dan usul berkaitan dengan Guided Meditation dalam buku-buku Thay*, “The Blooming of a Lotus” atau juga salah satu guru Dharma. Kita hendaknya datang 5 menit sebelum meditasi dimulai sehingga semua orang bisa duduk dengan nyaman sebelum bel dibunyikan untuk memulai meditasi formal. Kita sebaiknya jangan masuk ke ruang meditasi setelah bel diundang berbunyi di aula meditasi. Apabila kita terlambat untuk ikut meditasi duduk, tetaplah berada di luar dan menikmati meditasi jalan.

* Thay berarti guru, sebutan akrab di Plum Village untuk Bhante Thich Nhat Hanh



Sumber: http://www.wihara.com/forum/artikel-buddhist/7169-orientasi-naskah-naskah-plum-village.html

Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.4

Makan Bersama

Roti dalam tanganku adalah tubuh dari jagad raya

Makan bersama merupakan latihan meditasi. Kita perlu mencoba untuk mempersembahkan kehadiran kita dalam setiap kali makan bersama. Mulai mengambil makanan saja kita sudah bisa mulai berlatih. Ketika sedang mengambil makanan kita menyadari banyak elemen, seperti hujan, sinar matahari, bumi, udara, dan cinta kasih, semua ini datang bersama menghasilkan makanan ini. Pada kenyataanya bahwa hanya dengan melihat makanan ini saja kita bisa melihat seluruh alam semesta mendukung kelangsungan hidup kita.

Kita sadar bahwa seluruh sanggha hadir ketika kita sedang mengambil makanan, kita mengambil makanan sesuai dengan porsi yang kita butuhkan. Sebelum makan, lonceng akan diundang sebanyak 3 kali dan kita menikmati bernapas masuk dan keluar kemudian membacakan 5 perenungan.

* Makanan ini merupakan pemberian seluruh alam semesta, bumi, langit, dan berbagai hasil kerja keras.
* Semoga kami makan dengan perhatian penuh kesadaran dan rasa terima kasih agar kami menjadi orang yang layak menerimanya.
* Semoga kami dapat mengenali dan mengubah bentuk-bentuk mental tidak bajik, terutama keserakahan, dan belajar makan dengan penuh kewajaran.
* Semoga kami dapat terus menjaga welas asih agar tetap hidup, melalui cara makan sedemikian rupa sehingga mengurangi penderitaan semua makhluk, melestarikan planet ini dan memutar balik arus pemanasan global.
* Kami menerima makanan ini agar dapat merawat hubungan persaudaraan kakak dan adik, memperkuat sanggha dan memupuk tujuan luhur untuk melayani semua makhluk.


Kita sebaiknya makan dengan perlahan-lahan, mengunyah setiap suapan minimal 30 kali sehingga makanan itu menjadi cairan. Dengan demikian membantu proses pencernaan. Mari kita menikmati setiap suapan makanan kita dan merasakan kehadiran kakak adik di sekitar kita. Marilah kita hadir di momen ini, makan dengan cara penuh kekokohan, keceriaan, dan damai, sehingga semua ini menjadi kenyataan ketika sedang makan. Makan dengan hening membuat makanan menjadi nyata berkat perhatian kesadaran dan kita sepenuhnya sadar bahwa makanan ini memberikan nutrisi. Demi memperdalam latihan makan dengan penuh perhatian dan memberikan dukungan atmosfir damai, kita tetap duduk selama periode hening. Setelah 20 menit kemudian, bel akan diundang dua kali, kita boleh bangkit dari tempat duduk. Setelah selesai makan, kita menggunakan beberapa waktu untuk menyadari bahwa kita telah selesai, mangkuk kita telah kosong dan rasa lapar sudah hilang. Rasa terima kasih membuat kita sadar bahwa betapa beruntungnya kita telah memperoleh makanan yang penuh nutrisi ini, makanan yang mendukung kita pada jalur pengertian dan cinta kasih.


Dapur

Makanan telah habisi disantap,
laparku telah hilang,
Aku bertekad untuk hidup demi
memberikan manfaat untuk semua makhluk.

Dapur juga merupakan ruang latihan meditasi. Mari kita berlatih hidup berkesadaran ketika bertugas di dapur ataupun membersihkan dapur. Mari kita mengerjakan pekerjaan kita dalam suasana santai dan khusyuk, ikuti napas kita dan tetap menjaga konsentrasi pada pekerjaan. Berbicara seperlunya hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan. Kita bisa memulai pekerjaan kita dengan cara memberikan persembahan dupa ke altar di dapur sebagai ungkapkan rasa terima kasih dan mengingatkan diri untuk bekerja secara berkesadaran.

Mari kita membantu tim dapur dengan tidak mengganggu ruang meditasi ini dengan hal yang tidak penting, kita yang sedang tidak bertugas di dapur boleh melakukan apa yang ingin kita lakukan dengan hening dan kemudian meninggalkan dapur agar tim dapur dapat menunaikan tugasnya dengan baik.

Ketika memasak, kita mengalokasikan waktu cukup agar tidak ada perasaan tergesa-gesa. Mari kita sadar bahwa saudara-saudari dalam latihan bersama sangat bergantung pada makanan ini untuk menunjang latihan mereka. Penyadaran ini akan membantu kita untuk memasak makanan yang berbumbu cinta kita dan perhatian penuh kesadaran.

Ketika kita sedang membersihkan dapur atau mencuci piring kita melakukan hal itu sama seperti ketika kita membersihkan altar atau memandikan bayi Buddha. Mencuci dengan cara demikian, kegembiraan dan kedamaian akan terpancar di dalam diri sendiri dan di sekeliling kita. 


Tubuh Sanggha

Siapapun yang datang untuk berlatih bersama merupakan bagian dari sanggha atau komunitas. Namun jika kita datang ke Plum Village hanya untuk jangka waktu satu minggu saja, kehadiran kita atau latihan kita dapat memberikan konstribusi semangat dan keharmonisan bagi sanggha.

Dalam masyarakat, banyak penderitaan kita berasal dari perasaan terkucilkan dari masyarakat. Kita sering merasa tidak ada koneksi nyata pada saat berhadapan dengan orang lain secara langsung, begitu juga tetangga, rekan kerja dan anggota keluarga lainnya. Setiap orang hidup terpisah, seolah-olah tidak didukung oleh komunitas. Hidup bersama sanggha dapat menyembuhkan diri dari perasaan terkucilkan dan pemisahan. Kita dapat berlatih bersama, berbagi ruangan bersama, makan berdampingan dan membersihkan kuali bersama-sama. Hanya dengan berlatih bersama praktisi dalam aktivitas keseharian, kita dapat merasakan koneksi nyata dari cinta dan penerimaan.

Thay sering berujar bahwa sanggha adalah sebuah taman yang penuh dengan berbagai jenis pohon dan bunga. Ketika kita dapat melihat ke dalam diri kita sendiri dan melihat bagian diri kita yang indah, bunga dan pohon unik dapat benar-benar tumbuh sehingga menumbuhkan saling pengertian dan cinta kasih. Satu bunga mungkin akan mekar lebih awal di musim semi dan bunga lainnya mungkin mekar di penghujung musim semi. Satu pohon mungkin berbuah banyak dan pohon lain mungkin rimbun serta menyejukkan. Tidak ada satu tanaman pun yang terhebat, atau terburuk ataupun tidak ada tanaman yang sama persis dengan tanaman lainnya. Setiap anggota komunitas selalu mempunyai talenta atau kemampuan khusus dan unik yang bisa disumbangkan kepada komunitas. Ketika kita mampu mengapresiasi kontribusi setiap anggota dan melihat kelemahan diri sendiri sebagai potensi untuk tumbuh, kita dapat belajar untuk hidup bersama secara harmonis. Tujuan dari latihan kita adalah untuk melihat apakah kita sebagai sebuah bunga atau pohon, dan kita semua merupakan satu kesatuan dari taman secara utuh, semuanya saling terkait.


Hidup Berdampingan

Kebersamaan merupakan sebuah praktik. Di pusat latihan kita memiliki kesempatan unik untuk hidup secara berdampingan dengan teman dari berbagai negara dan latar belakang. Bersama-sama kita membentuk satu tubuh sanggha, terhubungkan oleh latihan hidup berkesadaran. Dengan energi bersama yang kita hasilkan dari ketenangan dan melihat secara mendalam, memungkinkan kita untuk saling mendukung satu sama lainnya dalam metode transformasi. Ini membutuhkan kerjasama, terampil, dan sikap penerimaan.

Untuk dapat hidup berdampingan dengan yang lainnya, kita perlu mengembangkan pengertian, komunikasi, dan rendah hati. Mari kita menyediakan waktu untuk memahami mereka yang ada di sekeliling kita. Kita telah mengabaikan tetangga kita sejak dahulu kala.

Dengan hidup bersama kita dapat mendorong orang lain ikut bergabung dengan latihan kita dan bersama-sama membangun solidaritas. Berbagi ruangan dengan yang lainnya juga merupakan kesempatan untuk membangun pengertian dan rasa simpati untuk dirimu sendiri dan juga demi mereka yang tinggal bersamamu. Menaruh perhatian terhadap teman sekamar, kita dapat mengidentifikasikan dan mengapresiasikan kualitas positif mereka, menciptakan suasana harmonis, kita tahu ketika orang lain bahagia maka kita juga ikut bahagia.

Kita dapat menaruh respek kepada teman sekamar dan dapat berbagi ruangan dengan cara menjaga kamar tetap rapi dan bersih. Kita coba peka terhadap teman sekamar. Contohnya kita seharusnya bertanya terlebih dahulu ketika ingin membuka jendela, menyalakan dupa, atau menyalakan lampu, untuk memastikan hal itu tidak akan mengganggu teman sekamar kita. Melalui cara demikian kita dapat menciptakan suasana berlatih ucapan, pikiran, dan tindakan penuh cinta kasih.

Hadiah terbaik yang dapat kita persembahkan kepada sahabat dalam latihan adalah latihan hidup berkesadaran. Senyum dan napas berkesadaran menjadi alat komunikasi yang memberitahu orang lain bahwa kita mencoba cara terbaik untuk menghadirkan kedamaian dalam diri sendiri dan kita berharap bisa ikut memberikan kontribusi kedamaian kepada seluruh komunitas. Kita perlu ingat untuk terus berkomunikasi dengan lancar, sehingga kebahagiaan kita akan mengalir dengan baik. 


Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.3

Meditasi Minum Teh

Meditasi minum teh merupakan waktu untuk bersama dengan sanggha dalam suasana ceria dan khusyuk. Hanya untuk menikmati teh bersama-sama itu saja sudah cukup. Hal demikian bagaikan sebuah “kabar baik”, ketika kita berbagi keceriaan dan kebahagiaan selama dalam kebersamaan.

Kadang-kadang, waktu kita sedang minum teh bersama seorang teman, kita tidak menyadari keberadaan teh itu bahkan kita juga tidak menyadari keberadaan teman kita yang sedang duduk di hadapan kita. Mempraktikkan meditasi teh adalah untuk menjadi benar-benar hadir bersama teh dan teman-teman kita.

Kita mengenali bahwa kita sanggup bersemayam di saat sekarang ini dengan bahagia walaupun dengan semua kesedihan dan kegelisahan. Kita duduk santai di sana tanpa harus berucap apa pun. Kalau kita suka, bisa juga kita berbagi nyanyian, sebuah kisah, dan sebuah tarian.
Barangkali anda ingin membawa alat musik atau menyiapkan sesuatu terlebih dahulu. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyiram benih-benih keceriaan dan kegembiraan, akan pengertian dan cinta kasih di antara sesama.


Menyentuh Bumi

Latihan menyentuh bumi (sujud, bhumisparsha) merupakan latihan kembali ke bumi, ke akar, ke leluhur kita, dan menyadari bahwa kita terkait erat dengan seluruh silsilah leluhur spiritual dan leluhur keluarga. Kita merupakan kelanjutan dari leluhur kita, dan akan berlanjut ke generasi akan datang. Kita menyentuh bumi untuk melepaskan pandangan bahwa kita terpisah dari bumi serta juga sebagai pengingat bahwa kita adalah bumi dan kita adalah bagian dari kehidupan.

Ketika kita menyentuh bumi, kita menjadi kecil, dengan penuh kerendahan hati dan bersahaja bagaikan seorang anak muda. Ketika kita menyentuh bumi, kita menjadi lebih kokoh, bagaikan pohon berusia panjang yang merambatkan akarnya masuk ke dalam tanah, meminum air dari sumber segala air.

Ketika kita menyentuh bumi, kita bernapas masuk semua kekuatan dan stabilitas yang ada di bumi, kemudian bernapas keluar untuk mengalirkan keluar derita kita, marah, benci, ketakutan, dan semua keluh kesah.

Telapak tangan kita disatukan membentuk kuncup teratai dan kemudian dengan lembut merebahkan diri ke lantai sehingga tangan kaki beserta dahi beristirahat dengan nyaman di atas bumi. Ketika kita menyentuh bumi, tangan kita dibuka menghadap ke atas, menunjukkan keterbukaan kepada Triratna, Buddha, Dharma, dan Sanggha. Setelah satu atau dua kali berlatih menyentuh bumi (tiga atau lima kali), kita telah melepaskan banyak penderitaan dan perasaan terkucilkan dan kita akur kembali dengan leluhur, orang tua, anak, dan para sahabat. 


Lima Latihan

Lima Latihan perhatian penuh kesadaran dibuat pada zaman Buddha kemudian menjadi fondasi praktik untuk keseluruhan komunitas, termasuk komunitas monastik maupun sahabat awam. Fondasi dari latihan ini adalah perhatian penuh kesadaran.

Seluruh anggota sanggha dan tamu diajak untuk mematuhi latihan ini untuk mendukung praktik perhatian penuh kesadaran dan hidup harmonis bersama. Tidak merokok, tidak minum cairan yang menurunkan kesadaran, penyimpangan perilaku seksual, semua itu merupakan bagian dari lima latihan.

Lima latihan perhatian penuh kesadaran melindungi kita sehingga tetap bebas dan menjadikan hidup lebih indah. Latihan ini juga menjadi pedoman bagi kehidupan sehari-hari karena latihan menjadi landasan dasar kebahagiaan individu, suami istri, keluarga, dan masyarakat.


Latihan Pertama: Menjunjung Tinggi Kehidupan

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh penghancuran kehidupan, aku bersedia memupuk pengertian mendalam atas keadaan saling bergantungan dan belas kasih serta mencari cara untuk melindungi kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, dan bumi ini. Aku bertekad untuk tidak membunuh, tidak membiarkan pihak lain membunuh, dan tidak mendukung segala jenis tindakan pembunuhan di dunia ini, baik melalui pikiran maupun cara hidupku. Aku mengerti bahwa tindakan merusak timbul dari kemarahan, ketakutan, keserakahan, dan intoleransi yang berakar dari pemikiran diskriminatif dan dualistik, aku akan menumbuhkan sifat keterbukaan, non diskriminasi dan non kemelekatan terhadap pandangan demi mentransformasikan kekerasan, fanatisme, dan dogmatisme dalam diriku dan di dunia ini.

Latihan Kedua: Kebahagiaan Sesungguhnya

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh eksploitasi, ketidakadilan sosial, pencurian, dan penindasan, aku bersedia berlatih hidup dalam kedermawanan dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan. Aku bertekad untuk tidak mencuri dan tidak memiliki sesuatu yang seharusnya milik pihak lain, aku akan berbagi waktu, energi, dan sumber materi bersama mereka yang membutuhkannya. Aku akan berlatih menatap secara mendalam untuk menyadari bahwa kebahagiaan dan penderitaan orang lain juga merupakan kebahagiaan dan penderitaan diriku, kebahagiaan sesungguhnya tak akan bisa hadir tanpa pengertian dan belas kasih; aku mengerti bahwa mengejar kekayaan, ketenaran, kekuasaan, dan kenikmatan sensual bisa membawa semakin banyak penderitaan dan keputusasaan. Aku sadar sepenuhnya bahwa kebahagiaan berhubungan erat dengan sikap mental dan kebahagiaan tidak bergantung pada kondisi eksternal, Aku bisa hidup dengan bahagia pada momen kini hanya dengan mengingat bahwa aku sudah memiliki kondisi secukupnya untuk berbahagia. Aku bertekad untuk berlatih hidup sesuai dengan mata pencaharian benar sehingga aku bisa ikut membantu mengurangi penderitaan makhluk lain di dunia ini dan memutar balik arus pemanasan global.


Latihan Ketiga: Cinta Sesungguhnya

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh peyimpangan prilaku seksual, aku bersedia untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab dan mencari cara untuk melindungi keamanan dan integritas individual, pasangan, keluarga, dan masyarakat. Tahu bahwa nafsu seksual bukanlah cinta, dan aktivitas seksual yang didorong oleh nafsu keinginan selalu melukai diriku kemudian juga melukai pihak lain, Aku bertekad untuk tidak terlibat dalam hubungan seksual yang tanpa dilandasi cinta sesungguhnya, cinta mendalam, komitmen jangka panjang yang diberitahukan kepada famili dan para sahabat. Aku akan bertindak sesuai kemampuanku dalam melindungi anak-anak dari pelecehan seksual dan mencegah percerain pasangan dan keluarga yang diakibatkan oleh prilaku seksual tidak pantas. Mengerti bahwa badan jasmani dan pikiran merupakan satu kesatuan, aku bersedia mencari cara pantas untuk menjaga energi seksual dan menumbuhkan cinta kasih, belas kasih, suka cita, dan sikap inklusif, yang merupakan empat elemen dasar cinta sesungguhnya demi kebahagiaan lebih besar bagi diriku dan pihak lain. Kita tahu bahwa berlatih cinta sesungguhnya, kita akan terus dilanjutkan dengan indah di masa depan.


Latihan Keempat: Ucapan Cinta Kasih dan Mendengar Mendalam

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh bicara tanpa berkesadaran dan ketidakmampuan untuk mendengarkan pihak lain, Aku bersedia untuk menumbuhkan ucapan cinta kasih dan mendengar mendalam demi mengurangi penderitaan dan upaya menciptakan rekonsiliasi dan perdamaian dalam diriku dan sesama orang lain, ethnik, sahabat religius, dan antar negara. Mengetahui bahwa kata-kata dapat menghadirkan kebahagiaan maupun menciptakan penderitaan, Aku bersedia berbicara sesuai keadaan yang sesungguhnya dengan menggunakan kata-kata yang dapat memunculkan keyakinan, suka cita, dan harapan. Ketika kemarahan membara dalam diriku, untuk sementara aku bertekad untuk tidak berbicara. Aku akan berlatih napas dan jalan penuh kesadaran untuk mengenali kehadiran kemarahan dan kemudian menatap mendalam untuk mengetahui akar permasalahan, terutama akar persepsi keliru dan pengertian kurang lengkap atas penderitaan dalam diriku maupun pihak lain. Aku akan berbicara dan mendengar dengan sedemikian rupa sehingga membantu meringankan penderitaan pihak lain dan mencari cara untuk keluar dari situasi sulit itu. Aku bertekad untuk tidak menyebarkan berita-berita yang belum aku ketahui dengan pasti dan juga tidak melontarkan kata-kata yang dapat menyebabkan perpecahan dan perselisihan. Aku akan berlatih semangat ketekunan benar untuk menunjang kapasitas dalam hal pengertian, cinta kasih, suka cita, dan inklusif, secara perlahan-lahan mentransformasikan kemarahan, kekerasan, dan ketakutan yang terselubung jauh dalam kesadaranku.


Latihan Kelima: Nutrisi dan Penyembuhan

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh konsumsi tidak disertai dengan kesadaran, Aku bersedia menjaga kesehatan dengan baik secara fisik maupun mental bagi diriku sendiri, keluarga, dan masyarakat dengan cara berlatih makan, minum, dan mengonsumsi dengan penuh kesadaran. Aku akan berlatih menatap mendalam bahan konsumsiku yang terdiri dari empat jenis makanan yaitu makanan lewat mulut, kesan impresi, niat, dan kesadaran. Aku bertekad untuk tidak menggunakan alkohol, obat-obat terlarang, terlibat dalam perjudian atau produk-produk yang mengandung toksin seperti situs internet, permainan elektronik, program televisi, film, majalah, buku, dan percakapan. Aku akan berlatih kembali pada momen kekinian untuk menyentuh kesegaran, penyembuhan, dan elemen nutrisi dalam diriku dan sekitarku, tidak membiarkan penyesalan dan kemurungan menyeretku kembali ke masa lalu, juga tidak membiarkan kecemasan, ketakutan, dan kemelekatan menarik aku keluar dari momen kekinian. Aku bertekad untuk tidak menutupi kesepian, kecemasan, atau penderitaan jenis lainnya dengan cara tenggelam dalam mengkonsumsi. Aku akan merenungkan sifat saling bergantungan dan mengkonsumsi dengan sedemikian rupa sehingga bisa memelihara kedamaian, suka cita, dan kesehatan badan jasmani dan kejernihan kesadaran sendiri maupun kolektif dalam cakupan keluarga, masyarakat, dan dunia ini. 


Sumber: http://www.wihara.com/forum/artikel-buddhist/7169-orientasi-naskah-naskah-plum-village.html

Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.5

Keheningan

Periode untuk berlatih keheningan (noble silence) dimulai setelah meditasi sore hingga sarapan pagi besok. Keheningan ini sangat menyembuhkan. Kita mengizinkan keheningan dan kedamaian untuk mengalir masuk ke dalam daging dan tulang. Kita mengizinkan energi sanggha dan perhatian penuh kesadaran merembes masuk ke dalam tubuh dan pikiran. Kita berjalan kembali ke tempat tidur perlahan-lahan, menyadari setiap langkah. Kita bernapas dalam dan menikmati langkah damai dan kesegaran. Mari kita jangan berbicara dengan mereka yang berjalan di pinggir kita, dia membutuhkan dukungan kita juga. Kita boleh saja berdiam diri di luar sana sekitar 10 menit dengan ditemani pepohonan dan bintang-bintang, kemudian boleh pergi ke kamar mandi, mengganti pakaian dan setelah itu langsung tidur.

Berbaring di ranjang, kita boleh mempraktikkan relaksasi mendalam sampai kita tertidur. Ketika sudah pagi, kita bergerak secara perlahan-lahan dan penuh keheningan, gunakanlah waktu baik-baik untuk bernapas, pergi ke kamar mandi dan setelah itu segera menuju aula meditasi. Kita tidak perlu menunggu siapapun. Ketika bertemu seseorang dalam perjalanan menuju aula meditasi, kita menyatukan kedua telapak tangan di depan dada bagaikan kuncup bunga teratai kemudian membungkukkan badan memberikan salam, memberikan kesempatan kepada dia untuk ikut menikmati perjalanan pagi menuju aula meditasi. Latihan ini kita lakukan setiap hari, kecuali pada malam hari malas ‘lazy day’ dan festival bulan purnama. Terima kasih sudah berlatih dengan riang.


Memulai Lembaran Baru

Memulai lembaran baru adalah melihat diri sendiri secara mendalam dan jujur, memahami ucapan, tindakan, dan pikiran yang telah kita perbuat sebelumnya, kemudian membuka lembaran baru yang segar dalam diri kita; demikian juga membuka lembaran baru dalam hubungan persahabatan dengan orang lain. Di dalam retret, kita berlatih memulai lembaran baru secara berkelompok setiap dua minggu sekali, demikian juga Anda boleh memulai lembaran baru secara individu dengan orang lain sebanyak-banyaknya.

Kita berlatih memulai lembaran baru untuk menjernihkan pikiran dan mempertahankan kesegaran latihan. Ketika kesulitan muncul dalam hubungan persahabatan, tentu saja ada di antara mereka yang merasa kecewa atau sedih, kita sadar bahwa inilah saatnya untuk memulai lembaran baru. Berikut ini merupakan penjelasan tentang empat proses untuk memulai lembaran baru sebagaimana yang dipergunakan dalam pertemuan formal. Seseorang berbicara dalam kurun waktu tertentu dan tidak diinterupsi oleh orang lain. Praktisi lain berlatih untuk mendengar secara mendalam dan memperhatikan napas.

* Menyirami Bunga, kesempatan untuk memberikan apresiasi kepada sahabat lain. Kita diperbolehkan untuk menceritakan perbuatan atau ucapan spontan yang dilakukan sahabat lain; perbuatan atau ucapan yang memberi inspirasi kepada kita. Ini merupakan kesempatan untuk memberikan dukungan semangat dan kekuatan serta memberi kontribusi dalam mendorong tumbuhnya kualitas positif dalam sanggha.
* Menyampaikan Penyesalan, kita boleh menyebutkan tindakan, ucapan, atau pikiran kita yang kurang pantas, yang belum sempat kita utarakan dengan tujuan untuk meminta maaf.
* Menuturkan Hati yang Luka, kita boleh menyampaikan tentang bagaimana hati kita terluka ketika sedang berinteraksi dengan orang lain, ketika seseorang bertindak, berucap, atau berpikir sesuatu (untuk menuturkan hati kita yang luka, pertama perlu menyirami bunga sahabat-sahabat lain dengan cara menyampaikan dua kualitas positif yang kita ketahui dengan pasti atas orang tersebut. Latihan ini umumnya dipraktikkan secara empat mata bukan dipraktikkan secara berkelompok. Jika Anda menginginkan, Anda juga boleh memohon seorang sebagai mediator untuk turut serta hadir bersama, seorang mediator yang dihormati oleh kedua belah pihak)
* Menuturkan kesulitan yang dialami berulang kali dan memohon dukungan – pada keadaan yang mana dua orang punya masalah masing-masing, derita masa lalu muncul pada saat ini. Ketika kita sedang menuturkan kejadian sulit yang sedang kita hadapi, kita memberi kesempatan kepada orang lain di sekitar kita untuk mengerti diri kita lebih baik dan orang lain berkesempatan untuk memberikan dukungan yang kita butuhkan.


Latihan memulai lembaran baru membantu kita untuk membangkitkan ucapan penuh cinta kasih dan mendengar dengan penuh kesabaran. Memulai lembaran baru merupakan latihan untuk mengenali dan menghargai elemen positif dalam sanggha. Dengan demikian, kita akan menyadari bahwa sahabat sekamar kita begitu dermawan dalam membagikan pengalamannya.

Mengenali karakteristik positif orang lain memberikan kita kesempatan untuk melihat kualitas baik dalam diri kita juga. Sembari menyadari karakteristik positif ini, kita sadar setiap orang juga memiliki sifat kurang indah seperti berbicara dengan nada marah atau terjebak dalam persepsi keliru.

Ketika kita berlatih “menyirami bunga”, kita saling membantu sesama dalam menumbuhkan kualitas baik, pada saat bersamaan kita juga mengurangi kesulitan orang lain. Sebagaimana bertugas di kebun, kita menyirami bunga cinta kasih dan welas asih sesama, kita juga membuang energi negatif yang berasal dari benih kemarahan, cemburu, dan persepsi keliru.

Kita boleh berlatih memulai lembaran baru setiap hari dengan cara mengungkapkan perasaan kita kepada sahabat lain dan memohon maaf saat itu juga jika kita mengucapkan sesuatu yang melukai mereka. Kita boleh memberitahu orang lain dengan sopan ketika kita merasa tersinggung. Kesehatan dan kebahagiaan seluruh komunitas tergantung pada keselarasan, kedamaian, dan keceriaan yang hadir dalam setiap anggota sanggha.


Menjaga Kemarahan

Thay selalu menganalogikan kemarahan sebagai bayi yang sedang menangis. Ketika bayi menangis, ibunya akan menggendongnya dalam pelukan dan memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi. Menggendong dengan penuh kelembutan telah menenangkan bayi itu.

Demikian juga, kita juga bisa menggendong kemarahan kita dalam pelukan cinta kasih dan seketika itu juga kita merasa lega. Kita tidak perlu mendorong kemarahan. Kemarahan merupakan bagian kita yang membutuhkan cinta kasih dan didengar secara mendalam, begitu juga bayi itu.

Setelah bayi itu tenang, ibunya bisa merasakan bahwa bayi itu sakit atau demam atau perlu ganti popok. Ketika kita sudah tenang dan damai, kita bisa melihat secara mendalam kemarahan kita dan bisa melihat dengan jelas penyebab kemunculan kemarahan itu.

Ketika kita marah, inilah saatnya untuk tidak berbicara ataupun berbuat apa pun. Sebaiknya kita menarik diri dari orang atau situasi yang menjadi penyebab kemarahan yakni seseorang atau situasi yang menyirami benih-benih kemarahan kita. Kita perlu memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali kepada diri kita sendiri. Kita boleh berlatih bernapas dengan penuh perhatian dan meditasi jalan di luar sana untuk menenangkan dan menyegarkan pikiran dan tubuh. Selang beberapa waktu sudah berlalu, ketika kita sudah merasa lebih damai dan tenang, maka kita boleh mulai melihat diri sendiri secara mendalam dan melihat secara mendalam orang atau situasi yang menjadi penyebab kemarahan kita. Sering sekali ketika kita bermasalah dengan orang tertentu, orang tersebut memiliki karakteristik kelemahan yang tercermin dalam diri kita sendiri yang juga merupakan karakteristik yang sulit kita terima. Ketika cinta dan penerimaan mulai tumbuh dalam diri kita, maka secara alami cinta dan penerimaan akan mulai tersebar ke orang-orang di sekeliling kita. 



Tokoh Buddhis: Thich Chan Khong

Biksuni Chan Khong
Biksuni Chan Khong

Biksuni Chan Khong yang memiliki nama kecil “Cao Ngoc Phuong” lahir pada tahun 1938 di Ben Tre, Vietnam. Anak ke-8 dari 9 bersaudara, hidup dalam keluarga yang termasuk serba berkecukupan, ayahandanya mengajarkan semua anak-anaknya tentang betapa pentingnya nilai sebuah usaha dan kerendahan hati. Ia selalu mengutip kata-kata ayahnya: “…jangan pernah tawar menawar dengan petani miskin karena beberapa dong (mata uang Vietnam) tidak begitu berarti bagimu, namun itu saja sudah cukup menghidupi anak-anak mereka”.

Pada tahun 1958, ia diterima di Universitas Saigon di bidang studi Biologi, kemudian ia juga ikut terjun aktif dalam aksi politik, menjadi pemimpin di Universitas Saigon, menghabiskan banyak waktu untuk membantu rakyat miskin dan mereka yang sakit di area kumuh di pinggir perkotaan.

Biksuni Chan Khong bertemu Mahaguru Zen Thich Nhat Hanh pada tahun 1959 dan menjadikan beliau sebagai guru spiritualnya. Pada tahun 1963 Ia berangkat ke Paris untuk menyelesaikan kuliahnya di bidang Biologi dan selesai pada tahun 1964. Pada tahun itu juga ia kembali ke Vietnam dan bergabung dengan Thay Nhat Hanh untuk membangun Universitas Van Hanh dan Sekolah Pemuda Pelayanan Sosial (School for Youth and Social Service, SYSS). Beliau merupakan staf yang paling aktif dalam berbagai kegiatan SYSS, mengelola pengobatan, pendidikan dan fasilitas pertanian di daerah pedalaman Vietnam selama masa perang Vietnam. SYSS pernah melibatkan lebih dari 10000 pekerja sosial muda yang mana mereka membangun kembali desa-desa yang telah hancur akibat perang. Ketika Thay Nhat Hanh kembali dari Amerika Serikat, Biksuni Chan Khong yang menjalankan roda kehidupan organisasi.

Pada tanggal 5 Februari 1966, Biksuni Chan Khong ditahbiskan sebagai enam orang pertama dari anggota Order of Interbeing (OI), mereka disebut sebagai “Six Cedars”. Pada saat menerima penahbisan itu, beliau diberikan nama Chan Khong yang berarti “Kekosongan Sejati”. Pada kesempatan menjelaskan arti nama itu, beliau berkata: “Dalam ajaran Buddha, istilah ‘kekosongan’ merupakan terjemahan dari istilah Sanskerta yaitu Sunyata, makna sunyata adalah ‘kosong dari aku yang terpisah’. Istilah ini tidak negatif atau membuat kita putus asa, justru istilah untuk menunjukkan betapa pentingnya kesalingtersambungan (interconnectedness), saling berkaitan. Kekosongan berarti tidak ada sesuatu pun yang bisa eksis hanya bergantung pada dirinya sendiri saja, segala sesuatu tidak mungkin terlepas dari kesalingtersambungan dengan sesuatu yang lain. Saya sadar sepenuhnya untuk bekerja keras untuk mengingat bahwa aku kosong dari diri yang terpisah dan penuh dengan berbagai keajaiban alam semesta ini, termasuk kedermawanan kakek dan nenekku begitu juga orang tuaku, sahabat dan guruku yang telah membantu dan mendukung saya dalam sepanjang jalan ini, begitu juga engkau para pembaca, tanpa engkau semua maka buku ini tidak bisa hadir di sini. Kita saling berkaitan, oleh karena itu kita kosong dari identitas yang terpisah dari kesalingtersambungan kita.”

Order of Interbeing terdiri dari biksu, biksuni, pria dan wanita awam. Enam orang yang ditahbiskan pertama kali diberikan kebebasan untuk memilih kehidupan sesuai kehendaknya masing-masing dan berlatih sebagai monastik atau umat awam. Tiga orang wanita memilih untuk hidup selibat layaknya biksuni walaupun mereka tidak mencukur habis rambutnya, sementara tiga orang pria memilih untuk menikah dan berlatih sebagai umat awam. Salah satu di antara tiga orang wanita itu adalah Nhat Chi Mai, setahun kemudian dia mengorbankan diri dengan cara membakar dirinya untuk menyadarkan orang tentang perdamaian.

Dari tahun 1969 hingga 1972 Biksuni Chan Khong bekerja untuk Thay Nhat Hanh di Paris, membangun Delegasi Perdamaian Buddhis yang menyerukan perdamaian untuk Vietnam. Sejak itu ia bekerja bersama Thay Nhat Hanh membangun komunitas Kentang Manis “Sweet Potato” pertama kali di sekitar Paris, komunitas ini kemudian berubah menjadi Sangha Plum Village pada tahun 1982. Beliau menemani dan membantu Thay Nhat Hanh ketika sedang berkunjung ke berbagai tempat. Namun demikian ia tetap meneruskan kegiatan menolong dan meringankan beban mereka yang membutuhkannya di Vietnam, mengelola parsel makanan untuk membantu para anak-anak miskin dan obat-obatan bagi mereka yang sakit, dan pada saat bersamaan terus membantu mengelola kegiatan di Plum Village.

Biksuni Chan Khong ditahbiskan sebagai biksuni oleh Thay Nhat Hanh pada tahun 1988 di Puncak Nasar India.

Selama 3 bulan perjalanan kembali ke Vietnam (Bulan Januari hingga awal April 2005), Thay Nhat Hanh berbicara di hadapan ribuan orang dari berbagai negara, para birokrat, politisi, intelektual, penjaja jalanan, supir taksi, artis. Biksuni Chan Khong juga mengajar dan mengadakan berbagai latihan hidup penuh kesadaran sebagai tambahan bagi ceramah dharma dari Thay Nhat Hanh. Beliau memimpin nyanyian lagu-lagu di Plumvillage, chanting, memandu sesi “relaksasi total”. Di sisi lain, Biksuni Chan Khong juga hidup bersahaja, menerapkan warisan budaya Vietnam ke dalam cara hidup modern sehingga sesuai dengan banyak orang yang bertemu dengannya. Selama Tet (perayaan tahun baru Vietnam) pada bulan Februari, beliau juga membantu dalam “oracle reading” bagi ratusan pengikut buddhis. (terjemahan bebas oleh Nyanabhadra)

Sumber: http://learningtruelove.wordpress.com/thich-chan-khong/

Song of Gratitude


Thank you for letting me fly
High, high above the sky



Thank you for letting me smile
Smile, smile through out day and night



Thank you for letting me cry
The tears from deep down inside



Thank you for being my light
A guardian angel by my side



Thank you for opening my eyes
And making the world so bright



Link lagu: 

Here is the Pure Land

Here is the Pure Land
The Pure Land is here
I smile in mindfulness
And dwell in the present moment

The Buddha is seen in an autumn leaf
The Dharma in a floating cloud
The Sangha body is everywhere
My true home is right here

Breathing in flowers are blooming
Breathing out I am aware that
Bamboo is swaying my mind is free
And I enjoy every moment

Link lagu: 07 Here is the Pure Land.wma

In, Out, Deep, Slow

In out deep slow
Calm ease smile release
Present moment
Wonderful moment

Link lagu: 18 In, out, deep, slow.wma

Island of the Self

Breathing in I go back to the island within myself
There are beautiful trees within the island
There are clear streams of water there are birds
Sunshine and fresh air
Breathing out I feel safe
I enjoy going back to my island

Link lagu: 02 Island of the self.wma

Happiness is Here and Now

Happiness is here and now
I have dropped my worries
Nowhere to go
Nothing to do
No longer in a hurry

Happiness is here and now
I have dropped my worries
Somewhere to go
Something to do
But not in a hurry

Link: 01 Hapiness is here n now.wma

Breathing In, Breathing Out

Breathing in, breathing out

Breathing in, breathing out
I am blooming as a flower
I am fresh as a dew
I am solid as a mountain
I am firm as the earth
I am free


Breathing in, breathing out
Breathing in, breathing out
I am water reflecting what is real what is true
And feel there is space deep inside of me
I am free, I am free, I am free


Pengertian Berdana

Ini adalah sesuatu yang sebenarnya sepele namun telah banyak diabaikan oleh banyak orang, yaitu berdana. Ya, berdana bagi saya adalah sesuatu yang sebenarnya sangat penting bagi kita terutama bagi umat Buddha. Sewaktu saya masih kecil dulu, yang saya tahu waktu itu hanyalah memasukkan sejumlah uang ke kotak dana yang disediakan di vihara-vihara namun belum mengerti apa itu makna berdana yang sesungguhnya. Dan dalam artikel ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang ardi berdana. Minimal teman-teman paham apa itu berdana.

Sungguh sulit bagi kita untuk dapat terlahir sebagai manusia. Namun kebanyakan dari kita yang terlahir sebagai manusia terpengaruh oleh nafsu duniawi sehingga melupakan tujuan utama kita, yaitu melakukan kebaikan selama kita hidup. Dengan otomatis karena terlalu sibuk dengan urusan duniawi kita sering kali melupakan kewajiban kita sebagai seorang buddhis, salah satunya adalah berdana. Maka dari itu, berbuatlah kebajikan selagi kita masih muda dan masih sempat.
Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda , akan merana seperti bangau tua yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya. Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda, akan terbaring seperti busur panah yang rusak, menyesali masa lampaunya.”(Dhammapada, 155, 156).
Dari beberapa sumber yang saya baca, berdana adalah suatu sifat kemuliaan yang sangat diwajibkan dalam Buddhisme. Berdana yang dilakukan dengan keyakinan, penuh hormat, ikhlas dan tanpa merasa dirugikan akan menghasilkan buah karma yang baik berupa kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah, sebagaimana sabda Sang Buddha pada Anguttara Nikaya Vol. III, 48 yang berisi:
“Oh, para bhikhu, kelima hal ini adalah dana dari seorang yang baik. Apakah kelima hal itu ? Ia berdana dengan keyakinan ; ia berdana dengan hormat; ia berdana tepat pada waktunya; dengan hati ikhlas; dan ia berdana tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun pihak lain.”
“Dengan memberikan dana dengan keyakinan dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka akan datanglah kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; serta ia akan elok dipandang, tampan/cantik, bagaikan keindahan bunga teratai yang mengagumkan.”
“Dengan berdana secara hormat dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka ia akan memperoleh kemakmuran , kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan anak-istrinya, para pesuruh dan pegawainya akan mendengarkan kata-katanya dengan sabar dan patuh, serta akan melayaninya dengan hati yang penuh pengertian.”
“Dengan berdana secara tepat waktu dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan kebaikan akan datang kepadanya tepat pada waktunya dan berlimpah ruah.”
“Dengan berdana secara ikhlas dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang melimpah; dan pikirannya akan menikmati sepenuhnya kebahagiaan dari kelima panca inderanya.”
“Dengan berdana tanpa merugikan diri sendiri maupun pihak lain dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan tidak akan ada dari manapun juga sesuatu yang akan merugikan harta bendanya ; baik api atau air, pemerintah atau pencuri, atau ahli waris yang berwatak buruk.”

Berdana tidak hanya berupa materi saja tetapi juga bisa dari pembicaraan yang ramah, senyuman yang tulus, budi pekerti yang menyenangkan, dan memberikan pengertian yang benar mengenai ajaran Sang Buddha.
Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Sang Buddha:
“Memberi makanan, seseorang memberikan kekuatan; memberi pakaian, seseorang memberikan keindahan; memberi penerangan, seseorang memberikan penglihatan; memberi angkutan, seseorang memberikan kesenangan; memberi perlindungan, seseorang memberikan semuanya; tetapi seseorang yang mengajarkan Dharma, ajaran Sang Buddha yang istimewa, orang seperti itu memberikan makanan surgawi.” (Samyutta Nikaya, I, 32)
“Kedermawanan, perkataan yang ramah, melakukan hal yang baik untuk orang-orang lain, dan memperlakukan semua orang secara sama; bagi dunia, tali-talisimpati ini bagaikan penyambung roda kereta.” (Anguttara Nikaya, Vol. 32)
Sumber dana yang akan didanakan tentulah harus berasal dari usaha dan cara yang benar.
“Dengan kekayaan yang dihimpun secara benar, yang diperoleh melalui usaha sendiri, ia membagikan makanan dan minuman kepada makhluk-makhluk yang membutuhkan.” (Itivuttaka, 66)

Berdana dapat dilakukan pada saat kebaktian pada tiap-tiap vihara yang ada sambil menyanyikan lagi Viharagita Dana Paramita yang lagunya seperti ini:


Marilah kita berdana, Untuk kepentingan Dhamma
Semoga kita diberkahi, Oleh Buddha Maha Suci
Berdanalah kita semua, Dengan hati ikhlas rela
Semoga karma baik kita, Dirahmati Sang Tri -Ratna

(dan dalam kebaktian Mahayana, ditambahkan lagi sebagai berikut )
Marilah kita berdana, Menimbun Kusala kamma
Semoga kita diberkahi, Bodhisattva Makhluk Suci
Sang Avalokitesvara, Selalu memberkahi kita
Semoga hidup kita bahagia, Untuk selama-lamanya.

Di samping itu, berdana tidaklah harus pada saat kebaktian, di luar kegiatan kebaktian kita juga tetap bisa berdana materi pada tempat yang telah disediakan oleh vihara masing-masing.

Kepada siapa kita harus berdana?
Dana yang kita persembahkan pada umumnya kepada Sangha atau bikkhu. Namun selain Sangha yang merupakan lapangan untuk menanam jasa, kita juga dapat berdana kepada:
1. Dana yang diberikan kepada orang yang melaksanakan sila, seperti misalnya para bhikkhu sekarang ini; bahkan ini termasuk berdana kepada Sangha.
2. Dana yang diberikan kepada Orang Tua ( Ayah dan Ibu )
3. Dana yang diberikan kepada orang yang belum berpenghasilan, misalnya mereka yang belum mempunyai pekerjaan lalu kita sokong untuk sementara waktu.
4. Dana yang diberikan kepada mereka yang memang sedang membutuhkan bantuan, misalnya kepada orang yang sedang terkena musibah, dsbnya.

Kualitas Dana
a. Menurut Tingkatan manfaatnya

Menurut tingkatan manfaatnya,maka suatu dana dapat kita bedakan menjadi empat bagian,yaitu :

1.Pemberian yang besar dengan manfaat yang kecil ( sedikit )
Contohnya dalam hal ini yaitu orang-orang yang membunuh binatang untuk di korbankan kapada para dewa dengan disertai perayaan yang besar dan segala macam upacara persembahyangan. Hal ini memerlukan biaya yang besar tetapi pahala atau kebaikan untuk mereka yang melaksanakan sangatlah sedikit.

2. Pemberian yang kecil dengan manfaat yang kecil.
Contohnya dalam hal ini yaitu seorang yang kaya tetapi Ia sangat kikir sehingga tidak mau berdana dengan banyak ( padahal dia mampu ) dan setulus hati.

3. Pemberian yang kecil dengan manfaat yang besar
Contohnya dalam hal ini yaitu seorang yang miskin yang memberikan dananya dengan jumlah yang sedikit ( karena batas kemampuannya memang hanya sampai di situ ) tetapi dia berdana dengan tulus hati dan tanpa pamrih.

4. Pemberian yang besar dengan manfaat yang juga besar
Contohnya yaitu seorang hartawan yang mendanakan sebagian hartanya guna kepentingan orang banyak, misalnya dengan mendirikan vihara,panti asuhan dsb-nya yang semuanya itu dilakukan dengan hati yang tulus dan pamrih.

b. Menurut kehendak ( Cetananya )
Berdasarkan kehendak ( cetananya) berarti bahwa ada niat yang baik dalam berdana tersebut. Dalam hal ini berdana bukan sekedar untuk formalitas, pamer kekayaan, mencari nama,promosi diri atau dagangan, menjilat dsb. Kehendak baik di sini mencakup tiga masa,yaitu :

1.Sebelum berdana 
Sebelum berdana, seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh ketulusan dan keriaan, dengan berpikir misalnya Saya sedang menanam harta benda sebagai sebab kekayaan yang dapat di bawa serta.

2. Sewaktu berdana
Sewaktu berdana seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh keyakinan dengan berpikir misalnya. Saya sedang membuat manfaat suatu harta yang tidak begitu bernilai.

3. Setelah berdana
Setelah berdana seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh keiklasan dan kepuasan, dengan berpikir misalnya. Saya telah melakukan kebajikan yang dipujikan oleh para bijaksana.



Jenis Dana
Berikut ini dikutipkan jawaban-jawaban dari alm. Bhikkhu Ledi Sayadaw atas pertanyaan mengenai Dana sewaktu Beliau masih tinggal di daerah Chipagan, Burma yang didasarkan atas Tipitaka Pali, Atthakathadan Tika.

1. Thavara Dana; Pemberian yang bersifat tahan lama, misalnya stupa, rumah peristirahatan, vihara, sekolah, jembatan, sumur, menara air, tanah, dsb.

2. Athavara Dana; Pemberian yang sifatnya tidak tahan lama, misalnya makanan, pakaian, dan uang. Athavara Dana yang diberikan terus menerus akan menghasilkan buah yang sama kuat dengan Thavara Dana.

3. Amisa Dana; Berdana dalam bentuk materi termasuk uang untuk membangun vihara.

4. Dhamma Dana; Berdana pengetahuan Buddhadharma, misalnya berdana buku-buku Buddhadharma, mencetak, menulis, menterjemahkan, menyunting, mengajar, memberi khotbah Dharma. Sang Buddha bersabda, “Danam Dhamma Danam Jinati” , yang artinya, “Dari semua pemberian, pemberian Dharma-lah yang tertinggi.” Dharma Dana menghasilkan kebijaksanaan dan pengetahuan.

5. Nicca Dana; Pemberian yang dilakukan secara teratur dan tetap. Seseorang tidak akan dilahirkan di alam Apaya (menderita) apabila dia melakukan Nicca Dana.

6. Anicca Dana; Pemberian yang dilakukan kadang-kadang saja

7. Vatta Nissita Dana; Pemberian yang dilakukan untuk mengharapkan keuntungan-keuntungan yang bersifat duniawi. Keuntungan duniawi meliputi keinginan untuk dilahirkan di alam-alam dewa, dilahirkan sebagai anak orang kaya. Pemberian dana semacam ini cenderung akan memperpanjang Samsara (lingkaran kehidupan dan kematian).

8. Vivatta Nissita Dana; Pemberian dengan tujuan untuk membebaskan diri dari kesengsaraan [samsara] dengan tercapainya Kebebasan [Nibbana].

9. Puja Dana; Pemberian kepada orang-orang yang menjalankan sila dan orang-orang mulia. Atau orang yang mempunyai status lebih tinggi sebagai tanda hormat.

10. Anuggaha Dana; Pemberian kepada orang yang lebih rendah.

11. Sankhara Dana; Pemberian Dana setelah mendapat dorongan atau anjuran dari orang lain. Apabila berbuah akan menjadikan seseorang itu berpikir lamban dan bodoh.

12. Asankhara Dana; Pemberian yang dilakukan atas kehendak sendiri, tanpa dorongan dari orang lain. Apabila berbuah akan menjadikan seseorang itu cerdas dan pandai.

13. Jana Dana; Pemberian yang dilakukan dengan sepenuh pengertian akan akibat-akibatnya.

14. Ajana Dana; Pemberian yang dilakukan dengan tidak mengerti/mengetahui apa akibatnya.

15. Vatthu Dana; Pemberian barang materi.

16. Asankhara Dana; Pemberian berupa suatu kebebasan pada suatu makhluk dari bahaya atau dari kematian, misalnya membebaskan hewan-hewan dari kurungan (yang telah ditangkap), larangan untuk berburu di hutan, melatih/mematuhi Pancasila Buddhis, dan sebagainya.

17. Ajjhatika Dana; Pemberian berupa anggota badan, misalnya mata, badan jasmani, dan mengorbankan jiwa sendiri untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Termasuk dalam hal ini adalah melakukan donor darah.

18. Bahira Dana; Pemberian biasa, tidak berupa anggota tubuh sendiri.

19. Hina Dana; Pemberian yang dilakukan dengan harapan mendapat kemasyuran.

20. Majjhima Dana; Pemberian yang dilakukan dengan tujuan untuk dapat dilahirkan sebagai manusia yang kaya.

21. Panita Dana; Pemberian yang dilakukan dengan harapan untuk mencapai kebebasan [Nibbana].

22. Dasa Dana; Pemberian yang bernilai rendah, misalnya sesuatu yang biasa diberikan kepada seorang budak.

23. Sahaya Dana; Pemberian yang mempunyai tingkat yang sama dengan apa yang biasa digunakan seseorang yang sama kedudukannya, misalnya sesuatu yang diberikan kepada seorang teman.

24. Sami Dana; Pemberian yang bernilai tinggi, misalnya sesuatu yang bisa dipakai oleh para majikan atau raja-raja.

25. Loka Dana; Pemberian yang dilakukan karena tradisi setempat dalam arti takut dipandang rendah bila tidak ikut berdana.

26. Atta Dana; Pemberian yang dilakukan untuk menjaga kewibawaan/pangkat seseorang.

27. Dhamma Dana; Pemberian yang dilakukan karena ingin mempraktekkan ajaran agama.

28. Civara Dana; Pemberian jubah kepada bhikkhu.

29. Pindapatta Dana; Pemberian makanan kepada bhikkhu.

30. Bhesajja Dana; Pemberian makanan kepada bhikkhu.

31. Senasana Dana; Pemberian tempat tinggal atau kuti kepada bhikkhu. Sang Buddha bersabda, “Vihara Danam Sanghassa Aggam Buddhena Vannitam”, yang artinya, “Sebuah tempat tinggal bhikkhu yang diberikan kepada Sangha dipuji oleh Sang Buddha sebagai pemberian hadiah tertinggi.”Demikian juga, “Soca Sabbadado Hoti, Yo Dadati Upassayam”, yang artinya, “Seseorang yang mendirikan tempat tinggal bhikkhu sebagai hadiah kepadaSangha, sama nilainya dengan segala macam hadiah.”

32. Dakkhina Visuddhi Dana; Penggolongan ini didasarkan atas:

- Sifat si pemberi yang berbudi luhur atau menjalankan sila
- Sifat si pemberi yang tidak berbudi luhur atau tidak menjalan sila
- Sifat si penerima yang berbudi luhur atau menjalankan sila
- Sifat si penerima yang tidak berbudi luhur atau tidak menjalankan sila.

Jika pemberian dana tersebut dilakukan dimana kedua-duanya berbudi luhur, maka akan menghasilkan buah yang banyak. Jika salah satunya tidak berbudi luhur, maka buah yang diperolehnya hanya sedikit.

33. Sakkacca Dana; Pemberian dengan hati-hati, sopan, dan penuh hormat.

34. Asakkacca Dana; Pemberian tanpa sifat-sifat tersebut di atas. Misalnya memberikan makanan kepada hewan, tanpa memperhatikan segi-segi kebersihan dan sebagainya. Jika pemberian dana ini menghasilkan buah maka akan mendapatkan sikap yang kurang hormat atau kasar dari teman, anak atau pelayannya.

35. Sahatthika Dana; Pemberian dengan tangan sendiri atau secara pribadi.

36. Anatthika Dana; Pemberian dengan menggunakan perantara, misalnya dengan melalui seorang pelayan. Bila pemberian ini berbuah, kemungkinan akan menghasilkan buah yang disertai dengan tiadanya pengikut atau teman.

37. Agga Dana; Pemberian sesuatu yang baru dan terbaik.

38. Ucchita Dana; Pemberian berupa sesuatu yang bernilai rendah misalnya barang sisa. Jika si penerima Ucchita Danamenghargai dan menyukai pemberian ini, maka dana yang diberikan akan tetap membawa hasil yang besar, sejauh pemberian tersebut disertai kehendak [cetana] yang baik dan sikap pikiran yang hormat dan sungguh-sungguh [sakkaca], misalnya pemberian dari seorang yang kaya kepada seorang fakir miskin, ataupun pemberian kepada hewan-hewan peliharaan.

39. Dhammika Dana; Pemberian yang betul diberikan kepada seseorang atau lembaga yang dituju sejak dari semula.

40. Adhammika Dana; Pemberian yang sebenarnya akan diberikan kepada seseorang atau sesuatu lembaga, tetapi orang itu mengubah pikirannya dan memberikannya kepada orang lain atau lembaga lain.

41. Dhamma Dana; Pemberian berupa nasi, air, pakaian, dan sebagainya.

42. Adhamma Dana; Pemberian berupa minuman keras, senjata, mesiu, alat atau gambar (porno) yang dapat menimbulkan kekotoran batin, dan sebagainya, barang-barang yang berbahaya, yang mungkin menjadikan seseorang melanggar Panatiatau Surameraya Sila. Pemberian dana semacam ini akan menghasilkan perbuatan yang tidak baik [akusala kamma]. Tetapi bila seseorang memberikan racun yang diberikan untuk tujuan menyembuhkan penyakit ataupun senjata dan mesiu tidak berbahaya untuk keperluan vihara, maka hal ini adalah perbuatan baik [kusala kamma].

43. Saparivara Dana; Pemberian yang disertai dengan tambahan-tambahan lain yang lengkap

44. Aparivara Dana; Pemberian yang tidak disertai dengan tambahan-tambahan lain

45. Savajja Dana; Pemberian yang disertai kekejaman atau pembunuhan makhluk hidup. Apabila pemberian dana ini menghasilkan buah, maka cenderung disertai dengan adanya bahaya-bahaya atau dapat pula hilangnya jiwa seseorang.

46. Anavajja Dana; Pemberian yang tidak disertai dengan kekejaman atau pembunuhan makhluk hidup.


Berbagai definisi mengenai jenis dana, mutu dana dan lain sebagainya yang terdapat dalam pengertian di masing-masing Buddhisme, pada dasarnya adalah sama yaitu haruslah dilakukan dengan hati yang penuh keikhlasan, bersuka-cita, penuh kerelaan tanpa mengharapkan imbalan apapun dan penuh hormat sebagaimana seorang bijaksana sehingga akan senantiasa hidup bahagia dalam kehidupan saat ini ataupun alam berikutnya.

Sang Buddha bersabda: “Di dunia ini ia berbahagia, di dunia sana ia berbahagia; pelaku kebajikan berbahagia di kedua dunia itu, ia akan berbahagia ketika berpikir, ‘aku telah berbuat kebajikan’, dan ia akan lebih berbahagia lagi ketika berada di alam bahagia.” (Dhammapada, 18).

Sang Buddha bersabda :
“Sesungguhnya orang kikir tidak dapat pergi ke alam dewa. Orang bodoh tidak memuji kemurahan hati. Akan tetapi orang bijaksana senang dalam memberi, dan karenanya ia akan bergembira di alam berikutnya.” (Dhammapada , 177)

Referensi: http://sumansutra.wordpress.com/berdana-dharma-kemuliaan/
                http://tamandharma.com/forum/index.php?topic=9408.0