Chat Here

Welcome to peoplewillfindtheway.blogspot.com... Feel free to explore and enjoy!


Melepas 8 Hal dalam Hidup



MELEPASKAN 8 HAL DALAM HIDUP

1. Melepas tekanan

Lelah tidaknya Anda tergantung pada persepsi Anda. Apabila Anda tidak membersihkan pikiran, maka pikiran akan penuh debu. Setiap hari Anda akan menemui banyak kegiatan, sebagian bahagia, sebagian lagi tidak.

Semua peristiwa ini akan menetap di pikiran, melebur dan mengacaukan pikiran. Bila Anda menyimpan kenangan yang menyakitkan, Anda akan merasa sangat tertekan. Oleh karenanya, bersihkan pikiran Anda, biarkan hal-hal itu berlalu, singkirkan kenangan pahit, maka Anda akan memiliki banyak ruang untuk kebahagiaan.

Ketidakbahagiaan merupakan akar penderitaan Anda.


2. Melepas kekhawatiran

Kebahagiaan sebenarnya cukup sederhana. Melatih tersenyum, bukan secara mekanis memasang ekspresi pada wajah Anda, tetapi berusaha keras untuk mengubah apa yang Anda rasakan di dalam. Belajar untuk menerima kenyataan dengan tenang; belajar bagaimana mengatakan kepada diri sendiri, “Saya akan mengikuti sifat alam.”

Belajar bagaimana menghadapi krisis dengan jujur, memandang hidup dengan positif, melihat sisi terang dari segala sesuatu. Dengan demikian, secercah cahaya akan masuk ke dalam hati Anda dan menghalau kegelapan.


Kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Hanya membiarkan diri Anda merasa bahagia.

3. Melepas pikiran ruwet

Hilangkan hal itu dari kamus Anda. Tidak semua orang bisa menjadi contoh teladan yang dikagumi semua orang, namun semua orang dapat memiliki pikiran yang besar. Pikiran yang besar dapat meredam rasa sakit dan kesedihan seseorang; dapat mengompensasi kekurangan Anda; memungkinkan Anda untuk melanjutkan perjalanan hidup tanpa rasa takut dan membantu menyadari bahwa pikiran Anda sendiri dapat melampaui gedung pencakar langit dan gunung tertinggi!

Percaya pada diri sendiri, temukan relung sendiri dan Anda juga dapat memiliki kehidupan yang berharga.


4. Melepas rasa malas

Kerja keras dapat mengubah hidup seseorang. Jangan gelap mata, iri pada orang lain. Jika Anda dapat mencoba keras dan gigih, Anda juga bisa memilikinya. Karena ketika Anda berlatih hingga sempurna, itu adalah sebuah ketrampilan.

Hanya untuk mengingatkan: memperbaiki diri sendiri, bahagia, sehat, dan bersikap baik, akan memungkinkan Anda untuk memiliki kehidupan yang indah.

5. Melepas sikap buruk

Jika ingin berhasil, berusahalah untuk menjadi yang terbaik. Ganti sikap negatif Anda dengan positif. Ganti keacuhan dengan martabat, kemunafikan dengan ketulusan; pikiran sempit dengan toleransi, depresi dengan kebahagiaan, kemalasan dengan ketekunan, kerentanan dengan ketangguhan… selama Anda mau, Anda akan menjadi yang terbaik sepanjang hidup Anda.

Tidak ada yang bisa mempengaruhi hasil perjuangan Anda. Anda adalah satu-satunya yang bertanggung jawab. Meskipun tidak semua mimpi dapat menjadi kenyataan, mimpi indah dapat membawa keindahan pada hidup seseorang.

6. Melepas keluhan

Lebih baik bekerja keras daripada mengeluh. Semua kegagalan adalah dasar untuk sukses. Mengeluh dan menyerah adalah halangan yang mencegah datangnya keberhasilan. Menerima kegagalan dengan tenang adalah cara cerdas.

Mengeluh tidak dapat mengubah kenyataan, hanya kerja keras yang bisa membawa kembali harapan. Emas murni selalu ada saatnya bersinar.

Banyak mukjizat dalam kehidupan dibuat oleh orang yang lahir dalam lingkungan yang tidak menyenangkan.

Jangan khawatir pada hidup, dan jangan berpikir bahwa kehidupan memperlakukan Anda secara tidak adil. Pada kenyataannya, Anda diberikan porsi hidup yang sama dengan orang lain.

7. Melepas keraguan

Mengambil tindakan cepat. Setelah Anda memutuskan sesuatu, jangan ragu. Majulah ke tujuan Anda dan jangan menoleh ke belakang. Kesempatan muncul sekejab dan hanya kecepatan dan ketegasan yang dapat menangkapnya.

Mengambil tindakan cepat merupakan salah satu karakteristik orang sukses. Bila Anda tahu bahwa ide Anda baik, bertindaklah secepat Anda bisa, jika Anda melihat peluang yang baik, tangkaplah. Dengan demikian, Anda dijamin akan sukses.

Beberapa orang harus Anda lupakan. Beberapa kejadian baik untuk mengintrospeksi diri Anda. Beberapa hal harus diurus. Beberapa hal tidak bisa menunggu, dan sekali keraguan timbul akan mengakibatkan penyesalan dalam hidup Anda. Hanya jika Anda dapat membiarkan hal-hal tersebut pergi ketika Anda harus melepasnya, Anda dapat memperoleh kebahagiaan yang benar-benar milik Anda dalam hidup ini.

8. Melepas prasangka

Ketika pikiran Anda luas, langit dan bumi akan menunjukkan ruang.

Toleransi adalah kebaikan. Bila Anda menolerir orang lain, Anda benar-benar membuat ruang bagi jiwa Anda. Hanya dalam dunia yang penuh toleransi, manusia dapat memainkan lagu kehidupan yang harmonis.

Jika tidak menginginkan prasangka, kita harus menciptakan masyarakat yang toleransi. Jika kita ingin menghilangkan prasangka, pertama-tama kita harus menyingkirkan pikiran sempit.

Hanya dengan menyingkirkan prasangka jauh-jauh, seseorang dapat memiliki keharmonisan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat.

Bukan hanya kita yang menginginkan kebahagiaan, tetapi juga teman dan saudara kita, dan bahkan orang asing. Kita ingin mereka semua merasakan kebahagiaan kita. Sukacita berbagi kegembiraan melampaui sukacita dalam memiliki.(Secret China/val)


Sumber :

http://www.epochtimes.co.id/kehidupan.php?id=551

10 Fakta Menarik Mengenai Potensi Otak

1. Mimpi
Banyak orang bermimpi bertemu dengan kenalan, teman, keluarga, dan kekasih mereka yang hampir selama 20 atau 40 tahun tidak pernah bertemu atau bahkan tidak pernah mereka pikirkan. Namun dalam mimpi mereka, gambaran yang muncul sangat sempurna, semua warna yang detil sama persis dengan kehidupan yang nyata. Hal ini menegaskan bahwa dalam salah satu bagian otak terdapat sebuah tempat penyimpanan yang luas untuk berbagai gambar dan hubungan yang tidak berubah gambar ini bisa diambil kembali.


2. Ingatan Acak secara Tiba-tiba
Secara umum, semua orang memiliki pengalaman yang berkaitan dengan waktu dan tiba-tiba mengingat kembali orang-oramg atau peristiwa di masa lalu dan kehidupan mereka. Hal ini sering kali terjadi misalnya saat anda mengunjungi SD tempat dulu anda sekolah. Satu sentuhan, bau, pandangan, atau suara bisa membawa kembali berbagai pengalaman yang mungkin anda kira telah anda lupakan. Kemampuan panca indra untuk menghasilkan kembali gambar-gambar dalam ingatan secara sempurna, ditambah dengan fakta bahwa bau masakan atau suara dari lagu bisa membawa pikiran anda kembali ke masa lalu. Hal ini menunjukan bahwa jika ada ‘situasi pemicu’ yang lebih tepat, maka akan banyak informasi yang dapat dikumpulkan kembali. Dari pengalaman-pengalaman seperti ini kita tahu bahwa otak tetap menyimpan informasi-informasi tersebut.


3. Sang ‘S’ (Shareshevsky) dari Rusia
Beberapa puluh tahun yang lalu seorang wartawan muda Rusia, Shereshevsky (dalam The mind of Mnomonist oleh A. R. Luria disebut dengan nama ‘S’), mengikuti sebuah pertemuan editorial, dan dia adalah satu-satunya wartawan yang tidak membuat cacatan. Saat dipaksa menjelaskan, dia malah bingung dan yang membuat heran para wartwan lain adalah bahwa dia benar-benar tidak mengerti mengapa mereka harus membuat catatan. Penjelasan yang diberikan adalah bahwa ternyata dia mampu mengingat apa saja yang dikatakan oleh si pembicara, jadi apa gunanya membuat catatan? Setelah ditantang, ‘S’ akhirnya bersedia maju kadepan dan mengulang semua yang telah dikatakan oleh si pembicara, kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan bahkan nada suaranya. Selama 30 tahun selanjutnya, dia diteliti oleh Alexander Luria, seorang psikolog terkemuka dan ahli tentang masalah ingatan di Rusia. Luria menyatakan bahwa ‘S’ sepenuhnya normal namum memliki ingatan yang sempurna. Luria juga mengatakan bahwa pada saat masih kecil ‘S’ secara tidak sengaja menemukan prinsip-prinsip mnomonic yang selanjutnya menjadi bagian dari fungsi alamiahnya.




4. Eksperimen Profesor Rosensweig
Profesor Mark Rosensweig, seorang ahli psikologi dan neuropsikologi California, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari sel otak dan kemampuan menyimpan darinya. Pada tahun 1974, dia menyatakan bahwa sekalipun kita diberi informasi baru setiap detik seumur hidup, separuh kapasitas penyimpanan otak kita saja belum sepenuhnya terisi. Dia menekankan bahwa masalah-masalah ingatan tidak ada kaitannya dengan kapasitas otak namun lebih berkaitan dengan penanganan terhadap kapasitas yang tak terbatas itu.


5. Eksperimen profesor Penfield
Profesor Wilder Penfield dari Kanada memperoleh penemuan tentang kapasitas ingtan manusia secara tidak sengaja.pada saat itu dia tengah menstimulasikan sel-sel otak dengan sejumlah elektroda kecil untuk menemukan bagian-bagian otak yang menyebabkan apilepsi.

Apa yang mengejutkannya adalah pada saat menstimulasi sel-sel otak tertentu, pasien tiba-tiba mengingat pengalaman-pengalaman di masa lalu. Para pasien mengatakan bahwa apa yang mereka ingat bukanlah gambaran sederhana namun semua aspek dari pengalaman mereka, termasuk bau, suara, gerakan dan rasa. Pengalaman yang mereka ingat termasuk mulai beberapa jam sebelum dilakukan pemeriksaan sampai 40 tahun sebelumnya.

Sehubungan dengan hal ini, Penfield menyatakan bahwa dalam masing-masing sel otak atau kumpulan sel otak terdapat suatu tempat penyimpanan informasi yang sempurna, dan jika kita bisa menemukan pemicu yang tepat maka kita bisa mengingat kembali seluruh peristiwa yang telah terjadi.


6. Kemampuan Membuat pola dari Otak Anda
Profesor Pyotr Anokhin, murid Pavlov yang paling cerdas, menghabiskan tahun-tahun terakhirnya menyelidiki kemampuan otak dalam membuat pola. Hasil temuan sangat berarti bagi para peneliti yang telah mempelajari tentang otak manusia. Ingatan manusia dicatat dalam bentuk pola-pola kecil, atau sirkuit elektro magnetik, yang dibentuk oleh sel-sel otak yang saling berhubungan satu sama yang lain.

Anokhin sebelumnya telah mengetahui bahwa otak terdiri dari satu juta juta (1.000.000.000.000) sel otak, namun jumlah sel ini yang besar ini masih cukup kecil bila di bandingkan dengan jumlah pola yang bisa di buat oleh otak. Dengan mengunakan mikroskop elektron dan coputer canggih, dan memperoleh jumlah yang sangaat luar biasa. Anokhim menghitung bahwa jumlah pola, atau ‘derajat kebebasan’, dari otak adalah sedmikian besar sehingga bila ditulis dalam bentuk bilangan panjangnya bisa satu baris. Sedangkan bila di tulis dalam bentuk huruf panjangnya akan lebih dari sepuluh setengah juta kilo meter. Dengan jumlah kemungkinan yang demikian besar, maka otak bisa dikatakan seperti keyboard di mana ratusan juta nada bisa dimainkan.


7. Pengalaman Mendekati Kematian
Banyak orang melihat dengan jelas gelembung-gelebung air permukaan kolam renang dari dasar saat mengetahui bahwa mereka akan tenggelam dua menit berikutnya; atau melihat lereng gunung yang bergerak capat saat mereka jatuh; atau merasakan datangnya sebuah kereta barang seberat 10 ton dan menabrak mereka dengan kecepatan 60 mil per jam. Hal yang sama seringkali bisa dilihat dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang selamat dri peristiwa seperti di atas. Di saat-saat ‘pertimbangan terakhir’ seperti itu, otak memperlambat segala sesuatu dan menggambarkan kembali semua pengalaman yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.

Saat diminta mengakui bahwa apa yang mereka alami hanyalah beberapa gambaran tentang pengalaman penting, mereka bersikeras bahwa apa yang mereka alami seluruh gambaran dari kehidupan mereka, termasuk hal-hal yang sama sekali mereka lupakan sampai saat peristiwa itu terjadi. ‘Seluruh hidupku tergambar di hadapanku’ hampir menjadi ungkapan klise yang menyertai pengalaman-pengalaman mendekati kematian seperti ini. Kesamaan pengalaman seperti ini sekali lagi membuktikan hebatnya kemampuan ingatan manusia.


8. Ingatan Fotografis
Ingatan fotografis adalah suatu fenomena khusus di mana orang bisa mengingat (biasaanya dalam jangka waktu yang singkat) secara sempurna dan tepat apa yang mereka lihat. Ingatan ini biasanya memudar, namun bisa sedemikian tepat sehingga memungkinkan seseorang (misalnya setelah melihat gambar yang berisi 1000 titik yang ditempatkan secara acak di sebuah lembaran kertas) untuk mengambarkan kembali dengan sempurna. Hal ini menunjukan bahwa disamping kemampuan penyimpanan jangka panjang, kita juga memiliki kemampuan penyimpanan fotografis jangka pendek. Di dalam hal ini bisa dikatakan anak-anak seringkali memiliki kemampuan ini sebagai bagian dari fungsi mental mereka, namun kita kurang melatihnya karena terlalu mengonsentrasikan pada logika dan bahasa, bukan pada imajinasi dan kemampuan-kemampuan mental lainnya.


9. 1.000 foto
Dalam eksperimen yang dilaksanakan belum lama ini, foto sebnyak 1.000 buah diperlihatkan satu per satu ke beberapa orang, masing-masing selama sekitar satu detik. Foto-foto tersebut kemudian ditambah dengan 100 foto lainnya dan mereka diminta untuk memilih foto-foto mana saja yang belum mereka lihat sebelumnya. Semua orang, bagaimanapun kondisi ingatan yang mereka katakan, mampu mengenali hmpir semua foto yang telah mereka lihat - dan secara otomatis juga yang belum mereka lihat. Mereka memang tidak mempu mngingat urutannya, namun mereka jelas mengingat gambarnya - yang dalam hal ini merupakan contoh yang menegaskan bahwa ingatan manusia lebih baik dalam mengingat wajah dibanding dengan mengingat nama.


10. Teknik Ingatan
Teknik Ingatan atau mnomonigs adalah sebuah sistam ‘kode ingatan’ yang memungkinkan individu untuk mengingat secara sempurna apa saja yang ingin meeka ingat kembali. Berbagai eksperimen yang telah dilaksanakan dengan menggunakan teknik ini menunjukan bahwa jika seseorang memperoleh nilai 9 dari 10 saat menggunakn teknik ini, maka dia juga akan memperoleh nilai 900 dari 1.000, 9.000 dari 10.000, 900.000 dari 1.000.000, dan seterusnya. Demikian juga, seseorang yang memperoleh nilai 10 juga akan memperoleh nilai 1.000.000. teknik ini bisa membantu dalam meneliti dan mempelajari kemampuan penyimpanan otak kita secara fenomenal serta menggunakan kembali informasi apa saja yang kita perlukan.

4 Tipe teman yang baik



Teman adalah tempat seseorang berbagi suka dan duka. Sebaik-baiknya teman haruslah membawa dampak positif pada diri seseorang. Jika ingin mengetahui termasuk tipe orang seperti apakah kita, lihatlah teman di sekeliling Anda. Ada 4 jenis teman yang patut Anda miliki.

Seperti dikutip dari Huffington Post, Robert Wicks, seorang profesor psikologi sekaligus pengarang buku Living the Resilient Life mengatakan ada 4 jenis teman yang patutkita cari dan masuk dalam siklus hidup manusia, yang tentunya akan membuat hidup lebih bahagia dan berkualitas.

1. Tipe pengkritik
Teman dengan tipe jenis ini akan selalu mengingatkan ketika kita melakukan kesalahan. Tanpa diminta pun, ia akan selalu mengkritik kita bila melakukan sesuatu hal yang menyimpang. Tipe ini sangat baik untuk mengingatkan kita pada jalan yang benar, meskipun terkadang menyakitkan mendengar kritiknya yang agak pedas.

2. Tipe pendukung
Anda yang memiliki teman seperti ini sangat beruntung, karena teman tipe ini akan selalu mendukung apa yang Anda lakukan dan ikut bahagia dengan kesuksesan Anda. Anda akan selalu merasa semangat dan termotivasi bila berada dekat-dekat dengannya.

3. Tipe penggembira
Mungkin tipe seperti ini yang lebih banyak disukai. Teman dengan tipe penggembira akan selalu membuat Anda ceria kembali di saat sedih dan berduka. rasanya tidak lengkap jika berkumpul tapi tidak ada teman Anda yang satu ini. Di saat Anda frustasi dan depresi, teman tipe inilah yang lebih banyak membuat Anda tertawa.

4. Tipe pembimbing
Anda akan merasa lebih bahagia ketika memiliki teman tipe ini. Berada di sekitarnya akan membuat Anda merasa tenang dan damai. Ia pun akan selalu memberi masukan dan nasihat yang berguna dikala Anda membutuhkannya. Rasanya hidup Anda menjadi terarah karena ada teman yang memberi masukan penting untuk hidup Anda.

Jika Anda belum memiliki teman-teman seperti di atas, sebaiknya mulailah mencari karena saling berbagi karena teman yang seimbang akan membuat hidupAnda lebih seimbang. Anda pun bisa terhindar dari penyakit stres dengan saling berbagi dengan mereka.

Sumber: http://juandry.blogspot.com

Renungan Kesabaran


Kesabaran seseorang seharusnya diperkuat dengan berpikir mereka yang tidak memiliki kesabaran akan menderita akibat ketidaksabarannya sendiri dan melakukan sesuatu yang akan membawa penderitaan pada kehidupan selanjutnya.

Ia seharusnya berpikir, sekalipun penderitaan ini timbul akibat perbuatan salah orang lain, tetapi tubuhku merupakan tempat berlangsungnya penderitaan ini dan perbuatan yang menimbulkan penderitaan tersebut merupakan milikku (akibat dari karma yang berbuah)

Ia juga seharusnya berpikir, penderitaan yang kuterima akan membebaskan dari utang-utang (buah) karma burukku, bila tidak ada seorang pun yang berbuat kesalahan bagaimana aku dapat melatih dan menyempurnakan kesabaranku? Sekalipun saat ini ia berbuat kesalahan tetapi dahulu ia mungkin seorang yang murah hati terhadapku

Selanjutnya ia juga seharusnya berpikir, semua makhluk bagaikan anak-anakku sendiri dan orang tua manakah yang menjadi marah dan dendam karena kesalahan yang dilakukan oleh anak-anaknya?

Akhirnya ia harusnya berpikir, ia berbuat salah padaku (mungkin) karena kesalahan yang ada dalam diriku, aku harus berusaha untuk melenyapkan kesalahan itu (bukan sebaliknya melakukan kesalahan baru)


Sumber: http://smsiddharta.blogspot.com

Orang Tua Yang Merepotkan


Pada zaman chun qiu ( musim semi musim gugur ) ada seorang anak bernama sun yuan jue.

kedua orangtuanya sangat memanjakannya. Tetapi orangtua sun yuan jue memiliki perilaku yang tidak baik dan tidak punya sopan santun terhadap kakeknya yang sudah tua.

Walaupun sun yuan jie masih kecil, ia sudah tahu bagaimana seharusnya menghormati orang tua.
ia tidak terlalu suka melihat orangtuanya berlaku kurang sopan santun terhadap kakeknya.
Karena itu, ia sudah bisa menasihati orang tuanya agar mengubah sikap mereka yang kurang baik dan kurang sopan terhadap orangtuanya sendiri.

Suatu hari, ayah dan ibu sun yuan jue berniat menbuang kakek yang sudah sakit-sakitan itu di atas gunung.

Dalam pikiran mereka, biar tidak merepotkan,ayah mereka lebih baik diasingkan keatas gunung.
Dengan demikian, orang yang sudah tua itu pelan-pelan akan menghadapi hari-hari terakhir hidupnya.

Ayah sun yuan jue lalu membawa sebuah keranjang pikul yang besar.
Kakek yang sudah tua itu dimasukkan dalam keranjang lalu dipikul menuju puncak gunung.
Sun yuan jue tidak terima melihat kakeknya di buang.
ia lalu berlutut didepan ayahnya dan memohon agar jangan membuang kakeknya.
” kakek bisa mati dimakan binatang buas. Lagipula kakek bisa mati pelan-pelan karena sedih hatinya di buang oleh anaknya sendiri! ”

Ayah dan ibunya pun menjawab, ” kakekmu ini sudah tua, sudah pikun dan lebih banyak merepotkan dari pada membantu.

orang kalau sudah setua ini akan tampak seperti dia, sudah tidak berguna dan bahkan sering menbuat kita susah.
karena itu, kamu berdiri, tidak perlu memohon seperti ini.
karena kalau kakekmu tidak dibuang, kita di rumah semua bisa pusing dan repot!”
setelah menjawab sun yuan jue, ayahnya segera memikul kakeknya untuk pergi ke gunung dan sun yuan jue mengikutinya dari belakang.

setelah tiba di puncak gunung, kakeknya di keluarkan dari keranjang dan di dudukan di bawah pohon di pinggir jurang.
kakek tua itu menangis dan sun yuan jue pun menangis merenungkan nasib malang kakeknya.
dalam hati ia terus mencari akal bagaimana membawa kakeknya pulang kembali ke rumah.
setelah itu ia mengambil keranjang dan segera pulang.
ayahnya berteriak kepadanya,” keranjang itu sudah tidak perlu lagi, tinggalkan saja disini. tidak usah repot membawanya pulang! ”

Sambil menangis dan tidak kalah keras suaranya, sun yuan jue menjawab, ” keranjang ini masih bisa di gunakan. saya tunggu sampai ayah dan ibu tua seperti kakek, saya akan pakai keranjang ini untuk memikul dan membuang kalian di pinggir jurang di atas gunung ! ”

Ayahnya terkejut dengan jawabannya. setelah berpikir sejenak, ayahnya memasukan kembali kakek kedalam keranjang dan membawanya pulang kerumah.

sejak saat itu ayah dan ibunya tidak pernah lagi berbuat kurang sopan terhadap kakeknya,
mereka bahkan menunjukan hormat dan kasih kepada kakeknya.

Inti cerita :
Tetaplah hormat dan sopan terhadap orangtua sampai akhir hayat mereka.
jangan menbiarkan orangtua, bahkan jika sudah merepotkan sekalipun,
sengsara pada masa tua mereka karena merekalah yang melahirkan dan membesarkan kita.
sikap kita yang kurang memerhatikan orang tua atau bahkan mengabaikan orangtua sendiri akan ditiru oleh keturunan kita.

dan mereka bisa bersikap seperti kita bersikap terhadap orangtua kita sendiri.

Sumber : Artikel Buddhis

Sumber: http://smsiddharta.blogspot.com

Setiap Kebahagiaan Butuh Kesabaran


Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang baca koran…

"Ayah, ayah" kata sang anak…

"Ada apa?" tanya sang ayah…..


"Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…


Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! …

Aku capek, sangat capek …..

Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-teman ku, sedang teman – temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…

Aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! .." sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata : "Anakku ayo ikut ayah. Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu".

Lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Sang anak pun mulai mengeluh: "Ayah mau kemana kita?? Aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalan pun susah karena ada banyak ilalang… Aku benci jalan ini ayah … "

Sang ayah hanya diam.

Akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu – kupu, bunga – bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…

"Wwaaaah… tempat apa ini ayah? Aku suka! aku suka tempat ini!"

Sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

"Kemarilah anakku. Ayo duduk di samping ayah" ujar sang ayah.

Sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.

" Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah…?"

" Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?"

" Itu karena orang – orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi. Padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu"

" Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah?"

" Nah, akhirnya kau mengerti"

" Mengerti apa? Aku tidak mengerti"

" Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah…. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa – apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku"

" Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar "

" Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi….. Ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh. Suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… "

"Ya ayah, aku tau…. Aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti …. Terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar "

Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Sumber: Artikel Buddhis


Sumber: http://smsiddharta.blogspot.com

Anak Anjing


Seorang anak lelaki memasuki Pet Shop bertuliskan

"Dijual Anak Anjing".

Ia bertanya :
"Berapa harga seekor anak anjing?"

Pemilik toko menjawab, "Sekitar 30 sampai 50 Dollar."

Anak itu berkata,
"Aku hanya mempunyai 23,5 Dollar. Bisakah aku melihat-lihat anak anjing itu?"
Pemilik toko tersenyum. Ia lalu bersiul. Tak lama kemudian muncullah lima ekor anak anjing sambil berlarian.
Tapi ada seekor yang tampak tertinggal di belakang.

Anak itu bertanya,
"Kenapa anak anjing itu?"

Pemilik toko menjelaskan bahwa anak anjing itu menderita cacat karena kelainan di pinggul saat lahir.
Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata,
"Aku beli anak anjing itu."

Pemilik toko menjawab, "Jangan, jangan beli anak anjing cacat itu, Nak. Jika kau ingin memilikinya, aku akan berikan saja untukmu."

Anak itu kecewa.

Ia menatap pemilik toko itu dan berkata,
"Aku tak mau diberikan cuma-cuma. Meski cacat, harganya sama seperti anak anjing lainnya. Aku akan bayar penuh. Saat ini uangku 23,5 Dollar. Setiap hari aku akan mengangsur 0,5 Dollar sampai lunas."

Tetapi lelaki itu menolak, "Nak, jangan beli anak anjing ini. Dia tidak bisa lari cepat, tidak bisa melompat & bermain seperti anak anjing lainnya."

Anak itu terdiam. Lalu ia menarik ujung celana panjangnya. Dan tampaklah kaki yang cacat.


Ia menatap pemilik toko itu dan berkata,
"Tuan, aku pun tidak bisa berlari cepat. Akupun tidak bisa melompat-lompat dan bermain-main seperti anak lelaki lain. Oleh karena itu aku tahu, bahwa anak anjing itu membutuhkan seseorang yg bisa mengerti penderitaannya."

Pemilik toko itu terharu dan berkata,
"Semoga anak-anak anjing ini mempunyai majikan sebaik engkau."

Nilai kemuliaan hidup bukanlah terletak pada status ataupun kelebihan yang kita miliki,
melainkan pada apa yang kita lakukan berdasarkan pada pikiran yang penuh dengan cinta dan welas asih.

Kita seharusnya busa mengerti dan menerima kekurangan.

"Keindahan fisik bukanlah jaminan keindahan batinnya"


Sumber: Artikel Buddhis

Bikkhu Yang Buta

Pada zaman Sang Buddha, terdapatlah seorang Bhikkhu Arahat yang bernama Cakkhupala yang matanya buta. Suatu hari, YM. Cakkhupala datang mengunjungi Sang Buddha di vihara Jetavana untuk memberi hormat. Suatu malam, ketika ia melakukan meditasi-jalan (cankamana), ia dengan tidak sengaja menginjak beberapa ekor serangga.

Pada pagi harinya, beberapa orang bhikkhu yang datang mengunjunginya melihat ada beberapa ekor serangga yang mati. Mereka berpikir jelek terhadapnya dan melaporkan hal ini kepada Sang Buddha. Sang Buddha menanyakan apakah mereka melihat Cakkhupala membunuh serangga-serangga itu. Mereka mengatakan tidak. Sang Buddha lalu berkata, "Sama seperti kalian tidak melihat ia membunuh, begitu juga ia tidak melihat adanya serangga-serangga itu. Lagipula, sebagai seorang Arahat, ia tidak mempunyai kehendak/niat (cetana) untuk membunuh serta tidak bersalah karena melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat itu". Ketika ditanya mengapa Cakkhupala buta padahal ia seorang Arahat, Sang Buddha menceritakan kisah berikut untuk menjelaskan kealamiahan dari Hukum Kamma.

Cakkhupala pada kehidupan lampaunya adalah seorang dokter. Suatu kali ia dengan sengaja telah membuat buta mata seorang pasien wanita. Alkisah, wanita itu pernah berjanji akan menjadi pelayannya bersama anak-anaknya jika penyakit matanya yang buta dapat disembuhkan. Karena takut bahwa ia dan anak-anaknya akan menjadi pelayan, maka ia berbohong kepada dokter itu. Dia mengatakan bahwa keadaan matanya semakin memburuk, padahal kenyataannya, matanya telah sembuh. Sang dokter tahu bahwa wanita itu membohonginya. Karena itu, sebagai pembalasan dendamnya, ia memberikan obat mata lain kepada wanita itu, yang membuat kedua matanya buta total. Sebagai akibatnya dari perbuatan jahat ini, sang dokter kehilangan penglihatannya (buta) dalam banyak kelahiran berikutnya.

Kemudian Sang Buddha mengucapkan syair berikut:

"Semua fenomena/bentuk-bentuk batin memiliki pikiran sebagai pelopornya; memiliki pikiran sebagai pemimpinnya; dibuat oleh pikiran. Jika seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran jahat, maka penderitaan (dukkha) akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti jejak kaki lembu yang menarik kereta pedati itu." (Dhammapada-1)

(Sumber: Realization of the Dhamma, Sayadaw U Dhammapiya, Selangor Buddhist Vipassana Society, Malaysia 1994. Dikutip dari Buku Mutiara Dhamma XII, atas izin Ir. Lindawati T)

Dikutip dari: Kalyanadhammo, Bodhi Buddhist Centre Indonesia

Sumber: 
http://smsiddharta.blogspot.com/2011/07/bhikkhu-yang-buta.html

Sikap Mental Positif YM. Bhikkhu Abhayanando


Amogham divasam kayira, appena bahukenava Yam yam vijahite rattim, tadunan tassa jivitam
Jadikanlah harimu produktif, apakah sedikit atau banyak. Karena setiap siang dan malamyang berlalu, kehidupanmu berkurang sebanyak itu.
(Thera Gatha. 451) ?
Siapakah Manusia Itu?


Kenapa arti manusia dipertanyakan? Bukankah kita adalah manusia? Memang, kita adalah manusia, tetapi kita belum mengetahui arti sebenarnya manusia itu sendiri. Bila dilihat dari luar, manusia adalah seperti yang kita lihat sekarang ini.Tubuh materi ini terdiri dari kekuatan dan sifat yang selalu berubah-ubah. Para ilmuwan sulit mendefinisikan materi ini. Ahli filsafat pernah mendefinisikan “zat yang selalu mengalami perubahan-perubahan disebut gerak.” Istilah Pâli untuk zat adalah Rûpa, diterangkan (berubah dan hancur).
Di sini, kita hanya membicarakan arti manusia secara harfiah, bukan arti manusia secara mendetail. Secara harfiah, manusia terdiri dari dua kata yaitu mano dan ussa, mano artinya batin, sedangkan ussa artinya luhur. Jadi, arti manusia adalah makhluk yang luhur.


Setelah mengetahui artinya, ternyata banyak manusia yang sesuai dengan makna manusia itu sendiri. Masih banyak manusia yang batinnya tidak karuan, mereka masih mengumbar ambisi-ambisinya. Banyaknya terjadi penyimpangan dikarenakan mental manusia yang merosot. Secara fisik kita ini manusia, tetapi secara batin kita belum, karena batin kita masih suka mengembara ke arah keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
Bila diarahkan dengan baik manusia akan mencapai cita-cita luhur. Hanya saja untuk mengarahkannya memerlukan waktu dan kemampuan manusia itu sendiri. Tetapi mereka umunya tidak menyadari bahwa di dalam dirinya ada kekuatan untuk menghadapi hidup ini.
Terlahir sebagai manusia merupakan kebahagiaan, karena sulit sekali untuk terlahir menjadi manusia apalagi dapat mengenal Dhamma. Dalam Khuddhaka Nikâya, Sang Buddha bersabda, “Dalam sisa-sisa kehidupan ini seseorang hendaknya menunaikan tugas-tugasnya dengan baik dan tidak ceroboh.” Sang Buddha menganjurkan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sehingga cita-cita untuk menjadi manusia Dhamma akan berhasil. Dhamma dapat dijadikan ‘tameng’ untuk menghadapi tantangan hidup.
Kehidupan Tidak Pasti
Walaupun kita sudah terlahir sebagai manusia, bukan berarti kita sudah bebas semau kita. Ada beberapa hal yang seharusnya kita renungkan sebagai manusia. Siapkah mental kita menghadapi realita hidup? Hidup adalah perjuangan maka harus diperjuangkan. Walaupun untuk memperjuangkannya banyak hal yang akan kita hadapi, tetapi jika kemampuan terus kita pupuk, maka kita akan menjadi kuat menghadapinya.
Sang Buddha dengan tegas dan jelas menyatakan bahwa hidup ini adalah “dukkha”. Kenapa hidup ini dukkha? Tentunya Sang Buddha sudah jelas melihat kehidupan ini, sehingga beliau berani mengatakan hidup ini adalah dukkha. Tidak dapat disangkal bahwa kata Pâli “dukkha” dalam percakapan sehari-hari berarti “derita”, “sakit”, “sedih” sebagai lawan dari kata “sukha” yang berarti “bahagia”, “senang” atau “gembira”. Tetapi kata “dukkha” yang dipakai dalam Kebenaran Mulia Pertama, merupakan pandangan Sang Buddha tentang kehidupan, serta mempunyai arti filosofis yang mendalam dan mencakup bidang yang sangat luas. Kata `dukkha” selain berarti “derita” bisa juga mempunyai arti yang lebih dalam lagi, seperti “tidak sempurna”, “tidak kekal”, “kosong”, “tanpa inti”. Sulit sekali mencari arti yang tepat untuk mencakup kata dukkha.
Inilah yang kadangkala membuat banyak orang salah menafsirkan agama Buddha. Ada anggapan bahwa agama Buddha ini loyo, suram, pesimis, dan kata-kata yang bernada miring lainnya. Kalau agama Buddha adalah agama yang pesimis, tentunya tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang. Saat sekarang ini manusia dituntut untuk menghadapi persaingan yang begitu ketat. Manusia dituntut untuk maju dan bergerak dengan cepat.
Agama yang loyo tentunya tidak dapat mengikuti perkembangan zaman globalisasi. Mana mungkin bisa maju, jika tidak ada semangat, gairah dalam perjuangan hidup. Tantangan hidup yang semakin keras memerlukan kekuatan untuk menghadapinya. Kekuatan itu adalah kekuatan semangat dan kerja keras. Apakah agama Buddha ada kekuatan semacam itu? Kenapa Sang Buddha berkata bahwa hidup ini adalah dukkha? Tentunya kita harus menyelami lebih jauh apa yang diajarkan Sang Buddha.
Benarkah agama Buddha seperti yang mereka katakan? Sangat wajar kalau mereka mengemukakan pandangan seperti itu karena mereka tidak memahami dengan benar ajaran Sang Buddha. Mereka hanya melihat sepintas dari Dhamma yang diajarkan Sang Buddha. Survei membuktikan bahwa agama Buddha tidak seperti yang mereka katakan. Kalau memang agama Buddha ini adalah agama yang suram tentunya tidak ada anjuran berbuat baik atau latihan spiritual. Ternyata Dhamma mengajak kita untuk terus berbuat baik, menjaga moralitas, dan juga menjaga pikiran.
Sang Buddha sendiri berjuang dan perjuangan beliau sangat lama. Banyak hal yang beliau hadapi sebagai tantangan yang sangat besar dan berat. Beliau tetap berjuang dengan penuh semangat dan akhirnya perjuangan Beliau mencapai puncak keberhasilan. Perjuangan yang panjang dan sangat melelahkan, kalau tidak ada semangat mana mungkin ada keberhasilan. Ini membuktikan bahwa agama Buddha tidak pesimistis.
Memang, hidup ini tidak pasti. Siapa yang bisa memastikan kehidupan ini? Tidak ada yang bisa memastikan. Hidup ini terus mengalami perubahan dan jika kita tidak bisa menerima perubahan itu, kita menjadi stres luar biasa. Pada umumnya kita tidak mau adanya perubahan dan ingin segala sesuatunya tetap. Sikap seperti inilah yang membuat kita cemas, bingung, khawatir, dan ragu menghadapi hidup.
Sikap batin yang positif sangat berguna bagi kita untuk menghadapi ketidakpastian hidup. Diperlukan kekuatan yang benar-benar mengarahkan kita kepada perjuangan hidup dan membutuhkan waktu yang lama. Perjuangan kita belum usai sebelum kita mencapai pencerahan. Namun, yang terpenting bagi diri kita adalah membiasakan membangun mental untuk menghadapi hidup ini.
Hidup Adalah Perjuangan
Kehidupan adalah milik manusia yang paling dicintai tetapi jika dihadapkan dengan kesukaran-kesukaran yang tidak dapat diatasi, hidup itu menjadi beban yang sangat berat. Kadang-kala ia mencari pembebasan dengan mengakhiri hidupnya; seolah-olah bunuh diri dapat menyelesaikan masalah pribadinya.
Manusia menginginkan hidup damai dan bahagia dengan orang-orang terdekatnya, tetapi jika kemalangan, ambisi, dan penderitaan tidak dapat dihindari, reaksi negatif pun muncul.
Ada sebuah perumpamaan yang menggambarkan kehidupan manusia yang sangat singkat ini dengan latar belakang kenikmatan duniawi. Ada seorang laki-laki ingin melalui hutan lebat yang penuh duri dan batu. Tiba-tiba ia sangat takut karena seekor gajah muncul dan mengejarnya. Ia berlari ketakutan dan ketika melihat sebuah sumur, ia berlari bersembunyi di dalamnya. Dalam suasana ketakutan ia melihat seekor ular berbisa pada dasar sumur. Disebabkan tidak ada jalan untuk pergi maka ia berpegangan pada tumbuh-tumbuhan yang menjalar. Di atasnya terlihat dua ekor tikus yang seekor putih dan yang lain hitam sedang menggerogoti tumbuhan menjalar tersebut sedangkan di atasnya ada sarang lebah yang meneteskan madu.
Laki-laki ini, dengan tolol tanpa menghiraukan posisinya yang berbahaya ini dengan rakus mencicipi madu tersebut. Ada seorang yang baik dengan suka hati menunjukkan jalan kepadanya untuk meloloskan diri. Tetapi laki-laki tersebut memohon akan ke sana bila telah selesai menyenangkan dirinya. Jalan yang berduri itu adalah samsara (lautan kehidupan). Gajah di sini diumpamakan kematian, ular berbisa adalah usia tua, tumbuhan menjalar adalah kelahiran, dua ekor tikus merupakan malam dan siang, sedangkan madu dapat diumpamakan kesenangan-kesenangan hawa nafsu yang cepat berlalu. Orang yang baik adalah Sang Buddha. Perumpamaan di atas menggambarkan kehidupan kita yang selalu tertipu oleh sesuatu yang sebenarnya tidak membawa manfaat.
Hidup adalah perjalanan yang tak berujung, penuh dengan masalah. Sepanjang kita hidup di dunia ini, masalah dan kesulitan akan menjadi bagian dan bingkisan pengalaman kita. Pada saat tertentu, kita mungkin diberkahi dengan keuntungan, kemasyuran, pujian, dan kegembiraan. Namun, perlu diingat semuanya masih mengalami hukum perubahan. Jangan lengah dan terlena oleh kenikmatan indriawi yang bersifat sementara.
Kita memerlukan keberadaan kekuatan untuk memperjuangkan sesuatu yang bermanfaat bagi hidup. Apakah kita mempunyai keberanian dan kekuatan untuk bisa tersenyum ketika sedang menghadapi kesulitan? Tidak terlalu sukar, jika kita mengurangi egoisme diri yang menganggap bahwa kita seorang yang memerlukan penghiburan. Seharusnya kita menghitung kelebihan daripada kekurangan kita. Ingatlah selalu ungkapan, “aku mengeluh tak punya sepatu hingga bertemu dengan orang yang tidak punya kaki.” Dengan berpikir demikian, kita akan menyadari bahwa banyak orang yang keadaannya jauh lebih tidak beruntung. Dan dengan pengertian seperti ini, masalah pribadi bisa kita kurangi sedikit.
Banyak orang yang mendapatkan pengalaman akademik tanpa pengalaman pribadi. Mereka dipersenjatai dengan pengetahuan akademik, sehingga sebagian orang berpikir mereka mampu menghadapi kesulitan dalam perjuangannya menuju kualitas hidup. Pengetahuan akademik bisa menyiapkan materi untuk menyelesaikan masalah, tapi ia tak mampu menyelesaikan masalah spiritual.
Orang yang bijaksana telah mengalami berbagai macam pengalaman yang tak tergantikan. Renungkanlah pepatah ini, “Ketika saya berumur delapan belas tahun, saya pikir betapa bodohnya ayahku!” Sekarang saya berumur dua puluh delapan, saya kaget, betapa banyak yang dipelajari orang tua itu dalam sepuluh tahun. “Bukan ayah yang tahu, andalah yang telah belajar melihat segala sesuatu dengan cara yang dewasa.
Memang, butuh waktu dan kedewasaan untuk memperjuangkan kualitas hidup, tidak seperti makanan instan yang sekali seduh dapat dimakan. Namun, hasil dari perjuangan yang lama ini lebih membawa ke arah yang baik bagi kemajuan kualitas hidup kita. Hidup adalah perjuangan, oleh karena itu kita harus memperjuangkannya, tentunya ke arah yang positif sampai tercapainya cita-cita spiritual. Ada sebuah kalimat Dhamma yang bisa dijadikan renungan, “Kehidupan ini tidak kekal, berjuanglah dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kesempurnaan.” (Mahâ Parinibbâna Sutta)
Membangun Kekayaan Mental
Dalam mengarungi hidup ini diperlukan ketangguhan dan kesabaran. Ada hal yang patut dijadikan renungan, “Jangan mengharapkan kesuksesan dengan cara yang tidak sesuai dengan Dhamma” (Khuddaka Nikâya). Setiap orang berharap hidupnya sukses tetapi untuk mencapai kesuksesan banyak hal yang harus kita hadapi: hambatan, tantangan, rintangan, kesulitan akan banyak kita hadapi. Menghadapi hidup diperlukan perjuangan dan untuk berjuang diperlukan kekuatan. Kekuatan seperti apa yang harus kita munculkan dalam hidup ini?
Kekuatan yang harus kita munculkan adalah kekuatan mental. Kita harus sabar, ulet, tekun, dan disiplin dalam menghadapi kehidupan ini. Permasalahan hidup datangnya tidak terduga dan terkadang kekuatannya melebihi kekuatan mental kita. Banyak orang yang oleh karena itu mengalami stres dan bahkan melakukan bunuh diri.
Ketahanan mental akan teruji saat kita menghadapi tantangan hidup. Tantangan ini akan menambah kekuatan mental kita. Kekuatan mental ini dapat berkembang jika kita mau memahami Dhamma dan juga merealisasikan Dhamma dalam kehidupan kita. Latihan yang terus-menerus akan menghasilkan kekuatan mental yangdigunakan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan ini.
“Bangun! Berjagalah! Apa gunanya mimpi-mimpimu? Bagaimana engkau dapat meneruskan tidurmu bila engkau sedang sakit ditusuk oleh panah kesedihan” (Sutta Nipâta 331). Jangan sampai kita lengah dalam menghadapi kehidupan ini, karena kelengahan membuat kita menjadi hancur. Kita seharusnya berjaga-jaga setiap saat dan terus berjalan untuk menunaikan perjuangan kita. Seorang Buddhis adalah orang yang penuh semangat dalam menghadapi tantangan hidup, tidak ada kata loyo, lemah, lemas, lelah, lamban, dan lesu.
Sang Buddha selalu menekankan Viriya (semangat) dalam setiap latihan dan tantangan hidup ini juga harus dihadapi dengan semangat. Memang, setiap orang tidak berharap mendapatkan permasalahan dalam hidup, namun permasalahannya di sini adalah bagaimana menghadapi tantangan hidup dengan ketahanan mental yang kita miliki setiap saat. Tekad dan semangat harus kita munculkan dan kekuatan inilah yang nanti dapat dijadikan senjata menghadapi tantangan hidup.
Perjuangan Sang Buddha dapat dijadikan teladan dalam hidup ini. Dari tekad awal untuk menjadi Buddha di hadapan Buddha Dipankara sampai mencapai pencerahan membutuhkan waktu yang lama serta tantangan yang berat, tetapi karena kekuatan tekad dan semangat untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan, maka perjuangan Beliau berhasil dengan sukses.
Beliau tidak hanya berkorban materi tetapi juga tenaga bahkan kehidupan Beliau pun dikorbankan. Perjuangan Beliau tidak mudah, bahkan sesudah mencapai pencerahan pun Sang Buddha masih harus menghadapi tantangan yang tidak ringan. Dalam menyebarkan Dhamma Beliau harus menghadapi kesulitan, cacian, fitnah, dan bahkan ancaman pembunuhan. Sang Buddha tetap tegar dalam menghadapi tantangan-tantangan yang muncul dan Beliau mencapai puncak kemenangan.
Teladan Sang Buddha juga diikuti para siswanya, banyak siswa-siswa Beliau yang menghadapi tantangan yang juga berat. Perjuangan terus dilakukan oleh siswa-siswa Beliau dan menghasilkan kesuksesan yang gemilang. Sebagai contoh yang dialami oleh Cullapanthaka, Beliau terkenal bodoh dan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha tidak dapat dimengertinya. Beliau harus mengalami tekanan, ejekan, dan makian karena kebodohannya. Bhikkhu Cullapanthaka menjadi putus asa menghadapi kondisi ini. Kemudian keadaan Cullapanthaka diketahui oleh Sang Buddha dan Beliau memberi pengertian kepada Cullapanthaka. Bhikkhu Cullapanthaka memahami maksud Sang Buddha dan berlatih seperti apa yang sang Buddha ajarkan. Dengan sekuat tenaga dan ketekunan Bhikkhu Cullapanthaka berjuang keras menghadapi tantangan yang dirasakan berat. Akhirnya Bhikkhu Cullapanthaka mencapai kesuksesan yang gemilang.
Ketahanan mental harus terus kita perjuangkan sampai kita mencapai kesuksesan. Memang tidak mudah, namun sikap mental yang positif akan sangat berguna dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan ini. Menyadari bahwa segala sesuatunya hanyalah proses dan terus akan mengalami perubahan, inilah yang akan menjadi bekal kita dalam menghadapi kondisi hidup ini. Memiliki ketahanan mental adalah titik awal keberhasilan kita untuk mencapai kesuksesan hidup, baik duniawi maupun spiritual.
Tumbuh kembangkanlah kedisiplinan, kesabaran, ketekunan, keuletan dalam menghadapi hidup ini. Untuk mendapatkan kekuatan ketahanan mental seperti itu, kita harus belajar Dhamma dan mempraktikkan Dhamma dalam kehidupan ini. Latihan yang sangat baik sekali untuk membangun mental kita adalah dengan melakukan bhavana atau meditasi setiap saat dalam kehidupan. Mulailah dengan membiasakan bhavana dalam kehidupan ini dan kekuatan ketahanan mental akan berkembang dan terus berkembang yang pada akhirnya menjadi sebuah kekuatan Dhamma. Kekuatan inilah yang kita gunakan untuk menghadapi hidup.
Sumber:
Dhammasari, MP. Sumedha Vidya Dharma.
Permata Dhamma Yang Indah,
Ven. S Dhammika Sang Buddha dan Ajaran-AjaraNya, Ven. Narada Mahâthera

Sumber lainnya:
http://smsiddharta.blogspot.com/2011/07/sikap-mental-positif-ym-bhikkhu.html