Chat Here

Welcome to peoplewillfindtheway.blogspot.com... Feel free to explore and enjoy!

Kodok dan Ikan

Ini sebuah kisah Zen. 

Alkisahnya, ada seekor kodok yang baru saja pergi dari berjalan-jalan di daratan. Ketika kembali berenang di kolam, dia bertemu dengan seekor ikan mas yang telah mengenalnya. “Halo Tuan Kodok, Anda dari mana saja?”, “Oh, saya baru saja datang dari berjalan-jalan di daratan”,jawab Sang Kodok. “Daratan? Apa itu daratan? Saya belum pernah mendengar ada tempat yang bernama daratan”. “Daratan ialah tempat di mana Anda dapat berjalan-jalan diatasnya”, Sang Kodok mencoba menerangkan tentang daratan pada Si Ikan Mas. “Oh ya, dapat berjalan-jalan diatasnya? Saya tidak percaya bahwa Anda baru saja dari daratan. Menurut saya, tidak ada tempat yang disebut daratan”, Si Ikan Mas membantah dengan sengit. “Baiklah jika Anda tidak percaya, yang pasti saya tadi memang datang dari daratan”, balas Sang Kodok dengan sabar.


“Tetapi, Tuan Kodok, coba katakan pada saya, apakah daratan itu dapat dibuat gelembung, jika saya bernafas didalamnya?” “Tidak”. “Apakah saya dapat menggerakkan sirip-sirip saya didalamnya?” “Tidak”. “Apakah tembus cahaya?” “Tidak”. “Apakah saya dapat bergerak mengikuti gelombang?” “Tidak, tentu saja”, jawab Sang Kodok dengan sabar. “Nah, Tuan Kodok, saya sudah menanyakan Anda tentang daratan, dan semua jawaban Anda adalah “Tidak”, dan itu berarti daratan itu tidak ada”, Si Ikan Mas menjawab dengan perasaan puas. “Baiklah, jika Anda berkesimpulan seperti itu. Yang jelas, saya tadi memang datang dari daratan dan daratan itu nyata adanya”,Sang Kodok menjawab sambil berlalu.


Si Ikan Mas, karena dia adalah seekor ikan yang hidupnya di air, maka dia tidak pernah mengetahui bahwa ada dunia lain selain dunia airnya. Karena dia hanya mengenal dunia air, maka semua pertanyaan ynag diajukan tentang daratan, tetap berkaitan dengan dunia air. Sebaliknya Sang Kodok, dia dapat hidup di dua dunia, dunia air dan daratan. Karenanya, Sang Kodok mengerti bahwa ada dunia lain selain dunia air tempat para ikan hidup. Dia mengerti sepenuhnya dunia air, dia juga mengerti sepenuhnya daratan, karena dia sudah mengalami pengalaman empiris di dua dunia itu.






KUTIPAN MORAL :

Demikian pula dengan Buddha. Buddha mengerti sepenuhnya alam duniawi beserta segala fenomenanya dan Nibbana sebagai pembebasan dari segala fenomena. Karena Beliau telah mengalami pengalaman empiris kehidupan duniawi dan pencapaian Nibbana. Kita adalah si ikan mas yang keras kepala. Sepanjang kita belum pernah mengalami pencapaian Nibbana, seberapa hebatnya Buddha menerangi tentang Nibbana, kita tak kan mengerti. Bukan berarti Buddha gagal mencerahi kita. KEBODOHAN KITA SENDIRILAH yang menghalangi pencerahan yang mestinya terjadi.



Mutiara pencerahan itu ada dalam diri kita. Buddha telah menunjukkan jalannya. Kini yang perlu kita lakukan hanyalah meneguhkan hati untuk menjalani jalan yang telah ditunjukkan tersebut. Mengalami sendiri pencapaian Nibbana dan mengerti apakah Nibbana itu dengan sepenuhnya. Dan menjadi orang yang memenangi pertarungan yang sejati.

Sumber:http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10150423463666805&set=a.10150240946051805.315400.300530356804&type=1

Renungan Akhir Tahun

BLIND SPOT TITIK BUTA (•)
"Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak..
Ajarilah orang benar, maka pengetahuan-nya akan bertambah".
.
•Semua pemain olahraga profesional memiliki pelatih, Para Juara diberbagai caban sekali-pun juga memiliki pelatih
.
• Padahal jika mrk berdua di-suruh bertanding jelas si Pemain lah yg akan memenangkan pertandingan tsb.
.
• Mungkin kita ber-tanya2, mengapa para Juara itu butuh pelatih kalo jelas2 dia lbh hebat dr pelatihnya?
.
• Kita hrs tahu bahwa para Juara itu butuh pelatih bkn krn pelatih-nya lbh hebat, namun krn ia butuh seseorg utk melihat hal2 yg TIDAK DAPAT dia LIHAT SENDIRI.
.
• Hal yg tdk dpt kita lihat dgn mata sendiri itulah yg disebut dgn BLIND SPOT atau TITIK BUTA . Kita hanya bisa melihat BLIND SPOT tsb dgn bantuan org lain ibaratnya kita butuh Kaca Spion waktu mengemudikan mobil .
.
• Dlm hidup, kita butuh org lain utk mengawal kehidupan kita, sekali-gus utk mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita mulai bergeser
.
• Kita bth org lain utk menasihati & mengingatkan, kalau perlu harus menegur jika kita mulai melakukan sesuatu yg keliru, yg bahkan kita tidak pernah menyadari.
.
• KERENDAHAN HATI unt menerima kritikan..nasihat..& teguran itulah yg justru akan menyelamatkan kita
.
• Dgn kesalahan, sebenar-nya kita belajar tentang : Peluang, Tau yg benar, Tau cara berubah.
.
• Dimanapun kita berada, ...sesulit apa-pun keadaan kita, ... yakinlah bahwa kita sedang di gerakkan ke arah yg lebih baik, tetap berusaha & selalu ber-syukur.
.
• Semoga kita bisa menjadi Teman/Saudara yg saling mengingatkan.
.
Teropong dan Introspeksi semua hal-hal yg anda nilai kurang dan Belum anda kerjakan pada Akhir Tahun ini, jadikan hal itu sbg Batu Loncatan untuk menjalani Tahun 2012 yg Lebih Baik .
Semoga .

Penantian Yang Tidak Sia-Sia

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota .

Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong.

Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.

Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali.

Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suami nya, dan bila malam tidur di emperan toko itu.

Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya. Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja.

Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula.

Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita". Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anak nya dengan hati-hati di dalamnya. Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti.. Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit.

Begitu lah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh. Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota ...

Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah dipusat kota . Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.

Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano.Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi.

Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya,dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat. Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo.

Setahun setelah perkimpoian mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu. Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayah nya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam.

Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni.

Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, di mana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto.

Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang . Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanya annya, misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya..

Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama. 

Mata nya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?" 

Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa laluSerrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil.

Ia membentuk yayasan -yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badansosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.

Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad.

Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian. 

Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: temukan saya dengan ibu saya". Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerimakabar bahwa ada seorang wanita yang ungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka. 

Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu.

Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik.

Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya. 

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya. Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi." 

Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikut nya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan. Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang". Ia mulai berdoa "Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja".

Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya , dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan ". Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat.

Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak. 

Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulansberhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu. "Belum bergerak dari tadi." lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih esadarannya dan turun.

Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu ."

Serrafona memandang tembok dihadapann ya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kaki nya dan ingat ketika ia belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkan nya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.

"Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya,beri kami sehari...... Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia....Jadi mama tidak menyia-nyia kan saya".

Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda.

"Mama.. ..", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatann ya menarik lagi jiwanya yang akan lepas.

Perlahan ia membuka genggaman tangann ya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.

"Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu... Mama..."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja....."

Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia.

Teman....mungkin saat ini kita sedang beruntung. Hidup ditengah kemewahan dan kondisi berkecukupan. Mungkin kita mendapatkannya dari hasil keringat sendiri tanpa bantuan orang tua kita. Namun yang perlu kita sadari, bahwa orang tua kita senantiasa berdoa untuk kita, meski itu hanya di peraduan...

Perumpamaan Pensil

Pembuat pensil meletakkan sebuah pensil di sampingnya, sebelum ia meletakkannya di dalam boks. "Ada 5 hal yang perlu kamu ketahui, Ia berkata pada pensil itu, "Sebelum aku mengirim-mu ke dunia. Ingatlah ini dan jangan pernah lupakan, dan kamu akan bisa menjadi pensil yang baik." 

"Satu: Kamu akan bisa melakukan banyak hal, tetapi hanya apabila kamu digenggam oleh pemilikmu." 

"Dua: Kamu akan mengalami peruncingan yang menyakitkan dari waktu ke waktu, tetapi kamu memerlukannya untuk menjadi pensil yang lebih baik." 

"Tiga: Kamu akan dapat membetulkan setiap kesalahan yang kamu buat." 

"Empat: Yang paling penting adalah kamu akan selalu menjadi apa yang ada di dalammu." 

"Dan lima: Di setiap permukaan kamu digunakan, kamu harus meninggalkan tandamu. Tidak peduli kondisi permukaan itu, kamu harus terus menulis." 

Pensil tersebut mengerti dan berjanji untuk mengingatnya, dan ia akhirnya diletakkan di boks dengan memiliki tujuan di hatinya . 

Sekarang gantikan pensil itu dengan dirimu. Selalu ingat ini dan jangan pernah lupakan, dan kamu 
akan menjadi orang orang yang baik. 

Satu: Kamu akan bisa melakukan hal-hal besar, tetapi hanya jika kamu mengijinkan kamu 
digenggam oleh "KEBENARAN". 

Dua: Kamu akan mengalami asahan yang menyakitkan dari waktu ke waktu, dengan melalui berbagai masalah di hidup, tetapi kamu membutuhkannya untuk menjadi orang yang lebih baik. 

Tiga: Kamu akan dapat memperbaiki setiap kesalahan yang kamu buat. 

Empat: Yang paling penting adalah kamu akan selalu menjadi apa yang sudah ada dalam dirimu. 

Dan lima: Di setiap permukaan dimana kamu berjalan, kamu harus meninggalkan jejakmu. Tidak peduli apapun situasi yang kamu alami, kamu harus melanjutkan tugasmu. 

Pesan Cerita
Biarkan perumpamaan tentang pensil ini membesarkan hatimu bahwa kamu adalah orang yang spesial dan hanya kamulah yang dapat menuntaskan tujuan kamu dilahirkan ke dunia. Jangan pernah ijinkan dirimu menjadi putus asa dan berpikir bahwa hidupmu tak berarti dan tidak dapat membuat sebuah perubahan. 

Share By : Hotata Indonesia & Inmaxpro Corp
Visit Our Website :
www.inmaxpro.com
Follow Our Twitter @tzuchi_indo

Kepergian Sahabatku yang Setia

29 November 2011: Kepergian anjing peliharaanku, bagian dari keluarga kami.


30 November 2011: Melalui tulisan ini, aku mau mengucapkan terima kasih kepada seekor anjing peliharaan yang setia kepada keluargaku seumur hidupnya. Benar-benar tidak terduga kepergiannya begitu mendadak yang terjadi pada tanggal 29 November 2011 malam. Sebelum akhir dari nafasnya, dia telah membuktikan kesetiaannya yang terakhir, menunggu dan menyambut semua anggota keluargaku lengkap berada di rumah. Aku dan kakak perempuanku tadi malam kebetulan serempak sampai di rumah secara bersamaan dan mamaku yang terakhir sampai di rumah sekitar beberapa jam kemudian. Sebelum itu, anjingku masih bersemangat dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan kepergiannya. Tidak lama setelah mamaku sampai di rumah, kira-kira beberapa menit kemudian secara tidak sengaja aku telah menemukannya sudah tertidur dengan damai.

Sungguh tidak terduga, aku hanya bisa diam menatap kepergiannya dengan kesedihan hingga air mata pada malam itu. Teringat semua yang telah dia berikan kepada aku dan keluargaku. Di saat aku sedang duduk sendiri di rumah, dia datang dan duduk dekat di sampingku, menemaniku seakan tahu dan mengerti apa yang aku rasakan. Di saat aku sedang kesal atau marah, terkadang dia menghiburku, mengajakku bermain, dan menunjukkan ekspresi gembira, dan masih banyak lagi hal yang telah dia lakukan. Selama ini dia lah teman setiaku yang ada di rumah, sahabatku yang setia.

Kira-kira sudah 6 tahun dia menjadi bagian dari anggota keluarga kami. Sungguh waktu yang tidak singkat, namun bagiku semuanya berlalu begitu cepat. Dia sudah membuktikan posisinya sebagai bagian dari keluargaku, sebagai pelindung keluargaku. Dan kesetiaannya telah berakhir pada 29 November 2011 malam. Dan aku belum sempat membalas semua kebaikannya. Terima kasih yang sebesar-besarnya untukmu...

Aku harap dia mau memaafkan semua kesalahanku. Dan aku hanya dapat berdoa semoga engkau terlahir di alam yang lebih baik dan berbahagia. GATE GATE PARA GATE PARASAMGATE BODHI SVAHA, semoga engkau di kehidupan mendatang tidak terlahir lagi di alam hewan dan terlahir di alam yang lebih baik. Semoga engkau dan semua makhluk dapat hidup bebas dari penderitaan dan berbahagia.

Untuk terakhir kalinya, terima kasih untukmu...

Kisah Nyata dari Singapura: Tentang Penghormatan kepada Orang Tua

Di bawah ini adalah Kisah Nyata dari Negeri tetangga beberapa dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang lansia di Singapura.


Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan Pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dinia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang Sarjana.

Kemudian setelah anak semata wayangnya tersebut menikah, ia minta ijin kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya tinggal bersama-sama  dengannya. Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa apartement nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunya cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.

Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu menghibahkan seluruh harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.

Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga, jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa, suatu hari mereka bertengkar hebat, yang pada akhirnya, anaknya tega mengusir sang Ayah keluar dari apartement mereka yang ia warisi dari Ayahnya.

Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai sudah diberikan kepada anaknya, mulai hari itu dia menjadi pengemis di Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!

 
Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu dan menjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya.

Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar beritanya. Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman-temannya yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi si Ayah.

Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal. Dan dihadapan para sahabatnya, si ayah dengan menangis ter-sedu-sedu, dia menceritakan semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di sana, karena semua orangtua di sana merasa sangat marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral itu.

Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee Kwan Yew Senior.

PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee dan PM Lee mengatakan “Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti mereka” .

Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat hibah itu dibatalkan demi hukum! Dan surat hibah yang sudah baliknama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik yang sudah dihibahkan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan anak menantu itu sejak saat itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.

Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan Kebijakan/Dekrit yaitu “Larangan kepada para orangtua untuk tidak menghibahkan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal. Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para lansia.Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1 tahun bekerja.

 

Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport, Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak.

Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak2 dan remaja di sana, bahwa pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dan sebagainya itu bukan pekerjaan hina, sehingga anak2 tsb dari kecil diajarkan untuk tahu menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya. Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya.

 

Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.

Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu mengenang saat mereka masih balita, orangtua mereka-lah yang membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, memberi pula yang memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya ketika mereka sakit.

Sumber : http://pempeknyonya.com/pempek/2011/08/kisah-nyata-dari-singapura-tentang-penghormatan-kepada-orang-tua/

Rantai Kebaikan



Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan dan kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan. Kata pria itu, Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson.

Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.

Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.

Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, Dan ingatlah kepada saya.

Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu. Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.

Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.

Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!

Ada pepatah lama yang berkata, Berilah maka engkau diberi. Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja!

Kirimkan kepada teman-teman anda! Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada. Tuhan memberkati anda!
“Break The Border and Touch The Sky”
Sumber : Dari Seorang Sahabat…..
 http://pempeknyonya.com/pempek/2011/06/rantai-kebaikan/

Apa itu Plum Village?


Plum Village adalah sebuah pusat tempat meditasi yang terkenal dengan ketenangannya (kalo saya tidak salah dengar). Untuk penjelasan lebih lanjut silahkan dibaca saja.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat. :)

Plum Village (Lang Mai) adalah sebuah pusat meditasi Buddhis di Dordogne, di selatan Perancis. Didirikan oleh biksu Vietnam Thich Nhat Hanh, dan rekannya Chan Khong bhikkhuni, pada tahun 1982.

Sejarah


Thich Nhat Hanh, founder of the Plum Village retreat
Setelah menolak hak untuk kembali ke Vietnam, Thich Nhat Hanh membentuk komunitas perhatian kecil 100 mil selatan-barat Paris disebut Kentang Manis, makanan orang kurang mampu di Vietnam. Setelah pengusiran Thich Nhat Hanh dari Singapura berikut upaya ilegal untuk menyelamatkan penduduk perahu Vietnam, ia menetap di Perancis dan mulai untuk memimpin retret kesadaran. Pada tahun 1981, komunitas Kentang Manis mengadakan retret musim panas pertama, yang menarik orang lebih dari akomodasi itu. Thich Nhat Hanh kemudian melanjutkan perjalanan ke selatan dengan rekannya Chan Khong untuk menemukan situs yang lebih besar. Mereka menemukan sepotong tanah di Thenac yang tampaknya ideal. Pemilik tanah, Mr Dezon, tidak ingin menjual, sehingga mereka terus mencari. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 28 September 1982, Thich Nhat Hanh membeli sebidang tanah sekitar 6 kilometer jauhnya, yang sekarang dikenal sebagai Dusun Bawah (XOM Ha). Belakangan tahun itu, badai es menghancurkan kebun-kebun anggur di properti Mr Dezon dan ia dipaksa untuk meletakkan tanahnya di pasar. Nhat Hanh membeli tanah dan menyebutnya DusunAtas (XOM Thuong). Awalnya, kedua dusun yang bernama Desa Kesemek (LangHong), tetapi segera menjadi jelas bahwa pohon plum bernasib jauh lebih baik pada tanah berbatu, sehingga menjadi Plum Village (Lang Mai).

Setiap tahun pengelola empat minggu retret musim panas, yang telah tumbuh semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Kehadiran telah berkembang dari 232 orang pada tahun 1983 menjadi lebih dari 2000 orang pada tahun 2004.




Latihan
Berikut ini adalah jadwal harian rata-rata di Plum Village (Làng Mai):
  • 5:00am: Bangun
  • 6:00am: Meditasi duduk dan jalan
  • 7:30am: Sarapan
  • 9:00am: Dharma Talk / Kelas / Presentasi / Mindful work period
  • 11:30am: Meditasi jalan
  • 12:30pm: Makan siang
  • 1:30pm: Istirahat
  • 3:00pm: Meditasi kerja
  • 5:30pm: Meditasi duduk
  • 6:30pm: Makan malam opsional
  • 8:00pm: Personal study, Happiness Meeting, Beginning Anew
  • 10:00pm: Ketenangan yang mulia dimulai
  • 10:30pm: Lampu dipadamkan

Perkampungan

Hari ini, Plum Village (Lang Mai) terdiri dari empat perkampungan perumahan utama. Perkampungan bagian atas (XOM Thuong) rumah sekitar 65 biksu dan orang awam, serta menjadi tempat tinggal Thich Nhat Hanh itu. Perkampungan bagian bawah (XOM Ha) rumah lebih dari 40 biarawati dan upasika. Anak Ha Kuil rumah sekitar 20 biarawan, dan Dusun Baru (XOM Moi),20 menit perjalanan dengan bus, rumah-rumah sekitar 40 biarawati dan upasika.
Plum Village (Lang Mai) memiliki cabang di Amerika Serikat: Biara Blue Cliff di Pine Bush, New York, dan Biara Taman Rusa (Tu Uyen Vien Loc) di Escondido, California.

External links

Plum Village GPS

44.733565, 0.319117
‎+44° 44' 0.83", +0° 19' 8.82"
Source: http://www.facebook.com/pages/Plum-Village/103799546326135?sk=wiki

Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.1

Orientasi merupakan kumpulan naskah-naskah pendek yang berisi penjelasan singkat tentang latihan dasar yang dipraktikkan di Plum Village, naskah-naskah ini merupakan dasar dari latihan hidup sadar yang disusun dengan kreatif dan arif oleh Bhante Thich Nhat Hanh beserta murid-muridnya dengan tetap mengacu dan berlandaskan semangat ajaran dasar Buddha yaitu hidup sadar atau eling.


Bagaimana Menikmati Latihanmu

Perhatian penuh kesadaran (eling) merupakan energi kewaspadaan dan keterjagaan akan momen ini. Latihan ini merupakan latihan berkesinambungan untuk terus menyentuh seluruh momen kehidupan sehari-hari. Hidup sadar membuat hidup menjadi nyata, hadir bersama mereka yang berada di sekitarmu juga hadir bersama apa yang sedang engkau lakukan. Menyelaraskan badan jasmani dan pikiran ketika kita sedang mengendarai mobil ataupun ketika sedang mandi.

Latihan hidup berkesadaran bersatu padu dengan rutinitas keseharian di rumah seperti berjalan, duduk, bekerja, makan, dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini kita melakukan semua aktivitas itu dengan penuh berkesadaran. Sadar dengan apa yang sedang kita lakukan. Kita berlatih hidup berkesadaran di kamar dan ketika berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
Berlatih sebagai sanggha (komunitas) membuat suasana menjadi begitu ceria, santai, dan mantap. Setiap orang menjadi lonceng kesadaran bagi sahabat lainnya. Saling mengingatkan serta saling mendukung di sepanjang perjalanan latihan. Dengan adanya dukungan dari komunitas, kita dapat belajar untuk berbagi sukacita, aktivitas ini seperti mempersembahkan sebuah kado untuk mereka yang kita sayangi dan cintai. Kita dapat menumbuhkan soliditas dan kebebasan, solid dalam aspirasi paling dalam dan terbebas dari rasa takut, persepsi keliru, dan penderitaan.

Wahai sahabat, marilah kita mencoba berlatih dengan cara cerdas dan terampil, berhadapan dengan berbagai aspek latihan dengan penuh rasa ingin tahu dan semangat mencari tahu. Mari kita berlatih dengan menjadikan pengertian mendalam sebagai fondasi dasar dan bukan sekedar berlatih demi memamerkan tampak luarnya semata. Nikmati latihanmu di sini dengan santai dan anggun, menyertakan pikiran terbuka dan hati yang siap menerima.


Bernapas

Latihan meditasi (napas berkesadaran dan jalan berkesadaran) merupakan metode untuk menjadi lebih sadar. Napas merupakan bumi solid yang bisa menjadi tempat kita berlindung. Apa pun cuaca dalam mental, pikiran, emosi, dan persepsi, napas selalu menemani kita bagaikan seorang sahabat setia. Kapanpun kita terhanyut, tenggelam, terbawa emosi, atau terperangkap dalam kekhawatiran berlebihan, maka kita kembali bernapas untuk mengumpulkan dan menarik balik pikiran kita ke tubuh.

Rasakan arus udara masuk dan keluar hidung. Kita merasakan betapa ringan dan naturalnya napas yang menghadirkan ketenangan dan kedamaian. Di setiap waktu, ketika sedang berjalan, berkebun ataupun menulis, kita dapat kembali kepada kedamaian yang merupakan sumber kehidupan.

Ketika kamu bernapas, kamu terkonsentrasi penuh pada momen ini. Kita boleh melantunkan gatha atau syair berikut ini untuk medukung latihan napas berkesadaran:

”Bernapas masuk aku tahu aku sedang bernapas masuk”
”Bernapas keluar aku tahu aku sedang bernapas keluar"

Kita tidak perlu mengendalikan napas. Rasakan napas sebagaimana adanya. Napas kita mungkin saja panjang atau pendek, dangkal atau dalam, bernapas dengan berkesadaran maka napas akan berubah menjadi pelan dan lebih dalam secara alamiah. Bernapas dengan sadar merupakan kunci untuk mempersatukan badan jasmani dan pikiran kemudian membawa energi kesadaran hadir dalam setiap momen hidup.


Lonceng Kesadaran

Ketika anda tiba, mungkin anda akan mendengar bunyi lonceng, kemudian semua orang di sekelilingmu berhenti, berhenti berbicara, dan berhenti bergerak. Bunyi lain seperti dering telepon atau dentang jam dinding ataupun bunyi lonceng wihara, semua ini merupakan lonceng kesadaran. Ketika kita mendengar bunyi lonceng maka kita akan merelaksasikan tubuh dan mengikuti keluar dan masuknya napas. Kita lakukan hal itu secara natural, menikmati tanpa harus terlalu serius ataupun kaku.

Ketika kita mendengar salah satu bunyi lonceng kesadaran itu, kita berhenti dari segala percakapan dan apa pun yang sedang kita lakukan kemudian kita mencurahkan perhatian pada napas. Bunyi lonceng telah memanggil kita:

Dengar,dengar
Bunyi menakjubkan ini
Membawaku kembali
Ke rumah sejatiku

Dengan berhenti untuk bernapas dan menyentuh ketenangan dan kedamaian, kita menjadi bebas, semua pekerjaan serasa menyenangkan dan sahabat yang ada di depan kita juga menjadi begitu nyata. Ketika kita pulang ke rumah, kita dapat memanfaatkan dering telepon, dentang lonceng gereja, tangisan bayi ataupun bunyi sirene pemadam kebakaran dan bunyi ambulan sebagai lonceng kesadaran. Hanya dengan tiga tarikan napas kita dapat melepaskan ketidaknyamanan dalam tubuh dan pikiran, kemudian kembali menjadi sejuk dan jernih.


Membungkuk atau Tidak

Membungkuk atau tidak bukanlah inti pertanyaan. Tetapi hal yang penting adalah sadar. Ketika kita memberi salam kepada seseorang dengan cara membungkuk, kita berkesempatan untuk hadir sepenuhnya di hadapan orang tersebut, kehadiran sifat Buddha yang ada dalam diri kita juga orang lain. Kita membungkuk bukan atas dasar kesopanan ataupun alasan diplomatis, namun kita memberi salam hormat dengan membungkuk untuk mengenali bahwa hidup itu sendiri merupakan suatu keajaiban.

Ketika kita melihat seseorang menangkupkan dua tangan seperti bunga teratai dan membungkuk memberi hormat kepada kita, maka bisa dapat membalasnya. Bernapas masuk, dalam hati berkata: ”Sekuntum bunga teratai untukmu,” tundukkan kepala dan bernapas keluar kita melanjutkan: ”Seorang calon Buddha.” Kita melakukan hal ini dengan penuh kesadaran, sadar sepenuhnya akan keberadaan orang di hadapan kita. Kita membungkuk dengan tulus. Kadang-kadang kita merasa ada koneksi sangat dekat dengan mereka yang ada di hadapan kita—rasa takjub atas keajaiban hidup. Apakah itu bunga, matahari, pohon maupun setetes air hujan yang dingin, objek apa pun itu kita bisa memberi salam hormat dengan cara demikian. Untuk mempersembahkan kehadiran dan rasa terima kasih.


Gatha

Gatha adalah syair pendek untuk membantu latihan hidup berkesadaran dalam kegiatan sehari-hari. Gatha dapat membuka dan memperdalam pengalaman tindakan simpel yang sering kita abaikan. Ketika kita fokuskan pikiran pada gatha, kita kembali ke diri sendiri dan menjadi lebih sadar dalam setiap aktivitas. Ketika gatha itu berakhir, kita melanjutkan aktivitas dengan kesadaran yang sudah lebih tinggi lagi.

Ketika kita memutar keran air, kita dapat melihat secara mendalam dan melihat betapa pentingnya air bagi kehidupan. Kita teringat untuk menghemat air karena begitu banyak manusia di muka bumi ini tidak mendapatkan air apalagi air minum.

Air mengalir dari gunung tinggi
Air merembes ke dalam tanah
Secara ajaib air datang untuk kita dan
menyokong semua kehidupan

Ketika mengosok gigi, kita dapat membulatkan tekad dalam hati agar selalu berbicara dengan penuh cinta kasih. Sebelum menstarter mobil, kita dapat melantunkan gatha sebagai persiapan perjalanan aman:

Sebelum menstarter mobil
Saya tahu ke mana saya akan pergi
Mobil dan saya bersatu
Ketika mobil bergerak cepat maka saya juga bergerak cepat.

Gatha memanggil pikiran kembali ke tubuh kita. Bermodalkan pikiran damai dan jernih, sadar sepenuhnya akan aktivitas fisik, resiko kecelakaan akan lebih kecil.

Gatha merupakan nutrisi bagi pikiran, memberikan kedamaian dan ketenangan diri kita sendiri kemudian kita dapat berbagi untuk orang lain. Mereka juga membantu kita menghadirkan latihan meditasi berkelanjutan menjadi bagian dari hidup kita. Banyak gatha yang tersedia di buku ”Present Moment Wonderful Moment”.


Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.2

Meditasi Jalan

Kita berjalan setiap hari namun seolah-olah seperti sedang berlari, dan langkah tergesa-gesa meninggalkan jejak kegelisahan dan kemurungan di bumi.

Di manapun kita berjalan, kita dapat berlatih meditasi, maksudnya kita tahu bahwa kita sedang berjalan. Kita berjalan hanya untuk berjalan. Kita berjalan dengan rasa lepas dan soliditas, tidak tergesa-gesa lagi.

Kita hadir dalam setiap langkah, dan ketika kita ingin berbicara, maka kita berhenti dan mencurahkan perhatian penuh kepada lawan bicara kita, kata-katanya, dan sepenuhnya mendengar.

Berjalan dengan cara demikian bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja, namun kita seharusnya dapat melakukannya setiap saat. Lihatlah sekelilingmu dan perhatikan bagaimana kehidupan itu sangatlah luas, pohon-pohon, awan putih, dan langit tanpa batas. Dengarkanlah kicauan burung, rasakan segarnya angin. Kehidupan hadir di setiap sudut dan kita masih hidup dan sehat, betapa beruntung bahwa kita masih mampu berjalan dengan damai.

Mari kita berjalan bagaikan orang bebas dan rasakan setiap langkah semakin ringan. Mari nikmati setiap langkah yang kita ayunkan. Setiap langkah memberi nutrisi sehat dan menyembuhkan. Sebagaimana kita melangkah meninggalkan jejak rasa terima kasih kepada bumi.

Barangkali kita ingin menggunakan gatha ketika melangkah. Ayunkan dua atau tiga langkah untuk setiap tarikan napas dan hembusan napas.

Bernapas masuk ”Aku telah tiba”
Bernapas keluar ”Aku tiba di rumah”
Bernapas masuk ”Aku berada di sini”
Bernapas keluar ”Aku berada di saat ini”
Bernapas masuk ”Aku kokoh”
Bernapas keluar ”Aku bebas”
Bernapas masuk ”Dalam dimensi tertinggi”
Bernapas keluar ”Aku bersemayam”


Bangun di Pagi Hari

Bangun di pagi ini aku tersenyum
dengan mengetahui ada 24 jam sudah hadir di hadapanku.
Aku bertekad untuk hidup sepenuhnya dalam setiap momen,
dan menatap semua makhluk dengan mata penuh welas asih.

Ketika kita bangun di pagi hari dan membuka mata, barangkali kita ingin melantunkan gatha di atas. Kita bisa memulai hari dengan sebuah senyum kebahagiaan dan aspirasi mendedikasikan diri untuk berlatih membangkitkan cinta kasih dan pengertian. Kita sadar bahwa hari ini adalah suatu hari baru yang segar, dan kita punya 24 jam yang berharga untuk hidup.

Mari kita coba untuk segera bangun dari tempat tidur setelah bernapas tenang sebanyak tiga kali untuk tetap hidup sadar. Ayo jangan menunda atau enggan bangun dari ranjang. Barangkali kita ingin duduk dan memijat kepala, leher, bahu, dan lengan dengan lembut untuk melancarkan sirkulasi darah. Mungkin kita ingin melakukan beberapa peregangan untuk mengendurkan persendian dan membangunkan tubuh kita. Minum segelas air hangat di pagi hari juga baik untuk jaringan tubuh kita.

Mari kita membersihkan diri atau melakukan apa pun yang perlu dilakukan sebelum menuju ke ruang meditasi. Meluangkan waktu secukupnya agar kita tidak harus tergesa-gesa. Menikmati langit pagi yang gelap. Banyak bintang sedang berkedip dan mengucapkan ”selamat pagi” kepada kita. Tarik napas dalam dan nikmati udara sejuk dan segar. Sewaktu kita berjalan perlahan menuju ruang meditasi, biarkan pagi menghiasi kehidupan kita, membangunkan tubuh dan pikiran kita untuk kegembiraan di hari yang baru.



Meditasi Duduk

Meditasi duduk bagaikan kita kembali ke rumah masing-masing untuk memberikan perhatian penuh dan kepedulian kepada diri sendiri. Seperti rupang Buddha di altar, kita juga bisa memancarkan kedamaian dan stabilitas. Kita duduk tegap dengan penuh wibawa, dan kembali pada napas. Kita mencurahkan seluruh perhatian pada tubuh dan sekeliling. Kita membiarkan pikiran kita menjadi luas dan hati kita semakin lembut dan berbudi baik. Meditasi duduk sangat menyembuhkan. Kita sadar bahwa kita bisa saja duduk dengan keadaan apa saja yang muncul dalam diri kita, apakah itu kepedihan, kemarahan, kegusaran, atau juga keceriaan, kecintaan, dan kedamaian. Kita duduk bersama perasaan-perasaan itu tanpa terhanyut. Biarkan perasaan itu datang dan biarkan juga perasaan itu pergi. Tidak perlu menolak, tidak perlu memaksa, tidak perlu berpura-pura bahwa pikiran kita tidak ada di situ. Selidiki pikiran dan bayangan-bayangan yang muncul dari mental dengan penuh rasa penerimaan dan tatapan penuh cinta kasih. Kita boleh tetap diam dan tenang walaupun terjadi hujan badai yang muncul dari diri kita.

Jika kaki kita dan telapak kaki tertidur atau mulai pegal, kita boleh saja mengatur posisi duduk agar nyaman tanpa menimbulkan suara berisik. Kita boleh mempertahankan konsentrasi dengan tetap mengikuti napas secara perlahan-lahan, kemudian dengan penuh kewaspadaan merubah postur duduk. Di antara sesi meditasi, kita berlatih Thien Hanh yaitu meditasi jalan di ruangan. Kita melangkah bersamaan dengan setiap napas masuk dan keluar. Sadari sanggha berada di sekeliling, kita merasakan keselarasan karena memiliki tubuh yang lebih besar yaitu tubuh sanggha. Setiap orang bergerak bersama, perlahan-lahan, dan penuh perhatian. Kita bisa menemukan banyak saran dan usul berkaitan dengan Guided Meditation dalam buku-buku Thay*, “The Blooming of a Lotus” atau juga salah satu guru Dharma. Kita hendaknya datang 5 menit sebelum meditasi dimulai sehingga semua orang bisa duduk dengan nyaman sebelum bel dibunyikan untuk memulai meditasi formal. Kita sebaiknya jangan masuk ke ruang meditasi setelah bel diundang berbunyi di aula meditasi. Apabila kita terlambat untuk ikut meditasi duduk, tetaplah berada di luar dan menikmati meditasi jalan.

* Thay berarti guru, sebutan akrab di Plum Village untuk Bhante Thich Nhat Hanh



Sumber: http://www.wihara.com/forum/artikel-buddhist/7169-orientasi-naskah-naskah-plum-village.html

Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.4

Makan Bersama

Roti dalam tanganku adalah tubuh dari jagad raya

Makan bersama merupakan latihan meditasi. Kita perlu mencoba untuk mempersembahkan kehadiran kita dalam setiap kali makan bersama. Mulai mengambil makanan saja kita sudah bisa mulai berlatih. Ketika sedang mengambil makanan kita menyadari banyak elemen, seperti hujan, sinar matahari, bumi, udara, dan cinta kasih, semua ini datang bersama menghasilkan makanan ini. Pada kenyataanya bahwa hanya dengan melihat makanan ini saja kita bisa melihat seluruh alam semesta mendukung kelangsungan hidup kita.

Kita sadar bahwa seluruh sanggha hadir ketika kita sedang mengambil makanan, kita mengambil makanan sesuai dengan porsi yang kita butuhkan. Sebelum makan, lonceng akan diundang sebanyak 3 kali dan kita menikmati bernapas masuk dan keluar kemudian membacakan 5 perenungan.

* Makanan ini merupakan pemberian seluruh alam semesta, bumi, langit, dan berbagai hasil kerja keras.
* Semoga kami makan dengan perhatian penuh kesadaran dan rasa terima kasih agar kami menjadi orang yang layak menerimanya.
* Semoga kami dapat mengenali dan mengubah bentuk-bentuk mental tidak bajik, terutama keserakahan, dan belajar makan dengan penuh kewajaran.
* Semoga kami dapat terus menjaga welas asih agar tetap hidup, melalui cara makan sedemikian rupa sehingga mengurangi penderitaan semua makhluk, melestarikan planet ini dan memutar balik arus pemanasan global.
* Kami menerima makanan ini agar dapat merawat hubungan persaudaraan kakak dan adik, memperkuat sanggha dan memupuk tujuan luhur untuk melayani semua makhluk.


Kita sebaiknya makan dengan perlahan-lahan, mengunyah setiap suapan minimal 30 kali sehingga makanan itu menjadi cairan. Dengan demikian membantu proses pencernaan. Mari kita menikmati setiap suapan makanan kita dan merasakan kehadiran kakak adik di sekitar kita. Marilah kita hadir di momen ini, makan dengan cara penuh kekokohan, keceriaan, dan damai, sehingga semua ini menjadi kenyataan ketika sedang makan. Makan dengan hening membuat makanan menjadi nyata berkat perhatian kesadaran dan kita sepenuhnya sadar bahwa makanan ini memberikan nutrisi. Demi memperdalam latihan makan dengan penuh perhatian dan memberikan dukungan atmosfir damai, kita tetap duduk selama periode hening. Setelah 20 menit kemudian, bel akan diundang dua kali, kita boleh bangkit dari tempat duduk. Setelah selesai makan, kita menggunakan beberapa waktu untuk menyadari bahwa kita telah selesai, mangkuk kita telah kosong dan rasa lapar sudah hilang. Rasa terima kasih membuat kita sadar bahwa betapa beruntungnya kita telah memperoleh makanan yang penuh nutrisi ini, makanan yang mendukung kita pada jalur pengertian dan cinta kasih.


Dapur

Makanan telah habisi disantap,
laparku telah hilang,
Aku bertekad untuk hidup demi
memberikan manfaat untuk semua makhluk.

Dapur juga merupakan ruang latihan meditasi. Mari kita berlatih hidup berkesadaran ketika bertugas di dapur ataupun membersihkan dapur. Mari kita mengerjakan pekerjaan kita dalam suasana santai dan khusyuk, ikuti napas kita dan tetap menjaga konsentrasi pada pekerjaan. Berbicara seperlunya hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan. Kita bisa memulai pekerjaan kita dengan cara memberikan persembahan dupa ke altar di dapur sebagai ungkapkan rasa terima kasih dan mengingatkan diri untuk bekerja secara berkesadaran.

Mari kita membantu tim dapur dengan tidak mengganggu ruang meditasi ini dengan hal yang tidak penting, kita yang sedang tidak bertugas di dapur boleh melakukan apa yang ingin kita lakukan dengan hening dan kemudian meninggalkan dapur agar tim dapur dapat menunaikan tugasnya dengan baik.

Ketika memasak, kita mengalokasikan waktu cukup agar tidak ada perasaan tergesa-gesa. Mari kita sadar bahwa saudara-saudari dalam latihan bersama sangat bergantung pada makanan ini untuk menunjang latihan mereka. Penyadaran ini akan membantu kita untuk memasak makanan yang berbumbu cinta kita dan perhatian penuh kesadaran.

Ketika kita sedang membersihkan dapur atau mencuci piring kita melakukan hal itu sama seperti ketika kita membersihkan altar atau memandikan bayi Buddha. Mencuci dengan cara demikian, kegembiraan dan kedamaian akan terpancar di dalam diri sendiri dan di sekeliling kita. 


Tubuh Sanggha

Siapapun yang datang untuk berlatih bersama merupakan bagian dari sanggha atau komunitas. Namun jika kita datang ke Plum Village hanya untuk jangka waktu satu minggu saja, kehadiran kita atau latihan kita dapat memberikan konstribusi semangat dan keharmonisan bagi sanggha.

Dalam masyarakat, banyak penderitaan kita berasal dari perasaan terkucilkan dari masyarakat. Kita sering merasa tidak ada koneksi nyata pada saat berhadapan dengan orang lain secara langsung, begitu juga tetangga, rekan kerja dan anggota keluarga lainnya. Setiap orang hidup terpisah, seolah-olah tidak didukung oleh komunitas. Hidup bersama sanggha dapat menyembuhkan diri dari perasaan terkucilkan dan pemisahan. Kita dapat berlatih bersama, berbagi ruangan bersama, makan berdampingan dan membersihkan kuali bersama-sama. Hanya dengan berlatih bersama praktisi dalam aktivitas keseharian, kita dapat merasakan koneksi nyata dari cinta dan penerimaan.

Thay sering berujar bahwa sanggha adalah sebuah taman yang penuh dengan berbagai jenis pohon dan bunga. Ketika kita dapat melihat ke dalam diri kita sendiri dan melihat bagian diri kita yang indah, bunga dan pohon unik dapat benar-benar tumbuh sehingga menumbuhkan saling pengertian dan cinta kasih. Satu bunga mungkin akan mekar lebih awal di musim semi dan bunga lainnya mungkin mekar di penghujung musim semi. Satu pohon mungkin berbuah banyak dan pohon lain mungkin rimbun serta menyejukkan. Tidak ada satu tanaman pun yang terhebat, atau terburuk ataupun tidak ada tanaman yang sama persis dengan tanaman lainnya. Setiap anggota komunitas selalu mempunyai talenta atau kemampuan khusus dan unik yang bisa disumbangkan kepada komunitas. Ketika kita mampu mengapresiasi kontribusi setiap anggota dan melihat kelemahan diri sendiri sebagai potensi untuk tumbuh, kita dapat belajar untuk hidup bersama secara harmonis. Tujuan dari latihan kita adalah untuk melihat apakah kita sebagai sebuah bunga atau pohon, dan kita semua merupakan satu kesatuan dari taman secara utuh, semuanya saling terkait.


Hidup Berdampingan

Kebersamaan merupakan sebuah praktik. Di pusat latihan kita memiliki kesempatan unik untuk hidup secara berdampingan dengan teman dari berbagai negara dan latar belakang. Bersama-sama kita membentuk satu tubuh sanggha, terhubungkan oleh latihan hidup berkesadaran. Dengan energi bersama yang kita hasilkan dari ketenangan dan melihat secara mendalam, memungkinkan kita untuk saling mendukung satu sama lainnya dalam metode transformasi. Ini membutuhkan kerjasama, terampil, dan sikap penerimaan.

Untuk dapat hidup berdampingan dengan yang lainnya, kita perlu mengembangkan pengertian, komunikasi, dan rendah hati. Mari kita menyediakan waktu untuk memahami mereka yang ada di sekeliling kita. Kita telah mengabaikan tetangga kita sejak dahulu kala.

Dengan hidup bersama kita dapat mendorong orang lain ikut bergabung dengan latihan kita dan bersama-sama membangun solidaritas. Berbagi ruangan dengan yang lainnya juga merupakan kesempatan untuk membangun pengertian dan rasa simpati untuk dirimu sendiri dan juga demi mereka yang tinggal bersamamu. Menaruh perhatian terhadap teman sekamar, kita dapat mengidentifikasikan dan mengapresiasikan kualitas positif mereka, menciptakan suasana harmonis, kita tahu ketika orang lain bahagia maka kita juga ikut bahagia.

Kita dapat menaruh respek kepada teman sekamar dan dapat berbagi ruangan dengan cara menjaga kamar tetap rapi dan bersih. Kita coba peka terhadap teman sekamar. Contohnya kita seharusnya bertanya terlebih dahulu ketika ingin membuka jendela, menyalakan dupa, atau menyalakan lampu, untuk memastikan hal itu tidak akan mengganggu teman sekamar kita. Melalui cara demikian kita dapat menciptakan suasana berlatih ucapan, pikiran, dan tindakan penuh cinta kasih.

Hadiah terbaik yang dapat kita persembahkan kepada sahabat dalam latihan adalah latihan hidup berkesadaran. Senyum dan napas berkesadaran menjadi alat komunikasi yang memberitahu orang lain bahwa kita mencoba cara terbaik untuk menghadirkan kedamaian dalam diri sendiri dan kita berharap bisa ikut memberikan kontribusi kedamaian kepada seluruh komunitas. Kita perlu ingat untuk terus berkomunikasi dengan lancar, sehingga kebahagiaan kita akan mengalir dengan baik. 


Orientasi (Naskah-naskah Plum Village) Part.3

Meditasi Minum Teh

Meditasi minum teh merupakan waktu untuk bersama dengan sanggha dalam suasana ceria dan khusyuk. Hanya untuk menikmati teh bersama-sama itu saja sudah cukup. Hal demikian bagaikan sebuah “kabar baik”, ketika kita berbagi keceriaan dan kebahagiaan selama dalam kebersamaan.

Kadang-kadang, waktu kita sedang minum teh bersama seorang teman, kita tidak menyadari keberadaan teh itu bahkan kita juga tidak menyadari keberadaan teman kita yang sedang duduk di hadapan kita. Mempraktikkan meditasi teh adalah untuk menjadi benar-benar hadir bersama teh dan teman-teman kita.

Kita mengenali bahwa kita sanggup bersemayam di saat sekarang ini dengan bahagia walaupun dengan semua kesedihan dan kegelisahan. Kita duduk santai di sana tanpa harus berucap apa pun. Kalau kita suka, bisa juga kita berbagi nyanyian, sebuah kisah, dan sebuah tarian.
Barangkali anda ingin membawa alat musik atau menyiapkan sesuatu terlebih dahulu. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyiram benih-benih keceriaan dan kegembiraan, akan pengertian dan cinta kasih di antara sesama.


Menyentuh Bumi

Latihan menyentuh bumi (sujud, bhumisparsha) merupakan latihan kembali ke bumi, ke akar, ke leluhur kita, dan menyadari bahwa kita terkait erat dengan seluruh silsilah leluhur spiritual dan leluhur keluarga. Kita merupakan kelanjutan dari leluhur kita, dan akan berlanjut ke generasi akan datang. Kita menyentuh bumi untuk melepaskan pandangan bahwa kita terpisah dari bumi serta juga sebagai pengingat bahwa kita adalah bumi dan kita adalah bagian dari kehidupan.

Ketika kita menyentuh bumi, kita menjadi kecil, dengan penuh kerendahan hati dan bersahaja bagaikan seorang anak muda. Ketika kita menyentuh bumi, kita menjadi lebih kokoh, bagaikan pohon berusia panjang yang merambatkan akarnya masuk ke dalam tanah, meminum air dari sumber segala air.

Ketika kita menyentuh bumi, kita bernapas masuk semua kekuatan dan stabilitas yang ada di bumi, kemudian bernapas keluar untuk mengalirkan keluar derita kita, marah, benci, ketakutan, dan semua keluh kesah.

Telapak tangan kita disatukan membentuk kuncup teratai dan kemudian dengan lembut merebahkan diri ke lantai sehingga tangan kaki beserta dahi beristirahat dengan nyaman di atas bumi. Ketika kita menyentuh bumi, tangan kita dibuka menghadap ke atas, menunjukkan keterbukaan kepada Triratna, Buddha, Dharma, dan Sanggha. Setelah satu atau dua kali berlatih menyentuh bumi (tiga atau lima kali), kita telah melepaskan banyak penderitaan dan perasaan terkucilkan dan kita akur kembali dengan leluhur, orang tua, anak, dan para sahabat. 


Lima Latihan

Lima Latihan perhatian penuh kesadaran dibuat pada zaman Buddha kemudian menjadi fondasi praktik untuk keseluruhan komunitas, termasuk komunitas monastik maupun sahabat awam. Fondasi dari latihan ini adalah perhatian penuh kesadaran.

Seluruh anggota sanggha dan tamu diajak untuk mematuhi latihan ini untuk mendukung praktik perhatian penuh kesadaran dan hidup harmonis bersama. Tidak merokok, tidak minum cairan yang menurunkan kesadaran, penyimpangan perilaku seksual, semua itu merupakan bagian dari lima latihan.

Lima latihan perhatian penuh kesadaran melindungi kita sehingga tetap bebas dan menjadikan hidup lebih indah. Latihan ini juga menjadi pedoman bagi kehidupan sehari-hari karena latihan menjadi landasan dasar kebahagiaan individu, suami istri, keluarga, dan masyarakat.


Latihan Pertama: Menjunjung Tinggi Kehidupan

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh penghancuran kehidupan, aku bersedia memupuk pengertian mendalam atas keadaan saling bergantungan dan belas kasih serta mencari cara untuk melindungi kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, dan bumi ini. Aku bertekad untuk tidak membunuh, tidak membiarkan pihak lain membunuh, dan tidak mendukung segala jenis tindakan pembunuhan di dunia ini, baik melalui pikiran maupun cara hidupku. Aku mengerti bahwa tindakan merusak timbul dari kemarahan, ketakutan, keserakahan, dan intoleransi yang berakar dari pemikiran diskriminatif dan dualistik, aku akan menumbuhkan sifat keterbukaan, non diskriminasi dan non kemelekatan terhadap pandangan demi mentransformasikan kekerasan, fanatisme, dan dogmatisme dalam diriku dan di dunia ini.

Latihan Kedua: Kebahagiaan Sesungguhnya

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh eksploitasi, ketidakadilan sosial, pencurian, dan penindasan, aku bersedia berlatih hidup dalam kedermawanan dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan. Aku bertekad untuk tidak mencuri dan tidak memiliki sesuatu yang seharusnya milik pihak lain, aku akan berbagi waktu, energi, dan sumber materi bersama mereka yang membutuhkannya. Aku akan berlatih menatap secara mendalam untuk menyadari bahwa kebahagiaan dan penderitaan orang lain juga merupakan kebahagiaan dan penderitaan diriku, kebahagiaan sesungguhnya tak akan bisa hadir tanpa pengertian dan belas kasih; aku mengerti bahwa mengejar kekayaan, ketenaran, kekuasaan, dan kenikmatan sensual bisa membawa semakin banyak penderitaan dan keputusasaan. Aku sadar sepenuhnya bahwa kebahagiaan berhubungan erat dengan sikap mental dan kebahagiaan tidak bergantung pada kondisi eksternal, Aku bisa hidup dengan bahagia pada momen kini hanya dengan mengingat bahwa aku sudah memiliki kondisi secukupnya untuk berbahagia. Aku bertekad untuk berlatih hidup sesuai dengan mata pencaharian benar sehingga aku bisa ikut membantu mengurangi penderitaan makhluk lain di dunia ini dan memutar balik arus pemanasan global.


Latihan Ketiga: Cinta Sesungguhnya

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh peyimpangan prilaku seksual, aku bersedia untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab dan mencari cara untuk melindungi keamanan dan integritas individual, pasangan, keluarga, dan masyarakat. Tahu bahwa nafsu seksual bukanlah cinta, dan aktivitas seksual yang didorong oleh nafsu keinginan selalu melukai diriku kemudian juga melukai pihak lain, Aku bertekad untuk tidak terlibat dalam hubungan seksual yang tanpa dilandasi cinta sesungguhnya, cinta mendalam, komitmen jangka panjang yang diberitahukan kepada famili dan para sahabat. Aku akan bertindak sesuai kemampuanku dalam melindungi anak-anak dari pelecehan seksual dan mencegah percerain pasangan dan keluarga yang diakibatkan oleh prilaku seksual tidak pantas. Mengerti bahwa badan jasmani dan pikiran merupakan satu kesatuan, aku bersedia mencari cara pantas untuk menjaga energi seksual dan menumbuhkan cinta kasih, belas kasih, suka cita, dan sikap inklusif, yang merupakan empat elemen dasar cinta sesungguhnya demi kebahagiaan lebih besar bagi diriku dan pihak lain. Kita tahu bahwa berlatih cinta sesungguhnya, kita akan terus dilanjutkan dengan indah di masa depan.


Latihan Keempat: Ucapan Cinta Kasih dan Mendengar Mendalam

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh bicara tanpa berkesadaran dan ketidakmampuan untuk mendengarkan pihak lain, Aku bersedia untuk menumbuhkan ucapan cinta kasih dan mendengar mendalam demi mengurangi penderitaan dan upaya menciptakan rekonsiliasi dan perdamaian dalam diriku dan sesama orang lain, ethnik, sahabat religius, dan antar negara. Mengetahui bahwa kata-kata dapat menghadirkan kebahagiaan maupun menciptakan penderitaan, Aku bersedia berbicara sesuai keadaan yang sesungguhnya dengan menggunakan kata-kata yang dapat memunculkan keyakinan, suka cita, dan harapan. Ketika kemarahan membara dalam diriku, untuk sementara aku bertekad untuk tidak berbicara. Aku akan berlatih napas dan jalan penuh kesadaran untuk mengenali kehadiran kemarahan dan kemudian menatap mendalam untuk mengetahui akar permasalahan, terutama akar persepsi keliru dan pengertian kurang lengkap atas penderitaan dalam diriku maupun pihak lain. Aku akan berbicara dan mendengar dengan sedemikian rupa sehingga membantu meringankan penderitaan pihak lain dan mencari cara untuk keluar dari situasi sulit itu. Aku bertekad untuk tidak menyebarkan berita-berita yang belum aku ketahui dengan pasti dan juga tidak melontarkan kata-kata yang dapat menyebabkan perpecahan dan perselisihan. Aku akan berlatih semangat ketekunan benar untuk menunjang kapasitas dalam hal pengertian, cinta kasih, suka cita, dan inklusif, secara perlahan-lahan mentransformasikan kemarahan, kekerasan, dan ketakutan yang terselubung jauh dalam kesadaranku.


Latihan Kelima: Nutrisi dan Penyembuhan

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh konsumsi tidak disertai dengan kesadaran, Aku bersedia menjaga kesehatan dengan baik secara fisik maupun mental bagi diriku sendiri, keluarga, dan masyarakat dengan cara berlatih makan, minum, dan mengonsumsi dengan penuh kesadaran. Aku akan berlatih menatap mendalam bahan konsumsiku yang terdiri dari empat jenis makanan yaitu makanan lewat mulut, kesan impresi, niat, dan kesadaran. Aku bertekad untuk tidak menggunakan alkohol, obat-obat terlarang, terlibat dalam perjudian atau produk-produk yang mengandung toksin seperti situs internet, permainan elektronik, program televisi, film, majalah, buku, dan percakapan. Aku akan berlatih kembali pada momen kekinian untuk menyentuh kesegaran, penyembuhan, dan elemen nutrisi dalam diriku dan sekitarku, tidak membiarkan penyesalan dan kemurungan menyeretku kembali ke masa lalu, juga tidak membiarkan kecemasan, ketakutan, dan kemelekatan menarik aku keluar dari momen kekinian. Aku bertekad untuk tidak menutupi kesepian, kecemasan, atau penderitaan jenis lainnya dengan cara tenggelam dalam mengkonsumsi. Aku akan merenungkan sifat saling bergantungan dan mengkonsumsi dengan sedemikian rupa sehingga bisa memelihara kedamaian, suka cita, dan kesehatan badan jasmani dan kejernihan kesadaran sendiri maupun kolektif dalam cakupan keluarga, masyarakat, dan dunia ini. 


Sumber: http://www.wihara.com/forum/artikel-buddhist/7169-orientasi-naskah-naskah-plum-village.html