Chat Here

Welcome to peoplewillfindtheway.blogspot.com... Feel free to explore and enjoy!

Cerita Buddhis 19: SILUMAN DI PADANG PASIR (Cara Berpikir yang Benar)

Click here to enlargePada suatu ketika ada 2 orang pedagang yang berteman. Keduanya siap melakukan perjalanan untuk menjual barang dagangan mereka, untuk itu mereka harus memutuskan apakah mereka akan berpergian bersama. Mereka setuju untuk melakukan perjalanan bersama-sama. Karena masing-masing dari mereka memiliki sekitar 500 kereta dan mereka akan pergi ke tempat yang sama melalui jalan yang sama pula, maka akan menjadi terlalu ramai jika pergi bersamaan.


Salah seorang dari mereka memutuskan akan lebih baik jika ia pergi terlebih dahulu. Ia berpikir “Jalanan itu tidak akan dilalui oleh kereta-kereta, sehingga sapi-sapi jantan akan dapat memilih rumput terbaik, kami akan mendapatkan buah-buahan dan sayur-sayuran yang terbaik untuk dimakan, orang-orangku akan menghargai kepemimpinanku dan pada akhirnya, aku akan dapat menawar dengan harga-harga terbaik.



Si pedagang satunya betul-betul mempertimbangkan dengan hati-hati dan menyadari bahwa ada keuntungan-keuntungan dengan pergi setelahnya. Ia berpikir “Kereta-kereta temannya itu akan membuat tanah menjadi rata jadi mereka tidak harus melakukan pekerjaan jalan apa pun. Sapi-sapi jantan temannya akan makan rumput tua dan tunas-tunas baru akan tumbuh untuk sapi-sapinya makan, dengan cara yang sama rombongan teman-temannya akan memetik buah-buahan dan sayur-sayuran tua dan buah-buahan juga sayur-sayuran segar akan tumbuh untuk mereka nikmati. Aku tidak perlu menghabiskan waktuku untuk melakukan penawaran jika aku bisa mengambil harga yang sudah ditetapkan dan mendapatkan keuntungan. Untuk itu dia setuju membiarkan temannya untuk pergi terlebih dahulu. Temannya ini yakin bahwa ia telah membodohinya dan sudah mendapatkan yang terbaik untuk dirinya, jadi ia memulai perjalanannya terlebih dahulu.



Si pedagang yang pergi pertama mengalami kesulitan terlebih dahulu. Mereka datang ke sebuah daratan tandus yang disebut “Gurun Pasir Kering (Waterless Desert)” yang mana penduduk setempat mengatakan bahwa tempat itu dihantui oleh siluman-siluman. Ketika kafilah itu sampai di tengah-tengah gurun, mereka bertemu dengan rombongan dalam jumlah yang banyak datang dari arah yang berlawanan. Mereka memiliki kereta-kereta yang berlumuran lumpur dan tetesan air. Di kedua tangan dan kereta-kereta mereka terdapat bunga seroja dan teratai. Pemimpin mereka yang memiliki sikap serba tahu, berkata kepada Si Pedagang “Kenapa kau membawa muatan-muatan berat yang berisi air ini? Sebentar lagi kau akan mencapai sumber air di mana akan banyak air untuk diminum dan buah kurma untuk dimakan. Sapi-sapi jantanmu lelah karena menarik kereta-kereta berat yang diisi dengan tambahan air itu. Jadi buanglah air itu dan berbaik hatilah kepada hewan-hewanmu yang sudah terlalu banyak bekerja itu!”



Walaupun penduduk setempat sudah memperingatkannya, si Pedagang tidak menyadari bahwa mereka bukanlah manusia, tetapi siluman yang sedang menyamar. Bahkan Si Pedangang dan rombongannya terancam bahaya dari siluman-siluman yang ingin menyantap mereka. Karena merasa yakin bahwa mereka adalah orang-orang yang suka menolong. Si Pedagang mengikuti nasehat mereka dan membuang semua airnya ke tanah.



Ketika si Pedagang dan rombongannya melanjutkan perjalanannya, mereka tidak menemukan sumber air atau air apa pun. Beberapa dari mereka menyadari bahwa mereka telah ditipu oleh makhluk yang kemungkinan adalah siluman-siluman, kemudian mulai menggerutu dan menyalahkan si Pedagang. Di hari terakhir semua orang-orang kelelahan. Sapi-sapi jantannya terlalu lemah untuk menarik kereta-kereta berat mereka karena kekurangan air. Semua orang-orang dan hewan-hewannya berbaring secara sembarangan dan jatuh dalam tidur yang lelap. Seketika itu juga, saat malam hari siluman-siluman itu datang dalam bentuk aslinya yang menakutkan dan menelan semua makhluk yang lemah dan tanpa perlawanan. Ketika mereka selesai memakannya yang tersisa hanyalah tulang-tulang yang tergeletak berserakkan. Tak ada satu pun manusia ataupun hewan tersisa hidup-hidup.



Setelah beberapa bulan, pedangang kedua memulai perjalanannya melalui jalan yang sama. Ketika ia sampai di gurun, dia mengumpulkan semua orang-orangnya dan memberikan mereka nasehat “Daerah ini disebut Gurun Pasir Kering dan aku sudah mendengar bahwa tempat ini dihantui oleh siluman-siluman dan hantu-hantu. Untuk itu kita harus berhati-hati. Karena kemungkinan ada tanaman-tanaman beracun dan air kotor. Jangan minum air apa pun dari tempat itu tanpa bertanya aku terlebih dahulu.” Dengan begitu mereka mulai memasuki gurun pasir.



Setelah berjalan kira-kira melewati setengah perjalanan, dengan cara yang sama seperti kafilah pertama, mereka bertemu siluman-siluman yang basah kuyup sedang dalam penyamaran. Siluman-siluman itu memberi tahu mereka bahwa sumber air sudah dekat dan mereka harus membuang semua air mereka. Tetapi Pedagang yang bijaksana ini segera mengatasi mereka. Si Pedagang tahu bahwa tidak masuk akal jika ada sumber air di tempat yang disebut sebagai ‘Gurun Pasir Kering’. Dan lagi pula, orang-orang ini memiliki mata merah yang menonjol keluar dan memiliki sikap agresif dan ambisius. Jadi ia mencurigai mereka kemungkinan adalah siluman-siluman. Si Pedagang memberitahukan mereka untuk meninggalkan rombongannya dengan berkata, “Kami adalah seorang pedagang yang tidak akan membuang air yang bersih sebelum kami tahu di mana air selanjutnya berasal.”



Kemudian, melihat orang-orangnya sendiri telah memiliki keraguan, Si Pedagang berbicara kepada mereka “Jangan percaya kepada orang-orang ini, mereka mungkin saja siluman-siluman, sampai kita benar-benar menemukan air. Sumber air yang mereka tunjukkan, kemungkinan hanyalah sebuah ilusi atau khayalan belaka. Apakah kau pernah mendengar adanya air di dalam Gurun Pasir Kering ini? Apakah kau merasakan hujan-angin atau awan mendung apa pun?” Mereka mengatakan “Tidak” dan Si Pedagang melanjutkan perkataannya, “Jika kita mempercayai orang-orang asing ini dan membuang semua air kita, nantinya kita mungkin tidak memiliki air apa pun untuk minum ataupun masak, lalu kita akan menjadi lemas dan kehausan, akan sangat mudah bagi siluman-siluman untuk datang dan merampok kita atau bahkan memakan kita! Untuk itu, sampai kita benar-benar menemukan air, jangan membuang-buangnya walaupun setetes!”



Kafilah itu melanjutkan perjalanannya dan pada sore hari itu mereka sampai di tempat di mana orang-orang dari kafilah pertama dan sapi-sapi jantannya telah dibunuh dan dimakan oleh siluman-siluman. Mereka menemukan kereta-kereta, tulang-tulang manusia dan hewan berserakan di sekitarnya. Mereka mengenali bahwa kereta-kereta yang penuh dengan muatan dan tulang-tulang yang berserakan itu adalah milik kafilah yang terlebih dahulu melanjutkan perjalanan. Si pedagang yang bijaksana memberitahukan orang-orang tertentunya untuk tetap berjaga-jaga di sekitar tenda pada waktu malam hari.



Pada pagi harinya rombongan itu bersantap pagi dan memberi makan sapi-sapi jantan mereka dengan sangat baik. Mereka menambahkan muatan mereka dengan barang-barang yang paling berharga yang ditinggalkan oleh kafilah pertama. Demikianlah mereka mengakhiri perjalanan mereka dengan sangat sukses dan kembali pulang dengan selamat, dengan begitu mereka dan keluarga mereka dapat menikmati keuntungan yang telah diperoleh.

Pesan moral: Seseorang harus selalu cukup bijaksana, tidak tertipu oleh kata-kata muslihat dan penampilan yang palsu.

0 comments:

Post a Comment