DHAMMAPADA XXV, 5
Ketika beredar berita di kalangan para murid bahwa Sang Buddha akan mangkat (parinibbana) dalam waktu empat bulan lagi; banyak di antara para bhikkhu puthujjana, yang belum mencapai tingkat kesucian mengalami tekanan batin, merasa akan kehilangan. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukannya. Pada umumnya mereka berusaha berada dekat dengan Sang Buddha, tidak ingin bepergian jauh dari Beliau.
Ketika itu ada seorang bhikkhu yang bernama Dhammarama yang tinggal menyendiri dan tidak pergi mendekat kepada Sang Buddha. Perhatian beliau diarahkan pada perjuangannya untuk mencapai tingkat kesucian arahat sebelum Sang Buddha meninggal dunia. Ia melaksanakan meditasi 'Pandangan Terang' (Vipassana Bhavana) dengan tekun. Kawan-kawan bhikkhu lain tidak mengerti apa harapan beliau dan apa yang sedang dilakukannya, mereka memiliki pengertian keliru perihal kelakuan Bhikkhu Dhammarama itu.
Kawan-kawan bhikkhu tersebut bersama Bhikkhu Dhammarama menemui Sang Buddha, dan mereka berkata kepada Sang Bhagava, "Bhante, bhikkhu ini kelihatan tidak mau peduli, tidak menghormat, dan tidak berbakti kepada Bhante. Ia terlihat menyendiri pada saat para bhikkhu lain sedang berada di dekat Bhante".
Setelah kawan-kawan bhikkhu itu menceritakan semua pandangannya, Bhikkhu Dhammarama dengan penuh hormat menjelaskan kepada Sang Buddha apa yang sesungguhnya merupakan harapannya, dan juga apa yang telah dilaksanakannya dengan mempraktekkan Vipassana Bhavana.
Sang Buddha sangat puas dan menghargai apa yang telah diungkapkan dan dilakukan oleh Bhikkhu Dhammarama, kemudian berkata, "Anak-Ku Dhammarama, engkau telah berperilaku sangat baik. Seorang bhikkhu yang mencintai dan menghormat kepada-Ku hendaknya berkelakuan seperti engkau. Mereka yang mempersembahkan bunga, pelita, dan dupa kepada-Ku tidaklah benar-benar memberi hormat kepada-Ku. Hanya mereka yang melaksanakan Dhamma, ajaran-Ku, adalah benar-benar seseorang yang memberikan hormat kepada-Ku".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 364 berikut:
Seorang bhikkhu yang selalu berdiam dalam Dhamma dan gembira dalam Dhamma, yang selalu merenungkan dan mengingat-ingat akan Dhamma, maka bhikkhu itu tidak akan tergelincir dari Jalan Benar Yang Mulia.
Dhammarama Thera mencapai tingkat kesucian arahat, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***
--------------------------------------------------------------------------------Sumber: Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor), Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150358878610384
0 comments:
Post a Comment