Ini adalah sesuatu yang sebenarnya sepele namun telah banyak diabaikan oleh banyak orang, yaitu berdana. Ya, berdana bagi saya adalah sesuatu yang sebenarnya sangat penting bagi kita terutama bagi umat Buddha. Sewaktu saya masih kecil dulu, yang saya tahu waktu itu hanyalah memasukkan sejumlah uang ke kotak dana yang disediakan di vihara-vihara namun belum mengerti apa itu makna berdana yang sesungguhnya. Dan dalam artikel ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang ardi berdana. Minimal teman-teman paham apa itu berdana.
Sungguh sulit bagi kita untuk dapat terlahir sebagai manusia. Namun kebanyakan dari kita yang terlahir sebagai manusia terpengaruh oleh nafsu duniawi sehingga melupakan tujuan utama kita, yaitu melakukan kebaikan selama kita hidup. Dengan otomatis karena terlalu sibuk dengan urusan duniawi kita sering kali melupakan kewajiban kita sebagai seorang buddhis, salah satunya adalah berdana. Maka dari itu, berbuatlah kebajikan selagi kita masih muda dan masih sempat.
“Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda , akan merana seperti bangau tua yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya. Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda, akan terbaring seperti busur panah yang rusak, menyesali masa lampaunya.”(Dhammapada, 155, 156).
Dari beberapa sumber yang saya baca, berdana adalah suatu sifat kemuliaan yang sangat diwajibkan dalam Buddhisme. Berdana yang dilakukan dengan keyakinan, penuh hormat, ikhlas dan tanpa merasa dirugikan akan menghasilkan buah karma yang baik berupa kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah, sebagaimana sabda Sang Buddha pada Anguttara Nikaya Vol. III, 48 yang berisi:
“Oh, para bhikhu, kelima hal ini adalah dana dari seorang yang baik. Apakah kelima hal itu ? Ia berdana dengan keyakinan ; ia berdana dengan hormat; ia berdana tepat pada waktunya; dengan hati ikhlas; dan ia berdana tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun pihak lain.”
“Dengan memberikan dana dengan keyakinan dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka akan datanglah kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; serta ia akan elok dipandang, tampan/cantik, bagaikan keindahan bunga teratai yang mengagumkan.”
“Dengan berdana secara hormat dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka ia akan memperoleh kemakmuran , kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan anak-istrinya, para pesuruh dan pegawainya akan mendengarkan kata-katanya dengan sabar dan patuh, serta akan melayaninya dengan hati yang penuh pengertian.”
“Dengan berdana secara tepat waktu dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan kebaikan akan datang kepadanya tepat pada waktunya dan berlimpah ruah.”
“Dengan berdana secara ikhlas dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang melimpah; dan pikirannya akan menikmati sepenuhnya kebahagiaan dari kelima panca inderanya.”
“Dengan berdana tanpa merugikan diri sendiri maupun pihak lain dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan tidak akan ada dari manapun juga sesuatu yang akan merugikan harta bendanya ; baik api atau air, pemerintah atau pencuri, atau ahli waris yang berwatak buruk.”
Berdana tidak hanya berupa materi saja tetapi juga bisa dari pembicaraan yang ramah, senyuman yang tulus, budi pekerti yang menyenangkan, dan memberikan pengertian yang benar mengenai ajaran Sang Buddha.
Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Sang Buddha:
“Memberi makanan, seseorang memberikan kekuatan; memberi pakaian, seseorang memberikan keindahan; memberi penerangan, seseorang memberikan penglihatan; memberi angkutan, seseorang memberikan kesenangan; memberi perlindungan, seseorang memberikan semuanya; tetapi seseorang yang mengajarkan Dharma, ajaran Sang Buddha yang istimewa, orang seperti itu memberikan makanan surgawi.” (Samyutta Nikaya, I, 32)
“Kedermawanan, perkataan yang ramah, melakukan hal yang baik untuk orang-orang lain, dan memperlakukan semua orang secara sama; bagi dunia, tali-talisimpati ini bagaikan penyambung roda kereta.” (Anguttara Nikaya, Vol. 32)
Sumber dana yang akan didanakan tentulah harus berasal dari usaha dan cara yang benar.
“Dengan kekayaan yang dihimpun secara benar, yang diperoleh melalui usaha sendiri, ia membagikan makanan dan minuman kepada makhluk-makhluk yang membutuhkan.” (Itivuttaka, 66)
Berdana dapat dilakukan pada saat kebaktian pada tiap-tiap vihara yang ada sambil menyanyikan lagi Viharagita Dana Paramita yang lagunya seperti ini:
Marilah kita berdana, Untuk kepentingan Dhamma
Semoga kita diberkahi, Oleh Buddha Maha Suci
Berdanalah kita semua, Dengan hati ikhlas rela
Semoga karma baik kita, Dirahmati Sang Tri -Ratna
(dan dalam kebaktian Mahayana, ditambahkan lagi sebagai berikut )
Marilah kita berdana, Menimbun Kusala kamma
Semoga kita diberkahi, Bodhisattva Makhluk Suci
Sang Avalokitesvara, Selalu memberkahi kita
Semoga hidup kita bahagia, Untuk selama-lamanya.
Di samping itu, berdana tidaklah harus pada saat kebaktian, di luar kegiatan kebaktian kita juga tetap bisa berdana materi pada tempat yang telah disediakan oleh vihara masing-masing.
Kepada siapa kita harus berdana?
Dana yang kita persembahkan pada umumnya kepada Sangha atau bikkhu. Namun selain Sangha yang merupakan lapangan untuk menanam jasa, kita juga dapat berdana kepada:
1. Dana yang diberikan kepada orang yang melaksanakan sila, seperti misalnya para bhikkhu sekarang ini; bahkan ini termasuk berdana kepada Sangha.
2. Dana yang diberikan kepada Orang Tua ( Ayah dan Ibu )
3. Dana yang diberikan kepada orang yang belum berpenghasilan, misalnya mereka yang belum mempunyai pekerjaan lalu kita sokong untuk sementara waktu.
4. Dana yang diberikan kepada mereka yang memang sedang membutuhkan bantuan, misalnya kepada orang yang sedang terkena musibah, dsbnya.
Kualitas Dana
a. Menurut Tingkatan manfaatnya
Menurut tingkatan manfaatnya,maka suatu dana dapat kita bedakan menjadi empat bagian,yaitu :
1.Pemberian yang besar dengan manfaat yang kecil ( sedikit )
Contohnya dalam hal ini yaitu orang-orang yang membunuh binatang untuk di korbankan kapada para dewa dengan disertai perayaan yang besar dan segala macam upacara persembahyangan. Hal ini memerlukan biaya yang besar tetapi pahala atau kebaikan untuk mereka yang melaksanakan sangatlah sedikit.
2. Pemberian yang kecil dengan manfaat yang kecil.
Contohnya dalam hal ini yaitu seorang yang kaya tetapi Ia sangat kikir sehingga tidak mau berdana dengan banyak ( padahal dia mampu ) dan setulus hati.
3. Pemberian yang kecil dengan manfaat yang besar
Contohnya dalam hal ini yaitu seorang yang miskin yang memberikan dananya dengan jumlah yang sedikit ( karena batas kemampuannya memang hanya sampai di situ ) tetapi dia berdana dengan tulus hati dan tanpa pamrih.
4. Pemberian yang besar dengan manfaat yang juga besar
Contohnya yaitu seorang hartawan yang mendanakan sebagian hartanya guna kepentingan orang banyak, misalnya dengan mendirikan vihara,panti asuhan dsb-nya yang semuanya itu dilakukan dengan hati yang tulus dan pamrih.
b. Menurut kehendak ( Cetananya )
Berdasarkan kehendak ( cetananya) berarti bahwa ada niat yang baik dalam berdana tersebut. Dalam hal ini berdana bukan sekedar untuk formalitas, pamer kekayaan, mencari nama,promosi diri atau dagangan, menjilat dsb. Kehendak baik di sini mencakup tiga masa,yaitu :
1.Sebelum berdana
Sebelum berdana, seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh ketulusan dan keriaan, dengan berpikir misalnya Saya sedang menanam harta benda sebagai sebab kekayaan yang dapat di bawa serta.
2. Sewaktu berdana
Sewaktu berdana seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh keyakinan dengan berpikir misalnya. Saya sedang membuat manfaat suatu harta yang tidak begitu bernilai.
3. Setelah berdana
Setelah berdana seseorang hendaknya mengembangkan pikiran yang penuh keiklasan dan kepuasan, dengan berpikir misalnya. Saya telah melakukan kebajikan yang dipujikan oleh para bijaksana.
Jenis DanaBerikut ini dikutipkan jawaban-jawaban dari alm. Bhikkhu Ledi Sayadaw atas pertanyaan mengenai Dana sewaktu Beliau masih tinggal di daerah Chipagan, Burma yang didasarkan atas Tipitaka Pali, Atthakathadan Tika.
1. Thavara Dana; Pemberian yang bersifat tahan lama, misalnya stupa, rumah peristirahatan, vihara, sekolah, jembatan, sumur, menara air, tanah, dsb.
2. Athavara Dana; Pemberian yang sifatnya tidak tahan lama, misalnya makanan, pakaian, dan uang. Athavara Dana yang diberikan terus menerus akan menghasilkan buah yang sama kuat dengan Thavara Dana.
3. Amisa Dana; Berdana dalam bentuk materi termasuk uang untuk membangun vihara.
4. Dhamma Dana; Berdana pengetahuan Buddhadharma, misalnya berdana buku-buku Buddhadharma, mencetak, menulis, menterjemahkan, menyunting, mengajar, memberi khotbah Dharma. Sang Buddha bersabda, “Danam Dhamma Danam Jinati” , yang artinya, “Dari semua pemberian, pemberian Dharma-lah yang tertinggi.” Dharma Dana menghasilkan kebijaksanaan dan pengetahuan.
5. Nicca Dana; Pemberian yang dilakukan secara teratur dan tetap. Seseorang tidak akan dilahirkan di alam Apaya (menderita) apabila dia melakukan Nicca Dana.
6. Anicca Dana; Pemberian yang dilakukan kadang-kadang saja
7. Vatta Nissita Dana; Pemberian yang dilakukan untuk mengharapkan keuntungan-keuntungan yang bersifat duniawi. Keuntungan duniawi meliputi keinginan untuk dilahirkan di alam-alam dewa, dilahirkan sebagai anak orang kaya. Pemberian dana semacam ini cenderung akan memperpanjang Samsara (lingkaran kehidupan dan kematian).
8. Vivatta Nissita Dana; Pemberian dengan tujuan untuk membebaskan diri dari kesengsaraan [samsara] dengan tercapainya Kebebasan [Nibbana].
9. Puja Dana; Pemberian kepada orang-orang yang menjalankan sila dan orang-orang mulia. Atau orang yang mempunyai status lebih tinggi sebagai tanda hormat.
10. Anuggaha Dana; Pemberian kepada orang yang lebih rendah.
11. Sankhara Dana; Pemberian Dana setelah mendapat dorongan atau anjuran dari orang lain. Apabila berbuah akan menjadikan seseorang itu berpikir lamban dan bodoh.
12. Asankhara Dana; Pemberian yang dilakukan atas kehendak sendiri, tanpa dorongan dari orang lain. Apabila berbuah akan menjadikan seseorang itu cerdas dan pandai.
13. Jana Dana; Pemberian yang dilakukan dengan sepenuh pengertian akan akibat-akibatnya.
14. Ajana Dana; Pemberian yang dilakukan dengan tidak mengerti/mengetahui apa akibatnya.
15. Vatthu Dana; Pemberian barang materi.
16. Asankhara Dana; Pemberian berupa suatu kebebasan pada suatu makhluk dari bahaya atau dari kematian, misalnya membebaskan hewan-hewan dari kurungan (yang telah ditangkap), larangan untuk berburu di hutan, melatih/mematuhi Pancasila Buddhis, dan sebagainya.
17. Ajjhatika Dana; Pemberian berupa anggota badan, misalnya mata, badan jasmani, dan mengorbankan jiwa sendiri untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Termasuk dalam hal ini adalah melakukan donor darah.
18. Bahira Dana; Pemberian biasa, tidak berupa anggota tubuh sendiri.
19. Hina Dana; Pemberian yang dilakukan dengan harapan mendapat kemasyuran.
20. Majjhima Dana; Pemberian yang dilakukan dengan tujuan untuk dapat dilahirkan sebagai manusia yang kaya.
21. Panita Dana; Pemberian yang dilakukan dengan harapan untuk mencapai kebebasan [Nibbana].
22. Dasa Dana; Pemberian yang bernilai rendah, misalnya sesuatu yang biasa diberikan kepada seorang budak.
23. Sahaya Dana; Pemberian yang mempunyai tingkat yang sama dengan apa yang biasa digunakan seseorang yang sama kedudukannya, misalnya sesuatu yang diberikan kepada seorang teman.
24. Sami Dana; Pemberian yang bernilai tinggi, misalnya sesuatu yang bisa dipakai oleh para majikan atau raja-raja.
25. Loka Dana; Pemberian yang dilakukan karena tradisi setempat dalam arti takut dipandang rendah bila tidak ikut berdana.
26. Atta Dana; Pemberian yang dilakukan untuk menjaga kewibawaan/pangkat seseorang.
27. Dhamma Dana; Pemberian yang dilakukan karena ingin mempraktekkan ajaran agama.
28. Civara Dana; Pemberian jubah kepada bhikkhu.
29. Pindapatta Dana; Pemberian makanan kepada bhikkhu.
30. Bhesajja Dana; Pemberian makanan kepada bhikkhu.
31. Senasana Dana; Pemberian tempat tinggal atau kuti kepada bhikkhu. Sang Buddha bersabda, “Vihara Danam Sanghassa Aggam Buddhena Vannitam”, yang artinya, “Sebuah tempat tinggal bhikkhu yang diberikan kepada Sangha dipuji oleh Sang Buddha sebagai pemberian hadiah tertinggi.”Demikian juga, “Soca Sabbadado Hoti, Yo Dadati Upassayam”, yang artinya, “Seseorang yang mendirikan tempat tinggal bhikkhu sebagai hadiah kepadaSangha, sama nilainya dengan segala macam hadiah.”
32. Dakkhina Visuddhi Dana; Penggolongan ini didasarkan atas:
- Sifat si pemberi yang berbudi luhur atau menjalankan sila
- Sifat si pemberi yang tidak berbudi luhur atau tidak menjalan sila
- Sifat si penerima yang berbudi luhur atau menjalankan sila
- Sifat si penerima yang tidak berbudi luhur atau tidak menjalankan sila.
Jika pemberian dana tersebut dilakukan dimana kedua-duanya berbudi luhur, maka akan menghasilkan buah yang banyak. Jika salah satunya tidak berbudi luhur, maka buah yang diperolehnya hanya sedikit.
33. Sakkacca Dana; Pemberian dengan hati-hati, sopan, dan penuh hormat.
34. Asakkacca Dana; Pemberian tanpa sifat-sifat tersebut di atas. Misalnya memberikan makanan kepada hewan, tanpa memperhatikan segi-segi kebersihan dan sebagainya. Jika pemberian dana ini menghasilkan buah maka akan mendapatkan sikap yang kurang hormat atau kasar dari teman, anak atau pelayannya.
35. Sahatthika Dana; Pemberian dengan tangan sendiri atau secara pribadi.
36. Anatthika Dana; Pemberian dengan menggunakan perantara, misalnya dengan melalui seorang pelayan. Bila pemberian ini berbuah, kemungkinan akan menghasilkan buah yang disertai dengan tiadanya pengikut atau teman.
37. Agga Dana; Pemberian sesuatu yang baru dan terbaik.
38. Ucchita Dana; Pemberian berupa sesuatu yang bernilai rendah misalnya barang sisa. Jika si penerima Ucchita Danamenghargai dan menyukai pemberian ini, maka dana yang diberikan akan tetap membawa hasil yang besar, sejauh pemberian tersebut disertai kehendak [cetana] yang baik dan sikap pikiran yang hormat dan sungguh-sungguh [sakkaca], misalnya pemberian dari seorang yang kaya kepada seorang fakir miskin, ataupun pemberian kepada hewan-hewan peliharaan.
39. Dhammika Dana; Pemberian yang betul diberikan kepada seseorang atau lembaga yang dituju sejak dari semula.
40. Adhammika Dana; Pemberian yang sebenarnya akan diberikan kepada seseorang atau sesuatu lembaga, tetapi orang itu mengubah pikirannya dan memberikannya kepada orang lain atau lembaga lain.
41. Dhamma Dana; Pemberian berupa nasi, air, pakaian, dan sebagainya.
42. Adhamma Dana; Pemberian berupa minuman keras, senjata, mesiu, alat atau gambar (porno) yang dapat menimbulkan kekotoran batin, dan sebagainya, barang-barang yang berbahaya, yang mungkin menjadikan seseorang melanggar Panatiatau Surameraya Sila. Pemberian dana semacam ini akan menghasilkan perbuatan yang tidak baik [akusala kamma]. Tetapi bila seseorang memberikan racun yang diberikan untuk tujuan menyembuhkan penyakit ataupun senjata dan mesiu tidak berbahaya untuk keperluan vihara, maka hal ini adalah perbuatan baik [kusala kamma].
43. Saparivara Dana; Pemberian yang disertai dengan tambahan-tambahan lain yang lengkap
44. Aparivara Dana; Pemberian yang tidak disertai dengan tambahan-tambahan lain
45. Savajja Dana; Pemberian yang disertai kekejaman atau pembunuhan makhluk hidup. Apabila pemberian dana ini menghasilkan buah, maka cenderung disertai dengan adanya bahaya-bahaya atau dapat pula hilangnya jiwa seseorang.
46. Anavajja Dana; Pemberian yang tidak disertai dengan kekejaman atau pembunuhan makhluk hidup.
Berbagai definisi mengenai jenis dana, mutu dana dan lain sebagainya yang terdapat dalam pengertian di masing-masing Buddhisme, pada dasarnya adalah sama yaitu haruslah dilakukan dengan hati yang penuh keikhlasan, bersuka-cita, penuh kerelaan tanpa mengharapkan imbalan apapun dan penuh hormat sebagaimana seorang bijaksana sehingga akan senantiasa hidup bahagia dalam kehidupan saat ini ataupun alam berikutnya.
Sang Buddha bersabda: “Di dunia ini ia berbahagia, di dunia sana ia berbahagia; pelaku kebajikan berbahagia di kedua dunia itu, ia akan berbahagia ketika berpikir, ‘aku telah berbuat kebajikan’, dan ia akan lebih berbahagia lagi ketika berada di alam bahagia.” (Dhammapada, 18).
Sang Buddha bersabda :
“Sesungguhnya orang kikir tidak dapat pergi ke alam dewa. Orang bodoh tidak memuji kemurahan hati. Akan tetapi orang bijaksana senang dalam memberi, dan karenanya ia akan bergembira di alam berikutnya.” (Dhammapada , 177)
Referensi:
http://sumansutra.wordpress.com/berdana-dharma-kemuliaan/
http://tamandharma.com/forum/index.php?topic=9408.0