Chat Here
Sejarah Makan Bak Cang
Bakcang atau bacang (Hanzi: 肉粽, hanyu pinyin: rouzong) adalah penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Kata ‘bakcang’ sendiri adalah berasal dari dialek Hokkian yang lazim dibahasakan di antara suku Tionghoa di Indonesia.
Bakcang menurut legenda pertama kali berasal dari tokoh Qu Yuan (343–289 SM). Qu Yuan adalah sastrawan terkemuka dari Kerajaan Chu. Bukunya sangat laris dan terkemuka, salah satunya Chun Tzu (Ratapan Negeri Tzu) dan Li Sao (Menapaki Kesedihan). Selain itu, ia juga dikenal sebagai menteri yang terpercaya dan setia.
Kerena popularitas itu, rekan-rekannya menjadi iri dan berusaha menyingkirkan dia. Rekannya adalah para penjilat kekuasaan yang bermanis-manis di depan raja dan berusaha menjatuhkan Kerajaan Chu dan lebur dalam Kerajaan Chin. Qu Yuan tidak mau ikut dengan konspirasi itu sehingga ia makin dibenci rekan-rekannya.
Pada suatu kesempatan, para menteri menekan tim dokter untuk menyatakan pantang garam bagi raja yang sedang sakit. Akibatnya raja menjadi makin sakit dan hanya bisa terbaring. Mengetahui adanya komplotan ini, Qu Yuan diam-diam membungkus garam dalam daum bambu dengan empat kerucut, lalu menggantung bungkusan itu di langit-langit ranjang raja dengan maksud agar garam itu menetes sedikit demi sedikit di atas mulut raja supaya kesehatab raja pulih lagi.
Ketika hal itu diketahui, Qu Yuan malah dituduh meracuni raja. Karena tidak mau berurusan dengan pengadilan, lalu ia bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Mi Lou. Mendengar berita ini rakyat menjadi sedih dan mencari jenazah Qu Yuan. Mereka juga melemparkan nasi yang dibungkus dengan bambu kerucut empat untuk dimakan ikan agar tidak mengigit tubuh Qu Yuan. Mereka juga menabuh genderang di perahu untuk mengusir roh-roh naga jahat yang bisa mengganggu roh Qu Yuan.
Peristiwa ini dikenang tiap tahun dengan perayaan Peh Chun (bacang). Perayaan ini ditandai dengan perlombaan perahu naga (dragon boat) yang diawaki sekitar dua puluh orang pendayung yang duduk berpasangan dan mendayung mengikuti ritme genderang dan tradisi ini juga ditandai dengan makan bacang.
Bakcang dengan keempat kerucutnya melambangkan empat kata Qu-Yuan-Setia-Percaya. Bakcang adalah lambang penghormatan karakter terpercaya dan orang percaya malah tidak dipercaya dan bahwa orang setia malah didakwa. Bakcang adalah ungkapan tentang kepercayaan dan kesetiaan.
Bakcang secara harfiah berarti cang yang berisi daging, namun pada prakteknya, cang juga ada yang berisikan sayur-sayuran atau yang tidak berisi. Yang berisi sayur-sayuran disebut chaicang dan yang tidak berisi biasanya dimakan bersama dengan serikaya atau gula disebut kicang.
Bakcang dibuat dari beras ketan sebagai lapisan luar; daging, jamur, udang kecil, seledri dan jahe sebagai isi. Ada juga yang menambahkan kuning telur asin. Untuk perasa biasanya ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap dan sedikit minyak nabati.
Tentunya yang tidak kalah penting adalah daun pembungkus dan tali pengikat. Daun biasanya dipilih daun bambu panjang yang harus dimasak terlebih dahulu untuk detoksifikasi. Bakcang biasanya diikat berbentuk prisma segitiga.
Sumber : http://pempeknyonya.com/pempek/2011/06/sejarah-makan-bak-cang/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment