Chat Here

Welcome to peoplewillfindtheway.blogspot.com... Feel free to explore and enjoy!

KISAH NYATA PEKERJA ABORSI DAN AKIBATNYA

oleh : Bhante Wongsin Labhiko

Ayat Dhammapada syair ke-17 berbunyi :

"Di dunia ini Ia menderita, Di dunia sana Ia menderita. Perilaku kejahatan menderita di kedua dunia itu, Ia meratap ketika berpikir, "Aku telah berbuat jahat", dan Ia akan lebih menderita lagi ketika berada di alam sengsara."

Ada sebuah kisah nyata, yang terjadi sekitar 46 tahun yang lalu (sebelum Bhante Wongsin menjadi Bhikkhu). Di Thailand terdapat sebuah vihara yang jauh dari orang desa maupun kota. Di lingkungan Vihara, ada pohon bodhi yang sangat besar, umurnya diperkirakan sudah ratusan tahun.

Pada hari itu Bhante Wongsin dan gurunya (Luangpi Jagaro) yang pada waktu itu menjadi kepala vihara di sana menunjukkan kepada Bhante Wongsin seorang wanita yang sedang menari-nari sambil bertepuk tangan dan berteriak,"Selamat jalan anakku, selamat jalan anakku, kita tidak lama akan bertemu lagi."

Terus berulang-ulang ia ucapkan. Ya... wanita tersebut memang terganggu jiwanya. Wanita tersebut bernama Duen yang artinya bulan. Bhante Wongsin bertanya pada gurunya, "Apa yang menyebabkan wanita itu menjadi gila?" Lalu Luangpu Jagaro mulai menceritakan kehidupan wanita itu.

Sekitar 45 tahun yang lalu, kehidupan wanita itu amatlah jaya. Itu disebabkan karena ia berhasil dalam pekerjaannya, tapi sayangnya pekerjaan itu amatlah bertentangan dengan Dhamma & Vinaya. Pekerjaannya sebagai penggugur kandungan atau aborsi.

Sebelumnya wanita itu sering dinasehati oleh para Bhikkhu bahwa pekerjaan itu tidak baik, disarankan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, yaitu pekerjaan yang tidak melanggar sila. Karena bila hal itu terus dilakukan akan mengakibatkan penderitaan di masa yang akan datang.

Tapi wanita itu menjawab,"Bhante, saya ingin mencari uang yang cukup banyak, setelah cukup maka saya akan berhenti, saya sanggup menanggung semua resiko bahkan yang terburuk sekali pun."

Dari pekerjaannya menggugurkan kandungan, ia mendapat banyak uang. Penghasilannya bisa mencapai 500 sampai 100 baht per harinya, maka tidak heran ia bisa membangun rumah yang sangat besar dan mewah. Kemudian ia menikah dengan seorang laki-laki pilihannya.

Namun, dua bulan kemudian rumahnya yang megah itu habis terbakar, ia menjadi miskin dan kehidupannya kembali seperti dulu, menjalankan pekerjaannnya sebagai penggugur kandungan. Tetapi pasiennya tidaklah sebanyak dulu. Kian hari pasiennya kian sedikit. Satu tahun kemudian wanita tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki yang gemuk, manis dan sangat lucu. Kehadirannya membawa kebahagiaan bagi sepasang suami istri itu.

Kini mereka sekeluarga tinggal di sebuah gubuk yang sangat sederhana. Karena kesederhanaannya itu, banyak anjing yang dapat keluar masuk dengan mudah ke gubuk tersebut, lalu memakan beras milik si wanita. Beras yang dengan susah paya ia dapat kian hari kain berkurang, sehingga membuatnya jengkel.

Suami istri itu kemudian menyiapkan rencana untuk membalas dendam kepada anjing-anjing itu bila mereka datang kembali.

Menjelang larut malam saat suami istri itu tertidur, terdengar suara mencurigakan. Si istri terbangun kemudia membangunkan suaminya untuk menjalankan rencana buruk mereka. Mereka siap mengayunkan pedang yang sudah di asah, secepat kilat sang suami mengayunkan pedang ke arah suara yang mencurigakan dan ..... kreekkk!! Sekali penggal, tidak terdengar lagi suara apapun, setelah itu dengan geram dipotong-potongnya tubuh itu menjadi 12 bagian. Lalu setelah selesai, suami istri itu bergegas menyalakan pelita.

Namin betapa terkejutnya pasangan suami istri itu, setelah mengetahui apa yang telah mereka lakukan. Makhluk yang telah dibunuhnya ternyata bayinya sendiri yang dikira seekor anjing yang sering mencuri beras. Bayi yang sangat disayanginya telah penuh dengan lumuran darah dan sudah tidak berbentuk, yang terlihat cuma potongan-potongan daging akibat sabetan pedang. Suami istri itu tidak percaya akan apa yang dilihatnya, semuanya sudah terlanjur, ia hanya bisa menangis sejadi-jadinya sambil berteriak-teriak hingga akhirnya ia pingsan.

Keesokan harinya setelah mayat bayi mereka dikremasi, suaminya ditangkap dan ditahan karena dituduh telah membunuh secara keji dan terencana. Sedangkan Duen, sang istri kehilangan kesadarannya akibat penyesalan dan kesedihan yang teramat sangat.

Mungkin inilah akibat dari perbuatan yang telah ia lakukan karena menekuni pekerjaan yang salah yaitu membantu orang lain menghilangkan nyawa makhluk lain.

Walaupun makhluk tersebut mungkin masih berupa gumpalan darah atau belum berwujud manusia, namun di dalamnya telah terdapat unsur kehidupan, sehingga jika unsur itu dihilangkan, maka ia telah melakukan pembunuhan.

Dan hal ini telah ia lakukan secara berulang-ulang tanpa merasa takut ataupun menyesal sehingga bila saatnya tiba maka sesal pun akan datang, namun sayang penyesalan selalu datang terlambat.

Oleh sebab itu maka kita seharusnya senantiasa berhati-hati dalam bertindak dan senantiasa mengingat akan ajaran Sang Buddha karena perbuatan buruk yang ditanam akan menghasilkan akibat yang buruk pula jika dilaksanakan. Ini adalah hukum yang abadi dan akan berlalu sampai kapan pun juga.



{Sahabat Sedharma yang berbahagia janganlah kita melakukan hubungan yang tidak aman apabila anda tidak berniat memiliki keturunan jangan karena kesalahan kita mengakibatkan nyawa seorang bayi hilang begitu saja sebaiknya hindarilah hubungan di luar nikah apabila anda sudah menikah gunakanlah pengaman seaman-aman mungkin}



Sumber :  Majalah Vipassana tahun ke-9/Mei 2001 & http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,22024.msg392716.html#msg392716

0 comments:

Post a Comment