Katvãna katthamudaram iva gabbhiniyã
Ciñcãya duttha vacanam janakãya majjhe
Santena somaviddhinã jitavã munindo
Tan tejasã bhavatu te jayamangalãni
Setelah membuat perutnya gendut seperti wanita hamil dengan mengikatkan sepotong kayu
Cinca memfitnah di tengah-tengah banyak orang
Raja Para Bijaksana menaklukkannya dengan sikap kesatria dan kedamaian
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
Pada saat para pertapa kehilangan banyak pengikut
yang menyokong kehidupan mereka, mereka amat iri
melihat banyak orang, baik kaya maupun miskin mendatangi
Sang Buddha untuk menyampaikan hormat dan mendengarkan Dhamma.
Mereka lalu melakukan perbuatan buruk, dan
berteriak-teriak di tengah jalan : “Hai
saudara-saudara ….. Apakah hanya Bhikkhu Gotama saja
yang dapat menjadi seorang Buddha? Kami adalah para
Buddha juga! Apakah hanya dengan berdana kepadaNya
saja yang akan memperoleh kebajikan? Yang berdana kepada kami,
juga akan memperoleh kebajikan yang sama. Karena itu kamu
harus memberikan dana dan penghormatan kepada kami
juga.”
Tetapi penduduk di desa itu tetap tidak memperhatikan
mereka. Akhirnya para pertapa dengan diam-diam berkumpul bersama
dan berunding : “Dengan cara bagaimana kita dapat
mencela Bhikkhu Gotama di depan orang banyak,
sehingga orang-orang akan berhenti memberikan dana
dan penghormatan kepadaNya?”
Pada waktu itu di Savatthi, tinggallah seorang
pertapa wanita bernama Cinca Manavika. Ia mempunyai kecantikan
dan keelokan yang luar biasa. Dari tubuhnya memancar sinar
terang seperti seorang dewi. Seorang penasihat
pertapa yang kasar mengusulkan, dengan bantuan Cinca
mereka akan dapat mencela Sang Buddha Gotama. Para
pertapa yang lain menyetujui usulannya. Mereka lalu memanggil
Cinca Manavika.
Cinca Manavika mendatangi para pertapa, lalu
memberi hormat dan berdiri menanti, tetapi para pertapa itu
diam saja. Ia lalu bertanya : “Ada masalah apakah Anda
ingin bertemu dengan saya?”
Pertanyaan ini diulangnya tiga kali, tetapi para
pertapa itu diam saja. Kemudian ia berkata lagi : “Tuan
yang mulia, saya datang menghadap untuk memperoleh jawaban.
Ada masalah apakah Anda ingin bertemu dengan saya? Mengapa
Anda tidak mau menjawab pertanyaanku?”
“Saudari,” jawab salah seorang pertapa, “Tahukah
kamu, kalau Bhikkhu Gotama sangat merugikan kami,
sehingga penghasilan dan penghormatan orang-orang kepada kami
menjadi hilang?”
“Tidak yang mulia, saya tidak mengenalnya, tetapi adakah yang dapat saya bantu dalam hal ini?”
“Saudari, kalau kamu mengharapkan kami hidup
sejahtera, gunakanlah segala kemampuanmu, susunlah rencana
untuk mencela Bhikkhu Gotama, sehingga orang-orang tidak
memberikan dana dan penghormatan lagi kepadaNya.”
Cinca Manavika menjawab : “Baiklah yang mulia,
saya akan melakukannya, jangan khawatir.” Setelah
berkata demikian, ia pergi dari pertapaan itu.
Sejak saat itu, Cinca meningkatkan keahliannya
dalam bidang kewanitaan untuk mencapai maksudnya. Ia lalu menyusun
rencana, apabila penduduk Savatthi kembali dari Vihara
Jetavana setelah mendengarkan Dhamma yang diajarkan
oleh Sang Buddha, ia dengan sengaja mengenakan mantel
panjang yang berwarna merah menyala, menyemprotkan
minyak wangi dan mengenakan untaian bunga di
tangannya, dan berjalan menuju ke arah Vihara Jetavana. Orang-orang
bertanya : “Mau kemana kamu pada malam hari begini?”
“Saya mau pergi kemana saja, apa urusannya denganmu?”
Ia lalu menghabiskan malam itu di dekat Vihara
Jetavana, di tempat para pertapa. Keesokan harinya ketika para
penduduk keluar dari rumah menuju ke vihara untuk menyampaikan
hormatnya kepada Sang Buddha, ia berjalan balik
pulang masuk ke kota, seperti ia baru saja kembali
dari Vihara Jetavana. Orang-orang bertanya : “Tidur
di mana kamu semalam?”
“Apa urusannya dengan kamu, di mana saya tidur semalam?” jawabnya.
Setelah satu setengah bulan berlalu, apabila orang
bertanya dengan pertanyaan seperti di atas, ia selalu
menjawab :
“Oh, saya menghabiskan malam ini di Vihara Jetavana sendirian bersama Bhikkhu Gotama di Ruang Dhammasala.”
“Oh, saya menghabiskan malam ini di Vihara Jetavana sendirian bersama Bhikkhu Gotama di Ruang Dhammasala.”
Karena jawabannya itulah membuat orang-orang
mempunyai perasaan curiga dan khawatir, tetapi mereka tidak
percaya akan apa yang dikatakan Cinca. Mereka bertanya-tanya
: “Ini benar atau salah…?”
Ketika tiga minggu sampai empat bulan berlalu,
Cinca lalu membalut perutnya dengan kain, sehingga terlihat
ia sedang hamil muda. Ia lalu pergi dan berkata kepada para
penduduk : “Saya mengandung bayi dari Bhikkhu Gotama.”
Jadi ia menipu dengan melakukan perbuatan yang
sangat bodoh. Ketika delapan sampai sembilan bulan berlalu,
ia mengikat dengan kuat sepotong kayu di perutnya, dan
menutupinya dengan jubah panjang. Ia lalu membuat
seluruh tubuhnya membengkak, dengan cara memukuli
tangan, kaki dan punggungnya dengan sepotong tulang
kerbau. Ia merasa tubuhnya seperti orang yang sedang
hamil tua.
Pada malam itu ia mendatangi Ruang Dhammasala dan
berdiri di hadapan Sang Buddha. Saat itu Sang Buddha
sedang duduk di tempat duduknya yang indah, di tengah
Ruang Dhammasala dan sedang membabarkan Dhamma. Dengan berdiri
di hadapan Sang Buddha, Cinca Manavika membuka mulutnya,
mencerca dengan berkata: “Hai Bhikkhu Yang Perkasa,
kekuatanMu adalah mengumpulkan orang ketika sedang
mengajarkan AjaranMu; dengan suaraMu yang halus dan
lembut keluar dari bibirMu. Sayang sekali ternyata
Kamu adalah orang yang menjadikan saya hamil dan saya
akan melahirkan tidak lama lagi. Tetapi, Kamu juga tidak berusaha
untuk menyediakan tempat berbaring di ruangan ini untukku,
ataupun menawarkan kepadaku susu, minyak ataupun
keperluan lainnya yang aku butuhkan. Batalkan semua
tugas yang harus Kamu kerjakan, tidakkah Kamu katakan
ke orang-orang yang menjadi pengikutMu, seperti Raja
Kosala, Anathapindika dan Visakha pendukungMu yang
terkenal itu. Katakanlah : ‘Berikanlah apa yang perempuan muda
ini butuhkan.’ Kamu mengetahui dengan baik bagaimana membuat
kesenangan, tetapi Kamu tidak mengetahui bagaimana
memelihara anak yang menjadi keturunanMu ini.”
Cinca mencerca Sang Tathagata di tengah-tengah
orang banyak, seperti seorang perempuan yang membawa
kotoran di tangannya dan ingin mengotori permukaan bulan.
Sang Buddha yang diganggu oleh Cinca saat Beliau membabarkan Dhamma hanya berkata :
“Saudari, apa yang kamu katakan itu benar atau salah, hanya Tathagata 1) dan kamu yang tahu.”
“Saudari, apa yang kamu katakan itu benar atau salah, hanya Tathagata 1) dan kamu yang tahu.”
“Ya, Bhikkhu Yang Perkasa, siapakah yang dapat
memutuskan apakah hal ini benar atau salah kalau hanya
saya dan Kamu yang tahu?” jawab Cinca.
Pada saat itu juga tempat duduk Dewa Sakka 2)
terasa panas. Dewa Sakka mencari sebabnya mengapa tempat
duduknya menjadi panas, Beliau segera menyadari bahwa : “Cinca
Manavika berbohong dengan menuduh Sang Tathagata.”
Dewa Sakka lalu berkata sendiri : “Saya akan membuat masalah ini menjadi terang dan jelas.”
Dewa Sakka beserta keempat dewa lainnya pergi ke
Ruang Dhammasala itu. Para Dewa itu lalu mengubah
dirinya menjadi tikus-tikus kecil. Dengan satu gigitan dari
tikus-tikus kecil itu, tali yang mengikat kayu di perut perempuan
itu putus. Pada waktu itu juga angin bertiup dengan
kencangnya sehingga jubah panjang itu terlepas dari
tubuh Cinca, dan sepotong kayu segera jatuh dari
perutnya. Kayu itu menimpa kaki dan memutuskan
jari-jari kakinya. Orang-orang berteriak :
“Perempuan jahat ini telah mencerca Yang Maha Sempurna, usir dia dari sini.”
“Perempuan jahat ini telah mencerca Yang Maha Sempurna, usir dia dari sini.”
Dengan segera mereka lalu mencengkeram kepalanya,
dengan segumpal tanah dan tongkat di tangan mereka mengusir
Cinca, lalu melemparkan Cinca keluar dari Vihara Jetavana.
Ketika ia tidak terlihat lagi oleh Sang Tathagata,
bumi di hadapannya merekah terbelah dua dan membenamkannya sampai
di kedua lututnya, dan api Neraka Avici 3) segera
menyambarnya. Tubuh Cinca lalu ditelan kobaran api,
dan seperti diselimuti oleh selimut yang indah,
dengan segera ia terlahir kembali di Neraka Avici.
Sejak saat itu orang-orang tidak menghormati para
pertapa itu lagi, sebaliknya pengikut Sang Buddha bertambah
banyak.
Keesokan harinya, para bhikkhu berdiskusi di Ruang Dhammasala :
“Bhante, Cinca Manavika karena kesalahannya menuduh Yang Maha Suci, Yang Maha Sempurna, ia menjadi hancur.”
“Bhante, Cinca Manavika karena kesalahannya menuduh Yang Maha Suci, Yang Maha Sempurna, ia menjadi hancur.”
Sang Guru Agung mendekati mereka dan bertanya :
“O, Para Bhikkhu, apa yang kalian bicarakan?”
“O, Para Bhikkhu, apa yang kalian bicarakan?”
Ketika mereka menjelaskan apa yang mereka perbincangkan, Sang Buddha lalu menjelaskan :
“O, Para Bhikkhu, ini bukanlah yang pertama kali ia melakukan kesalahan dengan melakukan tuduhan bohong kepadaKu dan menjadi hancur. Ia telah melakukan hal yang sama pada kelahirannya yang terdahulu.”
“O, Para Bhikkhu, ini bukanlah yang pertama kali ia melakukan kesalahan dengan melakukan tuduhan bohong kepadaKu dan menjadi hancur. Ia telah melakukan hal yang sama pada kelahirannya yang terdahulu.”
Setelah berkata demikian, Sang Guru lalu bersabda :
Kalau seorang raja melihat dengan jelas kesalahan pada suatu bagian
Sesudah ia sendiri menyelidiki semua fakta dengan teliti
Baik kecil maupun besar, ia tidak harus memberikan hukuman
Setelah berkata demikian, Beliau menjelaskan hal
ini secara terperinci di dalam Maha Paduma Jataka (No. 472),
di Nipata Dua Belas.
Keterangan :
- Tathagata : Yang Maha Sempurna; Sebutan untuk Sang Buddha yang digunakan oleh Beliau apabila berbicara untuk diriNya.
- Dewa Sakka : Raja para dewa
- Neraka Avici : Salah satu dari neraka yang menakutkan
0 comments:
Post a Comment