Duggahaditthi bhujagena sudattha hattham
Brahmam visudhi jutimiddhi bakabhidhanam
Nanagadena vidhina jitava munindo
Tan tejasa bhavatu te jayamangalani
Bagaikan ular yang melilit pada lengan,
Demikian pandangan salah dimiliki oleh Baka, Dewa Brahma yang memiliki sinar dan kekuatan
Raja Para Bijaksana menaklukkannya dengan obat pengetahuan
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna
Ketika Sang Buddha sedang bersemayam di Vihara
Jetavana, Beliau mengetahui bahwa Dewa Brahma Baka,
mempunyai pandangan yang salah. Ia berpendapat bahwa Brahma-loka
(=Alam Brahma) adalah kekal, tetap untuk selama-lamanya,
abadi, tidak berubah; selain di alam Brahma tidak ada
penyelamatan atau pembebasan secara menyeluruh.
Di dalam kelahirannya yang terdahulu, Dewa Brahma
Baka yang berlatih meditasi, terlahir kembali di
Surga Vehapphala. Beliau berada di sana selama lima ratus kalpa
2), lalu terlahir kembali di Surga Subhakinna. Sesudah berada
di sana selama enam puluh empat kalpa, ia terlahir
kembali di Surga Abhassara, di sana ia berada selama
delapan kalpa. Di Surga Abhassara inilah ia mempunyai
pandangan salah. Ia lupa bahwa ia pindah dari Alam
Brahma yang tertinggi dan terlahir di Alam Surga yang
lebih rendah yaitu Surga Abhassara.
Sang Buddha mengetahui pandangan yang salah ini.
Beliau lalu menghilang dari Vihara Jetavana dan muncul
di Alam Brahma. Vasavatti Mara mengetahui maksud Sang Guru Agung
ini; dan ia berniat untuk menghalangi, ia lalu pergi ke
Alam Brahma yang sama.
Ketika Sang Buddha mulai berbicara dengan Dewa
Brahma Baka, Mara menyela pembicaraan dengan mengatakan
bahwa Dewa Brahma Baka amat bijaksana dan mempunyai kekuatan
terhadap Dewa Brahma lainnya. Bahwa ialah yang menciptakan
dunia ini, menciptakan Gunung Maha Meru (nama gunung
tertinggi di dunia ini), dan menciptakan dunia-dunia
lain; ia pula yang menentukan kasta atau tingkatan
suatu mahluk; ia pula yang menciptakan bermacam-macam
binatang.
Mara berkata kepada Sang Buddha :
“Tidak ada seorang pertapapun sebelum Kamu yang berpikir bahwa dunia ini tidak abadi. Dan sesudah mempelajari bahwa segala sesuatu itu tidak abadi, mereka langsung masuk ke neraka. Ada beberapa Dewa Brahma yang menyangkal hal ini, mereka menyatakan bahwa segala sesuatu adalah abadi, maka mereka terlahir kembali di Alam Brahma. Karena itu, lebih baik Kamu mengajarkan hal yang sama, seperti yang para Dewa Brahma lakukan. Saya memberiMu nasehat ini, kalau Kamu mengajarkan doktrin yang sama, maka Kamu akan memperoleh hadiah yang sama pula; tetapi kalau Kamu menyangkalnya maka Kamu akan hancur.”
“Tidak ada seorang pertapapun sebelum Kamu yang berpikir bahwa dunia ini tidak abadi. Dan sesudah mempelajari bahwa segala sesuatu itu tidak abadi, mereka langsung masuk ke neraka. Ada beberapa Dewa Brahma yang menyangkal hal ini, mereka menyatakan bahwa segala sesuatu adalah abadi, maka mereka terlahir kembali di Alam Brahma. Karena itu, lebih baik Kamu mengajarkan hal yang sama, seperti yang para Dewa Brahma lakukan. Saya memberiMu nasehat ini, kalau Kamu mengajarkan doktrin yang sama, maka Kamu akan memperoleh hadiah yang sama pula; tetapi kalau Kamu menyangkalnya maka Kamu akan hancur.”
Tetapi Sang Buddha menjawab :
“Saya tahu siapa kamu ini. Kamu adalah Mara si Penggoda, janganlah kamu berpikir kamu dapat mengelabuiKu.”
“Saya tahu siapa kamu ini. Kamu adalah Mara si Penggoda, janganlah kamu berpikir kamu dapat mengelabuiKu.”
Kemudian Dewa Brahma Baka berkata bahwa Alam
Brahma selalu ada, di mana tidak ada kehancuran ataupun kematian.
Tidak ada perpindahan dari satu alam ke alam lain; segala
sesuatunya selalu kekal, tetap, abadi, mutlak dan
tidak berubah; selain di Alam Brahma tidak ada
keselamatan. Dan banyak Para Buddha sebelum Buddha
Gotama, kemanakah mereka lenyap? Tidak ada seorangpun
yang dapat mengatakan mereka pergi kemana; dan akan lebih baik
apabila Buddha Gotama merasa malu dengan doktrinNya, dan
lebih baik menerima doktrin yang sama dengan para
Dewa Brahma.
Tetapi Sang Buddha Gotama memperlihatkan kemampuanNya
yang luar biasa kepada Dewa Brahma Baka, dengan menjelaskan
tentang enam kelahiran Dewa Brahma Baka yang terdahulu,
dimana Beliau sendiri menghilang tanpa diketahui
berada di mana.
Sang Buddha lalu menjelaskan :
Dalam salah satu kelahirannya, Dewa Brahma Baka adalah seorang pertapa yang bertempat tinggal di tepi sungai. Pada waktu itu, ada lima ratus orang pedagang datang dengan membawa keretanya ke tempat yang sama pula, mereka amat sopan dan ramah. Tidak lama kemudian, sapi jantan pertama yang menarik kereta, pulang kembali ke rumah dan diikuti sapi-sapi jantan lainnya. Keesokan paginya, para pedagang itu tidak mempunyai minyak, makanan ataupun air minum, mereka amat kelaparan dan kehausan. Mereka amat lemas, hanya berbaring saja dengan berpikir mereka akan mati di sana. Tetapi pertapa yang melihat mereka dalam kesulitan membawakan air minum, sehingga para pedagang itu selamat dari kematian.
Pada lain waktu, beberapa pencuri mencuri di suatu
desa, mereka mengambil barang yang mereka sukai. Si
Pertapa yang mengetahui perbuatan para pencuri itu, lalu
menciptakan suara-suara dari barang-barang yang mereka curi
itu, dalam lima tangga nada yang cukup keras, sehingga para
pencuri itu terkejut dan membuang barang-barang yang
mereka curi. Dengan ketakutan mereka melarikan diri,
karena mengira raja datang.
Pada kesempatan lain, penduduk dari dua desa yang
bersisian di tepi sebuah sungai setuju pergi bersama-sama
naik sebuah kapal untuk berdagang. Kepergian mereka diketahui
oleh Naga jahat yang berniat ingin menghancurkan mereka,
tetapi pertapa yang mengetahui niat jahat Naga itu
lalu menampakkan dirinya sebagai garuda raksasa.
Garuda itu menakut-nakuti dan menyerang Naga jahat
itu, sehingga Naga tersebut terbang ketakutan tanpa
menyentuh para pedagang. Mereka selamat dari mara bahaya.
Karena tindakan-tindakannya yang penuh dengan
cinta kasih kepada mahluk lain inilah, yang menyebabkan pertapa
itu terlahir kembali di Alam Brahma.
Sang Buddha Gotama menunjukkan kemampuanNya yang
luar biasa sebagai seorang Buddha dalam membabarkan
Dhamma, menjelaskan tentang Empat Kesunyataan Mulia. Sehingga
pada akhirnya pikiran dari seribu dewa di Alam Brahma terbebas
dari kemelekatan dan pandangan keliru.
Dewa Brahma Baka mengakui bahwa apa yang Sang
Buddha Gotama katakan adalah benar, dan mengakui pengetahuan
Sang Guru Agung yang luar biasa, sehingga ia menyatakan diri
berlindung kepada Sang Tri Ratna, demikian pula para
Dewa Brahma lainnya. Sang Buddha lalu pulang kembali
dari Alam Brahma ke Vihara Jetavana.
Sumber: samaggi-phala.or.id
0 comments:
Post a Comment