Tanpa disadari, pada dasarnya setiap elemen-elemen kehidupan begitu luar biasa dan baik terhadap kita. Sebagai makhluk sosial, setiap insan selalu membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup. Percaya atau tidak, ketika kita analisis dan melihat secara mendalam, apapun kita peroleh hari ini, apapun hal-hal yang menjadikan kita lebih mudah menjalani hidup kita sehari-hari adalah berkat kasih sayang dan kebaikan hati orang-orang lain yang jumlahnya sangat banyak. Kita selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup ini. Sebagai contoh, mulai dari nasi yang kita makan setiap hari adalah berkat kebaikan hati dari para petani, penjual makanan, orang yang masak makanan, dan masih banyak lagi elemen-elemen kehidupan yang terkait di setiap butiran-butiran nasi yang kita makan. Dan setiap kali ketika kita makan, dan merenungkan hal ini, maka kita menjadi lebih menghargai setiap makanan yang kita makan. Makhluk-makhluk yang terlibat dalam pembuatan makanan ini begitu banyak dan memiliki sifat “Loving Kindness” kepada diri kita, sehingga kita dapat terbebas dari rasa lapar. Ketika mengenakan pakaian, pada dasarnya kita telah diberikan kasih sayang oleh banyak pihak. Pakaian yang dapat membuat kita hangat di tengah kedinginan malam, pakaian yang melindungi kita dari angin, dan lain sebagainya. Begitu banyak proses yang harus dilalui dalam pembuatan pakaian. Mulai dari kapas, benang, kain, desain pakaian, penyaluran pakaian-pakaian ke toko, lalu kita berurusan dengan penjual, dan masih banyak lagi orang-orang yang terlibat hingga kita dapat mengenakan pakaian yang membuat tubuh kita terbebas dari kedinginan. Pada dasarnya setiap orang memiliki sifat “Loving Kindness” didalam diri mereka. Tapi, terkadang kita selalu memandang sisi negatif orang lain. Sehingga dari hari demi hari, kita bukannya menjalani kehidupan ini dengan lebih baik, tapi malah menambah semakin banyak penderitaan di dalam batin kita. Jangankan orang lain yang tidak kita kenal terlalu dekat, malah orang-orang sering berpikir yang negatif terhadap keluarganya sendiri, baik itu suami/istri, anak-anak, atau kakak-adik, saudara-saudara dekat, ataupun teman-temannya.
Kita mulai menciptakan segudang penderitaan di dalam batin kita. Hari demi hari kita jalani dengan kemuraman, tanpa sedikitpun keceriaan di wajah kita. Dan kita mulai letih dalam menjalani kehidupan. Kita memendam begitu banyak sakit hati di dalam diri kita, dan menjadikan tubuh kita menyimpan begitu banyak beban-beban yang pada akhirnya membuat kita semakin terjerumus dalam penderitaan yang amat sangat. Pada awalnya kita berusaha untuk saling menjelaskan terhadap apa yang terjadi, apa yang kita rasakan, tapi pada akhirnya kita menjadi saling menyalahkan. Karena kita membela “keegoan” yang ada di dalam diri kita. Kita menjadi lupa akan kebaikan-kebaikan orang lain terhadap kita. Kita menjadi lupa akan kasih sayang yang selama ini dicurahkan oleh pasangan kita, orangtua kita, sahabat-sahabat kita, dan lainnya. Kadang kita menjadi enggan untuk berbicara, enggan untuk memandang di antara sesama. Hati kita menjadi semakin jauh, dan semakin jauh. Padahal kita sangatlah dekat. Kita telah membangun suatu tembok raksasa yang tinggi dan kokoh di dalam batin sehingga kita enggan untuk kembali “dekat”, bersenda gurau, dan menikmati minum teh hangat bersama. Apakah dengan seperti ini kehidupan kita menjadi lebih baik?. Tentu saja tidak. Meskipun kita saling memaafkan, namun kita masih menyimpan sisa-sisa sakit hati di dalam diri kita. Coba kita renungkan, apakah kita ingin menjalani hidup kita dengan kondisi seperti ini?. Banyak orang yang seperti “truk sampah”. Mereka berjalan keliling membawa “sampah”, seperti frustasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin banyaknya jumlah sampah yang harus dibawa, maka mereka semakin membutuhkan tempat untuk membuang “sampah-sampahnya”, dan terkadang atau seringkali mereka membuangnya kepada kita. Janganlah dimasukkan ke hati, ketika kita sakit hati, berarti kita menampung, dan menyimpan sampah yang telah membusuk itu. Praktekkanlah “Loving Kindness” terhadapi diri kita sendiri dengan tidak menyimpan “sampah-sampah”. Cukup tersenyum dengan mereka. Janganlah kita ambil “sampah” mereka dan membuangnya kepada orang lain yang kita temui, orang-orang sekelilingi kita, keluarga kita, pasangan hidup kita. Kembangkanlah “loving kindness” yang ada di dalam diri kita. Setiap orang memiliki sifat “Loving Kindness”, dan kita juga memilikinya. Kita telah banyak menerima loving kindness dari berbagai pihak dari sejak kita ada di dunia ini. Loving kindness dari ayah dan ibu sehingga kita saat ini bisa berada di sini. Dan sekarang saatnya kita mempraktekkan “loving kindness” kepada orang-orang sekitar kita, orang-orang yang memiliki banyak “sampah” di dalam dirinya, orang-orang yang membuang sampahnya ke kita.
Hidup ini terlalu singkat untuk bangun dipagi hari dengan penyesalan, maka kasihilah orang yang memperlakukan kita dengan baik, dan kasihi jugalah orang-orang yang memperlakukan kita sebaliknya.
0 comments:
Post a Comment