Kita mulai menciptakan segudang penderitaan di dalam batin kita. Hari demi hari kita jalani dengan kemuraman, tanpa sedikitpun keceriaan di wajah kita. Dan kita mulai letih dalam menjalani kehidupan. Kita memendam begitu banyak sakit hati di dalam diri kita, dan menjadikan tubuh kita menyimpan begitu banyak beban-beban yang pada akhirnya membuat kita semakin terjerumus dalam penderitaan yang amat sangat. Pada awalnya kita berusaha untuk saling menjelaskan terhadap apa yang terjadi, apa yang kita rasakan, tapi pada akhirnya kita menjadi saling menyalahkan. Karena kita membela “keegoan” yang ada di dalam diri kita. Kita menjadi lupa akan kebaikan-kebaikan orang lain terhadap kita. Kita menjadi lupa akan kasih sayang yang selama ini dicurahkan oleh pasangan kita, orangtua kita, sahabat-sahabat kita, dan lainnya. Kadang kita menjadi enggan untuk berbicara, enggan untuk memandang di antara sesama. Hati kita menjadi semakin jauh, dan semakin jauh. Padahal kita sangatlah dekat. Kita telah membangun suatu tembok raksasa yang tinggi dan kokoh di dalam batin sehingga kita enggan untuk kembali “dekat”, bersenda gurau, dan menikmati minum teh hangat bersama. Apakah dengan seperti ini kehidupan kita menjadi lebih baik?. Tentu saja tidak. Meskipun kita saling memaafkan, namun kita masih menyimpan sisa-sisa sakit hati di dalam diri kita. Coba kita renungkan, apakah kita ingin menjalani hidup kita dengan kondisi seperti ini?. Banyak orang yang seperti “truk sampah”. Mereka berjalan keliling membawa “sampah”, seperti frustasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin banyaknya jumlah sampah yang harus dibawa, maka mereka semakin membutuhkan tempat untuk membuang “sampah-sampahnya”, dan terkadang atau seringkali mereka membuangnya kepada kita. Janganlah dimasukkan ke hati, ketika kita sakit hati, berarti kita menampung, dan menyimpan sampah yang telah membusuk itu. Praktekkanlah “Loving Kindness” terhadapi diri kita sendiri dengan tidak menyimpan “sampah-sampah”. Cukup tersenyum dengan mereka. Janganlah kita ambil “sampah” mereka dan membuangnya kepada orang lain yang kita temui, orang-orang sekelilingi kita, keluarga kita, pasangan hidup kita. Kembangkanlah “loving kindness” yang ada di dalam diri kita. Setiap orang memiliki sifat “Loving Kindness”, dan kita juga memilikinya. Kita telah banyak menerima loving kindness dari berbagai pihak dari sejak kita ada di dunia ini. Loving kindness dari ayah dan ibu sehingga kita saat ini bisa berada di sini. Dan sekarang saatnya kita mempraktekkan “loving kindness” kepada orang-orang sekitar kita, orang-orang yang memiliki banyak “sampah” di dalam dirinya, orang-orang yang membuang sampahnya ke kita.
Hidup ini terlalu singkat untuk bangun dipagi hari dengan penyesalan, maka kasihilah orang yang memperlakukan kita dengan baik, dan kasihi jugalah orang-orang yang memperlakukan kita sebaliknya.
0 comments:
Post a Comment