Bodhidharma adalah seorang pangean dari India Selatan yang datang ke Tiongkok tahun 520 M pada masa Dynasti Liang (502-557 M), kaisarnya bernama Liang Wu Ti. Kedatangan Bodhidharma ke Tiongkok sangat mempengaruhi budaya Tiongkok di kemudian hari. Yang paling penting dari Bodhidharma ialah meletakkan dasar pembentukan Agama Buddha Ch’an di Tiongkok dengan tradisi India. Di India di kenal dengan sekte Dhyana, Ch’an di Tiongkok dan Zen di Jepang.
Menurut sejarah Sekte Ch’an dan silsilahnya , Bodhidharama adalah patriarch ke-28 dari urutan Buddha sakyamuni, dan merupakan patriarch ke-1 dalam Sekte Ch’an sampai dengan Hui-Neng sebagai patriarch ke-6.
Dijelaskan pada suatu ketika waktu Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma kepada murid-muridNya yaitu para bhiksu dan mahkluk agung lainnya, kemudian datanglah seorang Brahmin ke hadapan Hyang Buddha dengan memberikan sekuntum Bunga Kumbhala . Pada saat pemberian Bunga Kumbhala itu, Hyang Buddha tidak berkata sepatah katapun, hanya tersenyum dalam meditasi dengan memancarkan sinar dari dalam tubuhNya. Hanya Maha Kasyapa yang mengerti akan ajaran tersebut dan dia turut tersenyum, sedangkan yang lain tidak mengerti. Maka Hyang Buddha berkata kepada Maha Kasyapa: “Pelajaran tersebut kuwariskan kepadamu, karena hanya engkau yang mengerti”. Pelajaran tersebut diberikan dari hati ke hati. Demikianlah terus diwariskan doktrin tersebut dari satu patriarch ke patriarch selanjutnya sampai ke Bodhidharma.
Syair Bodhidharma sesuai dengan pengajarannya berbunyi sebagai berikut
Pengajaran secara langsung di luar Kitab Suci, Tiada tergantung pada kata harfiah atau tulisan, Langsung ditujukan pada jiwa manusia , Melihat ke dalam alam miliknya sendiri untuk pencapaian ke-Buddha-an.
Bodhidharma tiba di Tiongkok pertama kali sampai di Nan King, dan tinggal di Shau Lim Fu selama 9 tahun. Sejarah kehidupan Bodhidharma mencatat, bahwa tokoh Zen pertama di China ini pernah melakukan penyepian diri (pi kuan) dengan mempraktikkan meditasi “wall-gazing.” Bodhidharma menjadi terkenal sebagai “the wall-gazing Brahman.” Seorang bhiksu yang melakukan meditasi selama 9 tahun menghadap tembok di dalam sebuah gua di Sung-Shan. Di depan gua ini pula Hui’Ko yang hendak menjadi muridnya sempat memotong lengannya Hui’Ko dalam rangka menemukan kebenaran memotong lengannya seketika Bodhidharma memberi koan dengan mengatakan bagaimana menjadikan salju berwarna merah. Semenjak itulah, berkembang tradisi pencerahan seketika atau pencerahan spontanitas sampai berlanjut kepada sesepuh Chan ke enam di China, Hui Neng.
Lebih jauh, selain tradisi pencerahan spontan itu, penyepian, tapa atau pi kuan Bodhidharma itu dikabarkan pula menghasilkan suatu tradisi lain yang menyangkut seni membela diri. Sang tokoh pendiri Chan Buddhism di China yang merantau dari India ini, akhirnya dikenal pula sebagai pencipta dua tahapan sebelumnya di dalam peoses pembelajaran Dharma, pariyati (studi) dan patipatti (praktik).
Beliau juga mengembara kemana-mana untuk menyiarkan dan mengajarkan Buddhadharma. Beliau wafat tahun 532. Setelah beliau meninggal, sekitar tahun 535 peziarah Sung Yunyang kembali dari India, bertemu dengan beliau di Pegunungan Onion, sekarang perbatasan antara Tiongkok dan Turki. Bodhidharma atau Ta Mo Chu Se berjalan tanpa sepatu, beliau hanya membawa sebelah sandal di tangannya, dan berjalan terus ke barat, untuk kembali ke Sukhavati tempat Buddha Amitabha.
Sumber:
T, Suwarto. 1995. Buddha Dharma Mahayana. Palembang: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia
T, Suwarto. 1995. Buddha Dharma Mahayana. Palembang: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia
0 comments:
Post a Comment