Nasehat Buddha adalah :
Berbuat Kebajikan, Jauhi Kejahatan, dan Sucikan Pikiran.
Dalam istilah praktis sehari-hari, ini berarti pelaksanaan Dana, Sila dan Bhavana.
Secara sederhana, ia bermakna ‘memberi’ atau berderma atau membantu yang lainnya. Ini dapat diamalkan dengan beragam cara. Anda dapat melakukannya melalui ucapan dengan menggunakan kata-kata yang baik dan yang memberi semangat kepada orang lain. Bahkan memberikan sesuatu semudah sebuah senyuman dapat membantu yang lain jika hal itu memberikan hiburan dan mencerahkan hari-hari mereka.
Anda dapat senantiasa memberi tangan kepada siapapun yang membutuhkan bantuan. Anda dapat menyumbangkan tenaga atau kepunyaan anda kepada mereka yang kurang beruntung. Anda dapat juga berbagi ajaran Buddha kepada siapapun yang tertarik kepadanya. Itu adalah pemberian tertinggi dari semuanya.
Akan tetapi, usahakan untuk melakukan semuanya ini dengan tanpa penyesalan, diskriminasi atau dengan maksud tersembunyi. Amalkan Dana dengan kebaikan, belas kasih dan empati.Ia bermakna ‘Moralitas’ dan Buddha menasehati kita untuk mengamalkan Lima Unsur dalam pelaksanaan Sila :
1. Menghindari pembunuhan makhluk hidup manapun.
2. Menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan.
3. Menghindari tindakan perzinahan.
4. Menghindari bohong dan ucapan salah.
5. Menghindari konsumsi minuman memabukkan/obat terlarang.
Sila-sila ini bukanlah perintah tetapi peraturan yang diamalkan oleh umat Buddha sebagai bagian dari pelatihan diri. Sila-sila diamalkan bukan karena rasa takut akan hukuman tetapi karena kita menyadari bahwa tindakan tersebut merugikan yang lainnya beserta diri kita sendiri.
Misalnya, sebagaimana diri kita sendiri tidak ingin dibunuh atau dilukai, kita menyadari bahwa semua makhluk yang lain juga tidak ingin dibunuh atau dilukai. Sama halnya dengan diri kita yang tidak ingin menjadi korban dari pencurian, perzinahan, bohong dan fitnah, kita harus menghindari diri dari tindakan tersebut terhadap orang lain.
Buddha juga dengan tegas menganjurkan untuk menghindari sesuatu yang memabukkan dan obat-obat terlarang. Sebab apabila anda berada di bawah pengaruh alkohol dan obat-obat terlarang, anda mampu melakukan tindakan yang mungkin tidak akan anda lakukan sebelumnya.
Apabila anda melanggar Sila, cara Buddhis adalah dengan sepenuhnya menyadari bahwa anda telah melakukannya, berusaha sebaik mungkin untuk mengoreksi diri, dan kemudian berketetapan hati untuk berusaha lebih keras lagi kedepannya.
Moralitas adalah fondasi penyanggah bagi segala hal. Oleh sebab itu cukup baik untuk menghafal lima Sila supaya anda dapat memperhatikannya setiap saat.
Dan ketika pengamalan lima Sila telah dengan sendirinya menjadi bagian dari sikap anda, pengembangan aspek-aspek positifnya akan menjadi mudah dan alami, yakni :
Apa makna dari Bhavana?1. Pengamalan Cinta-kasih dan Belas kasih.2. Pengamalan Kebaikan dan Kemurahan hati.
3. Pengamalan Kesetiaan dan Tanggung-jawab.
4. Pengamalan Kejujuran dan Ucapan yang menyenangkan.
5. Pengamalan Pengendalian diri dan Kewaspadaan.
Bhavana adalah pelatihan dari ‘Pengembangan Pikiran’ atau sederhananya, meditasi. Meditasi dapat dikatakan untuk menyucikan pikiran dengan memudahkannya dalam mengembangkan Kemurahan hati dan Belas kasih, dan pada akhirnya menumbuhkan kebijaksanaan.
Meditasi Buddhis biasanya dikelompokkan menjadi dua bagian – Vipassana atau meditasi Pandangan terang, dan Samatha atau meditasi Konsentrasi. Terdapat beragam jenis meditasi Samatha, dan Metta atau meditasi Cinta-Kasih adalah salah satu jenis meditasi yang banyak dipraktekkan. Semua jenis meditasi memiliki manfaat-manfaatnya.
Akan tetapi, pada umumnya dikenal bahwa melalui praktek Vipassana atau meditasi Pandangan terang kita dapat mengenali diri kita yang sebenarnya. Dan melalui hal ini kita mampu menyadari dengan lebih baik dan memahami ajaran Buddha dan melihat segala sesuatu seperti apa adanya.
Meditasi dapat dikatakan sebagai latihan Buddhis yang paling tinggi sebagaimana Buddha sendiri mencapai Pencerahan melalui meditasi.
Anda tidak membutuhkan meditasi sesi panjang untuk memulainya. Bahkan sesi pendek 10 sampai 20 menit setiap hari atau setiap hari yang lainnya dapat menakjubkan.Apakah kita perlu memuja Buddha, secara rutin ke Vihara, atau melakukan persembahan atau pengorbanan?
Umat Buddha tidak memuja Buddha. Kita menganggap Beliau sebagai Guru kita dan demikianlah kita menghormati Beliau. Umat Buddha memberi penghormatan (menunduk) pada patung Buddha hanya semata-mata suatu cara dari kita dalam menunjukkan rasa hormat. Hal ini mirip dengan memberikan penghormatan pada bendera Negara, atau berdiri pada saat lagu kebangsaan diputar.
Juga tidak ada peraturan ketat yang mewajibkan kunjungan rutin ke Vihara. Akan tetapi, banyak umat Buddha yang melakukannya untuk berjumpa dengan sesama rekan umat Buddha atau belajar lebih banyak lagi ajaran Buddha. Juga tidak ada ketentuan apapun untuk melakukan persembahan dan umat Buddha sudah pasti tidak melakukan pengorbanan dalam bentuk apapun!
Buddha berkata bahwa cara terbaik untuk menghormati dirinya adalah dengan melaksanakan apa yang telah diajarkannya. Ini berarti latihan yang penuh perhatian dan yang konsisten, daripada kunjungan rutin ke Vihara setiap minggunya, namun kebanyakan waktu dipenuhi dengan sikap yang jahat.Apa arti dari persembahan umat Buddha?
Secara tradisi, dupa, lilin, dan bunga adalah tiga jenis persembahan yang umum. Umat Buddha yang berpengetahuan akan mengetahui bahwa barang-barang tersebut bukanlah ‘persembahan’ yang sesungguhnya, tetapi suatu simbolis peringatan saja.
Misalnya, dupa mengingatkan kita akan ‘harumnya’ ajaran Buddha yang menyelimuti dunia. Lilin mengibaratkan ajaran Buddha yang menerangi jalan kita di kegelapan. Dan bunga mengingatkan kita bahwa hidup kita adalah tidak kekal, serupa yang bunga yang kita persembahkan.
Bunga ketika bermekaran sangat indah dan berbau sedap, tetapi akan luntur dan layu hanya dalam beberapa hari saja. Sama halnya dengan kita semua yang pada akhirnya akan menjadi tua dan mati. Oleh sebab itu, bunga mengingatkan kita bahwa kita harus sebanyak mungkin menggunakan waktu kita untuk melakukan kebajikan terhadap orang lain, dan untuk mempraktekkan ajaran Buddha.Jadi pada dasarnya kamma itu apa?
Kamma secara harafiah berarti ‘tindakan yang disertai kehendak’ dan ini merujuk kepada keyakinan umat Buddha akan hukum Sebab dan Akibat. Kita percaya bahwa setiap tindakan yang disengajai dapat memberi akibat baik dikehidupan saat ini maupun di kehidupan mendatang.
Hasil daripada kamma tidak seharusnya dipandang sebagai imbalan atau hukuman terhadap tindakan yang dilakukan, tetapi merupakan akibat dari sesuatu tindakan yang disengajai. Tindakan yang positif akan memberikan akibat yang positif, dan tindakan yang negative akan memberikan akibat yang negatif.
Dengan menggunakan akal pikiran yang sehat tentang hukum sebab dan akibat, ambillah contoh seseorang yang merokok, minum dan makan yang berlebihan, tanpa olahraga yang teratur. Sebagai akibat dari tindakannya, orang ini memiliki kemungkinan yang besar untuk menjadi lumpuh atau mengidap penyakit jantung dan pada saatnya mengalami banyak penderitaan. Di sisi lain, orang yang memperhatikan dietnya dan menjaga tubuhnya dengan baik biasanya dapat memiliki hidup yang sehat, bahkan di usia tuanya.
Oleh sebab itu, orang yang telah melakukan banyak kebajikan dan kemudian mengumpulkan banyak kamma positif akan menikmati hidup yang bahagia dan cenderung menuju alam manusia atau bahkan alam Surga di kelahiran yang berikutnya. Sebaliknya, orang yang telah melakukan banyak tindakan jahat dan mengumpulkan kamma negatif akan memiliki hidup yang dipenuhi dengan kesulitan, dan juga dilahirkan kembali di alam kehidupan yang rendah.
Kamma dapat juga dipandang sebagai bibit. Anda memiliki pilihan atas bibit yang ingin anda tumbuhkan. Oleh karenanya, tanamlah bibit yang baik sebanyak yang anda mampu!
Peran penting dari Kamma :Kamma adalah satu-satunya milik kita, dan yang kita bawa serta dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya.Setiap tindakan yang disengajai dari jasmani, ucapan dan pikiran ibarat bibit yang ditanam; yang dapat berbuah ketika kondisi-kondisi mendukung. Apa yang anda tanam, itu juga yang anda panen.
Bagaimana seharusnya apabila kita telah melakukan banyak kejahatan? Dapatkah kita meminta Buddha untuk mengampuni kita?
Buddha dianggap sebagai Guru kita dan bukan seseorang tempat kita berdoa dan meminta pengampunan. Umat Buddha tidak percaya dengan perantara luar manapun yang darinya kita harus meminta ampun, atau memujanya untuk suatu pembebasan.
Jika umat Buddha harus meminta ampun, maka hal itu seharusnya ditujukan kepada orang yang telah kita lukai, dan bukan kepada pihak ketiga atau perantara luar. Apabila kita tidak mendapatkan ampun dari orang yang kita lukai atau untuk mengoreksi diri, maka kita harus merelakan hal itu, belajar darinya dan mengampuni diri kita sendiri, tentu saja dengan catatan bahwa kita tulus melakukannya.
Buddha mengajari bahwa setiap dari kita bertanggung jawab terhadap tindakan kita sendiri, dan setiap dari kita mampu menentukan nasib kita sendiri. Kita sepantasnya mempertimbangkan dengan hati-hati sebelum melakukan kejahatan apapun, dan sebaliknya berusaha melakukan kebajikan setiap saat.
Jika anda tidak yakin apabila suatu perbuatan benar atau salah, anda dapat mengaplikasikan peraturan yang sederhana ini seperti yang telah diajarkan Buddha : apabila tindakan tersebut merugikan baik diri anda sendiri atau yang lainnya, atau kedua-duanya; maka hindari tindakan tersebut. Apabila tidak, anda dapat melanjuti tindakan yang baik itu!Abraham Lincoln :
“Ketika saya berbuat baik, saya merasa senang.
Ketika saya berbuat jahat, saya merasa susah.
itulah agama saya.”
Jadi apa yang dapat kita perbuat untuk mengatasi kamma negatif dari tindakan jahat yang telah kita lakukan?
Menurut hukum Sebab dan Akibat, kamma negatif tidak dapat dengan semudah itu dihapus dengan kamma positif. Setiap tindakan yang disengajai akan memberikan akibat dalam waktu dekat atau di masa mendatang.
Buddha memberikan perumpamaan garam di sungai dalam menasehati kita tentang bagaimana caranya mengurangi pengaruh dari kamma negatif. Beliau berkata apabila satu sendok garam dapat membuat satu cangkir air terasa asinnya namun satu sendok yang sama ini hampir tidak memberikan pengaruh terhadap rasa air di suatu sungai.
Secara sederhana, kurangi kamma negatif yang anda miliki dengan mengumpulkan banyak kamma positif.
Dan kamma positif dikumpulkan dengan pelaksanaan Dana, Sila dan Bhavana.
Buddha :
“Jangan meremehkan kebajikan dengan berkata ia tidak berpengaruh
bagi diriku.
Bagaikan tetesan air yang memenuhi tempayan air.
Begitu pula dengan orang bijak yang mengumpulkan sedikit demi sedikit,
dia memenuhi dirinya dengan kebajikan.”
Sumber: http://www.justbegood.net
0 comments:
Post a Comment